Media Bawean, 28 Januari 2014
Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, Akhmad Riduwan mengatakan pihaknya akan memberikan santunan kepada keluarga mahasiswa pecinta alam (Mapala) yang meninggal dunia di Gunung Welirang. Seluruh biaya operasional untuk proses pencarian kedua pendaki tersebut juga ditanggung.
"Mulai dari biaya logistik, tim SAR, hingga kendaraan kami sediakan," kata Riduwan kepada wartawan, Senin, 27 Januari 2014.
Ditanya soal besaran santunan, pihak STIESIA merahasiakannya. "Ada lah, yang jelas layak. Nanti kalau diomongkan, takut riya," kata Ketua Perkumpulan Penyelanggara Pendidikan Nasional, Agus Subagiyo.
Rencananya, sivitas akademika STIESIA akan melayat ke rumah duka besok, Selasa, 28 Januari 2014. Alif Hazen Rahmansyah, 24 tahun, dan Dian Meitami, 19 tahun, dinyatakan hilang sejak Minggu, 19 Januari 2014.
Keduanya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa oleh tim SAR gabungan. Menurut hasil visum et repertum, diduga dua pendaki tersebut tewas akibat kedinginan atau hipotermia.
Hanya jasad Dian yang mengalami luka robek di telinga kiri. Diduga luka robek terjadi akibat tergores ranting. Kepala dan rambut jenazah Dian dipenuhi dedaunan. Sedangkan jenazah Alief tak ada luka-luka. Diduga korban tewas tiga hari.
"Kami merasa sangat kehilangan mereka. Makanya kami upayakan semaksimal mungkin untuk bantuan materi dan non materi," kata Riduwan.
Sumber : Tempo