Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Nyare Malem

Nyare Malem

Posted by Media Bawean on Kamis, 04 Agustus 2011

Media Bawean, 4 Agustus 2011

Oleh : Wardi Azzaury  

Jika ada di Kepuhteluk, sore hari pada bulan puasa seperti saat in, biasanya saya selalu diajak anak saya untuk pergi ke Sabe deje untuk menunggu datangnya maghrib. Di tempat itu selalu saja ramai anak-anak muda yang sedang nongkrong, baik yang duduk di durung atau di sisi jembatan. Ada pula mereka yang cuma duduk diatas motornya, bahkan tak jarang pula ada diantara mereka yang mengadu kecepatan motornya alias racing dadakan.

Keadaan seperti ini kayaknya bukan cuma terjadi di desa Kepuhteluk, tapi hampir terjadi di seluruh wilayah Bawean. Cuma suasana dan aktivitasnya yang mungkin sedikit berbeda.

Bulan puasa ini saya tak berada di Kepuhteluk, malah kini berada jauh sekali di wilayah Skandinavia, yang keadaannya sangat jauh berbeda. Disini tak banyak orang yang berpuasa. Demikian tak biasa pula anak-anak muda nongkrong bersama dan melakukan balapan liar seperti di desa saya.

Karena saya berpuasa dan tak punya kegiatan pada sore hari selepas bekerja, saya mengajak beberapa teman saya asal Madura untuk keluar jalan-jalan di kota Oslo, Norwegia, sekalian menunggu waktu berbuka yang pada hari pertama itu jatuh pada jam 21. 43 waktu setempat. Kami berlima berjalan menyusuri jalan kota yang tak begitu ramai dengan satu tempat tujuan, Kantor pusat atau gedung Nobel yang jadi ikon Negara Norwegia. Sepanjang perjalanan yang saya lalui banyak sekali bunga tergeletak di tempat-tempat persinggahan, tak terkecuali di taman-taman. Bunga itu ada yang segar, namun kebanyakan dari bunga-bunga itu sudah layu dan mengering.

Dalam beberapa hari ini warga kota Oslo memang banyak menaruh bunga di tempat-tempat umum sebagai rasa belasungkawa atas musibah yang terjadi satu minggu sebelumnnya, yaitu pengeboman satu gedung dan penembakan sadis yang banyak menjatuhkan korban di pulau Utoya. Malapetaka itu menurut berita dilakukan oleh seorang warga Norwegia yang bernama Anders Breivik.

Berdasarkan Manifestonya yang konon berjumlah 1500 halaman, Anders Breivik melakukan pembunuhan sadis itu karena rasa marahnya terhadap kita yang beragama Islam. Dia merasa Norwegia sudah dijajah oleh orang Islam dan untuk menghentikan penjajahan itu dia harus melakukan penghentian. Target sebenarnya adalah orang Islam, namun karena mungkin susah mendapatkannya maka dia melakukan pengeboman dan penembakan terhadap penduduk sekitarnya.

Islam bagi Breivik adalah aib dan masuknya orang-orang Islam ke Norwegia adalah pertanda datangnya sebuah bencana besar. Kenapa demikian? Karena menurut mereka Islam itu adalah tatanan peradaban yang tak berprikemanusiaan. Islam mengajarkan permusuhan, pembunuhan dan segala sesuatu yang berbau negative. Sangat beda dengan anggapan kita bahwa Islam adalah rahmatan lil alamiin.

Anggapan jelek tentang Islam ini bukan tertanam di otak Breivik saja, tapi hampir di semua anak-anak muda Eropa. Saya pernah punya teman asal Belanda yang beranggapan mirip dengan Breivik ini. Dan alasan yang mereka kemukakan kadang bisa diterima. Dia berkata, bagaimana dia bisa percaya Islam sebagai rahmat buat seluruh alam kalau tiap hari di TV dia selalu melihat bom bunuh diri yang dilakukan orang Islam di pasar tradisional Pakistan, pembantaian di Irak, Bom bunuh diri di Afganistan dan yang paling akhir pelarangan bantuan makanan yang dilakukan milisi Al shabab di Somalia terhadap orang Islam Somalia yang hampir mati kelaparan? Belum lagi pembantaian resmi yang dilakukan rezim rezim penguasa Negara Islam terhadap rakyatnya sendiri seperti, Mesir, Tunisia, Libya, Yaman, Bahrain dan juga paling akhir Suriah?

Saya terus terang saja sering tak bisa menjawab karena media barat sudah menggambarkan dan memberi bukti dengan tayangan gambar yang sulit untuk tidak dipercayai. Lagi pula hati kecil saya kadang sering mengakui, terlalu banyak kesalahan yang kita lakukan yang secara tidak langsung menjelekkan citra Islam sebagai agama yang agung. Bagaimana mungkin orang non Islam tak mau menuduh itu adalah bagian dari Islam jika hampir semua Negara Islam melakukan hal itu. Korupsi, pembunuhan, penindasan hak asasi manusia dan hukum yang kurang manusiawi selalu terjadi di Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Atau kita, yang Muslim inilah yang memang kurang instropeksi diri, hingga yang nampak di mata kita adalah kesalahan orang lain. Hingga sering kita dengar di masjid-masjid kita atau pengajian di kampong sang ustad dengan bersemangat mengatakan kita jangan ikut budaya-budaya asing. Budaya asing tak cocok dengan kita, tanpa memilah-milah budaya yang mana. Sebab sepengatuhan saya yang lebih sepuluh tahun bekerja dengan orang bule mereka berbudaya benar-benar baik. Mereka menghargai kita. Mau membantu kita dan tak bersedih jika kita sukses. Beda dengan kita, kalau kita jujur kita akan mengakui kita adalah orang yang paling malas membantu orang dan kita adalah orang yang paling susah jika melihat tetangga kita bahagia.

Saya tahu Islam adalah agama agung dengan ajaran yang agung. Seorang Muslim seharusnya bertindak dengan penuh nilai keagungan. Bicara mengada-ada adalah bukan ciri Muslim sejati, sehingga jika ada seorang tokoh masyarakat diberi kesempatan berbicara di depan umum pada sebuah acara pernikahan, ia tidak serta merta mendiskreditkan status seseorang. Manusia punya kedudukan sama dan kesempatan sama di hadapan Tuhannya. Orang yang bekerja di darat tak ada bedanya dengan mereka yang bekerja di laut untuk beribadah, demikian juga orang yang bekerja di darat tak ada bedanya dengan mereka yang bekerja di laut untuk melakukan dosa.


Kembali ke perjalanan saya, setelah beberapa kali mengambil foto untuk kenang-kenangan, akhirnya kami sampai di kantor pusat Nobel. Di depan kantor itu juga banyak tergeletak bunga-bunga yang sudah layu yang sebagian sudah terinjak kaki-kaki orang. Tak jauh dari halaman depan kantor itu saya melihat beberapa poster besar yang di pajang. Saya lihat beberapa gambar yang ternyata gambar orang-orang Palestina dengan segala versinya. Disitu ada gambar rumah yang hancur karena bom Israel, ada seorang gadis yang terbakar dan beberapa gambar yang bikin hati seketika sedih. Di sebuah gambar rumah hancur tertulis dibawahnya kalimat penjelasan: DRONE, in January 2009 four children from the El Habbash family were playing on the roof of their house. Suddenly they heard a loud boom. An Israeli drone missile had hit the house. Gameela(15) leg flew off, landing on the opposite side of the roof. Her sister Jameela(7) died instantaneously. Her cousin Mahmood(15) lost of one of his leg while her brother escaped unharmed.

Foto itu dipajang oleh selah satu organisasi kemanusiaan yang ada di Norwegia.
Setahu saya hingga saat ini keadaan Palestina tetap begitu, mereka hidup dan terancam di negaranya sendiri. Entah, apakah pada bulan Romadhon seperti sekarang mereka tetap begitu. Yang hampir pasti, untuk menunggu waktu maghrib anak-anak Palestina tak akan pergi ke sabe deje untuk nongkrong dengan kawan-kawannya apalagi hanya buat trek-trekan yang tak akan mengurangi kesedihan mereka. Demikian juga seharusnya anak-anak muda Bawean kita tak membudayakan itu semua. Masih banyak kegiatan baik yang bisa mereka lakukan. Belajar atau membaca adalah lebih baik dari cuma duduk di pinggir jembatan, atau kalau tak bisa bantulah ibu-ibu mereka membelah degan.
Kristiansand, Norway, 03082011.

SHARE :

1 comments:

Anonim 4 Agustus 2011 pukul 23.17

pesan yg disampaikan gak nyambung, yang tertera cuma cerita diluar negeri, biar agak berimbang, seklai2 lempar dong uang dolarnya buat kemajuan bawean.

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean