Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bulan Ramadhan Di Bawean
Beda Budaya Kini - Dahulu

Bulan Ramadhan Di Bawean
Beda Budaya Kini - Dahulu

Posted by Media Bawean on Sabtu, 06 Agustus 2011

Media Bawean, 6 Agustus 2011

Bulan ramadhan masa sekarang dengan tempo doelo di Pulau Bawean, ditinjau dari budaya apakah ada perbedaan? berikut jawaban tokoh Bawean yang berhasil dihubungi (sabtu, 6/8/2011).

KH. Abd. Latif (Ketua MUI Kecamatan Sangkapura).
Perbedaan budayanya sangat mencolok, diantaranya orang Bawean dahulu di rantau pulang menjelang bulan ramadhan untuk berpuasa bersama keluarga atau saudaranya, sekarang pulang hanya untuk hari raya idul fitri.

Kedua, bila waktu ashar orang tua berbondong-bondong membawa anaknya ke masjid untuk menghadiri pengajian, sekarang membiarkan anaknya berjalan-jalan, termasuk ke dermaga. Jadi masyarakat Bawean sekarang sudah terkena erosi budaya yang mengkhawatirkan.

M. Natsir Abrari (Budayawan Asal Pulau Bawean)
Kalau dahulu kebiasaan anak-anak langgar atau para remaja membangunkan orang untuk bersahur dengan cara halus yang sopan, musik melayu dengan lagu-lagu yang mendayu-dayu. Bahkan mereka untuk bersahur-sahur nanti malamnya mereka latihan dahulu di siang hari, agar tidak kalah merdu dengan musik dan lagu rombongan lain.

Bedanya dengan sekarang sudah terserabut dari akar seni budaya daerah. Mereka mengangkut seperangkat sound system dengan lagu-lagu keras. Makin keras, makin mereka bangga. Bahkan bukan cuman itu, ada juga yang membangunkan dengan memukul sembarangan bunyi seperti trigen, botol air mineral, kaleng minyak dan lain-lain, sehingga bunyinya memekakkan telinga. Tanpa ritme yang teratur..

Jadi bedanya dengan budaya lama yang mengandalkan sopan santun dengan lagu dan musik dengan irama yang teratur. (bst) 

SHARE :

3 comments

Anonim 6 Agustus 2011 pukul 23.26

lantas solusinya gimana supaya budaya sekarang lebih baik atau lebih maju dari budaya dahulu??????

Anonim 7 Agustus 2011 pukul 04.59

Kemajuan Technologi juga berdampak bergesernya budaya di Bawean, Kalao dulu waktu menjelang berbuka anak2 sudah siap dg kentungan yg di buat dari bambu, bila tiba waktu berbuka kentungan di pukul serentak, setelah berbuka ada juga anak2 yg bermain di halaman rumah dg mendorong giling gilingan yg di depannya di beri lampu botol, sekarang lain lagi ceritanya . . . bila menjelang waktu buka tiba anak2 di sibukkan dg bersepeda motor dg tujuan cari2 malam bahkan ada juga yg sampai kemalaman, padahal banyak cara yg lebih bermamfaat untuk mencari malam dg membaca Alqur'an atau mendengarkan pengajian di surau atau di masjid sehingga kita akan mendapat nilai tambah dalam menjalankan ibdah Puasa. . . . Insya Allah


( Wan Arief )

Anonim 10 Agustus 2011 pukul 11.49

Masalah pergeseran budaya bukan hanya di alami oleh masyarakat Bawean saja,hampir semua {Kalau tidak semua} masyarakat di dunia mengalami hal yang serupa,hal itu sangat wajar karena kemajuan sains dan teknologi seperti sekarang ini,dan saya sangat yakin kedepannya prosesnya akan lebih cepat lagi.


kalau kita bersikukuh,inginagar budaya kita tetap seperti dulu,maka kita harus siap untuk mengisolasi diri dari dunia luar...tapi...sampai kapan????

Rasanya terlalu sulit untuk mempertahankan budaya agar tetap eksis seperti dulu,hanya,kita harus berupaya menyaring budaya yang masuk..pilihlah budaya yang cocok dan sesuai dengan kehidupan masyarakat kita.


salam,

saiful jamal,Batam

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean