Media Bawean, 27 Oktober 2013
Besok (senin, 28 Oktober 2013) adalah hari Sumpah Pemuda ke-85 tahun. Dalam rangka memperingati hari bersejarah, Media Bawean menggali informasi kebangkitan Pemuda di Pulau Bawean.
Diantaranya Media Bawean berhasil mewawancari Endink Syarifuddin, beliau pernah aktif sebagai koordinator KOBAR untuk reformasi Pulau Bawean.
Kata para pujangga, anak itu adalah anak zaman. Maka sesungguhnya zaman-lah atau lingkungan yang membesarkan anak-anak kita. Dalam istilah sosiologi, banyak Sosiolog yang meyakini bahwa faktor nature (alam)-lah yang lebih dominan dari pada faktor turunan (nurture).
Karena itu, untuk mengetahui pemuda Pulau Bawean hari ini, kita harus tahu sejauh mana alam (lingkungan) di Bawean yang membesarkannya. Kita harus tahu bagaimana lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial cukup kondusif memberi karakter baik pada anak-anak kita.
Solusinya, pastikan lingkungan sosial, pendidikan dan keluarga adalah pendidikan yang mengajarkan anak-anak berkarakter dan berakhlak mulia. Prestasi karakter yang baik yaitu jujur, suka menolong, baik hati dan lain-lain.
Syarifuddin Jakfar di Pulau Bawean
Pemuda Bawean diharapkan kreatif dan kritis, sehingga tidak hanyut pada jeratan konsemerisme.
Nampaknya pendidikan di Pulau Bawean masih tertatih-tatih untuk mengawal remaja kita. Percepatan pembangunan fisik memang sering lebih cepat daripada Sumber Daya Manusia (SDM).
Bukan hanya di Pulau Bawean, secara nasional kita kan baru menata. Itu kompetensinya banyak dengan cara instan. Semua orang harus percaya, bahwa satu-satunya cara dengan pendidikan.
Kesadaran ini nampaknya perlu waktu lama, perlu ganti generasi, baru kita akan memetik SDM yang mumpuni.
Mayzurah (Ketua PC. IPPNU Bawean)
Mayzurah (Ketua PC. IPPNU Bawean)
Sumpah Pemuda mengajarkan kita akan makna pentingnya sebuah kebersamaan, persatuan, perjuangan dan pengabdian.
Adanya peringatan Sumpah Pemuda dapat memotivasi kader muda untuk lebih membangun diri, ikut aktif berperan guna terciptanya sebuah perubahan yang lebih baik lagi.
Soal pemuda Pulau Bawean, mungkin bisa dikatakan lebih kepada kepentingan pribadi, tidak sedikit pemuda asal Pulau Bawean yang berkualitas lebih memilih di luar, daripada tinggal didaerah asalnya. Butuh adanya penyatuan ide untuk membangun Pulau Bawean.
Hartatik Rahayu (Pengamat Pemuda Bawean)
Pemuda Pulau Bawean masih belum bisa dikategorikan pemuda berprestasi. Kita lihat sendiri keseharian mereka, semangat belajar pun masih kurang. Solusinya Pemuda Bawean butuh organisasi atau forum, misal yang lebih aktiv dan resmi sebagai fasilitas mereka berkreasi. Pendekatan secara personal saja minimal, sehingga pola pikir pemuda Bawean sedikit berubah.
dr. Mila di Sangkapura
Kebanyakan pemuda Pulau Bawean sudah jauh dari Al Qur'an. Setelah SD kelas 5 sudah disibukkan les dan lain-lain, sudah jarang yang mengaji. Berlanjut ke SMP, lalu SMA, sampai perguruan tinggi. Kalau tidak belajar pelajaran sekolah, main dengan teman-temannya, mainan HP sms/game, nonton sinetron, jauh dari Al Qur'an.
Solusinya kembalikan Pemuda Pulau Bawean kepada Al Qur'an. Insya Allah tidak ada masalah, karena di dalam Al Qur'an ada tujuan dan pedoman hidup yang jelas. Kalau mau belajar di Pulau Bawean sekarang sudah ada LPPIQ (menerjemahkan dan tafsir Al Qur'an) dan Griya Al Qur'an (membaca dan menghafal Al Qur'an). Cocok bagi pemuda dan pemudi, silahkan datang ke Bengkosobung di Musholla Nurul Ma'ruf (di belakangnya Apotik Amilah). Semoga bermanfaat.