Media Bawean, 1 Maret 2014
Oleh : Ali Asyhar (Wakil Ketua PCNU Bawean Dan Dosen STAIHA)
Dulu, diparuh abad 21 terdapat sosok kiai yang berpengaruh di Sungaitopo desa Sungai Teluk Sangkapura Bawean. Beliau adalah KH. Bajuri bin Nur yang mengasuh PP. an-Nur. Kiai yang ahli falak ini adalah putra ke dua dari KH.Muhamad Nur bin Abu Bakar yang merintis pesantren. KH.Bajuri mulai menjadi pengasuh selepas wafatnya sang rama yakni tahun 1943.
Di masa KH.Bajuri pesantren an-Nur berkembang pesat. Banyak para santri dari seluruh Bawean berdatangan untuk menimba ilmu darinya. Dengan kedisiplinan yang tinggi beliau mendidik para santrinya untuk menjadi pelayan masyarakat.
Pengembaraan keilmuan beliau cukup panjang. Sebagaimana lazimnya kiai zaman dulu yang berkelana untuk mencari mutiara samudera hikmah. Beliau memulai belajar mengaji dari ayahandanya sendiri yakni KH. Muhamad Nur bin Abu Bakar.
Selanjutnya mulailah beliau singgah di beberapa pesantren di Jawa yaitu Langitan, Jombang, Kediri dan lain-lain. Tak cukup itu saja beliau juga mengaji di Makah al-Mukaramah selama 25 tahun. Maka wajar jika kemudian beliau menjelma menjadi kiai yang sangat alim.
Selanjutnya mulailah beliau singgah di beberapa pesantren di Jawa yaitu Langitan, Jombang, Kediri dan lain-lain. Tak cukup itu saja beliau juga mengaji di Makah al-Mukaramah selama 25 tahun. Maka wajar jika kemudian beliau menjelma menjadi kiai yang sangat alim.
KH.Bajuri menikah dengan Nyai Siti Khadijah. Dari pernikahannya beliau dikaruniai 2 putra dan 5 putri. Kini para putra-putri dan keluarga yang lain sedang berikhtiar untuk mengembangkan lagi PP.an-Nur dengan membentuk Yayasan PP. an-Nur ( 2006). Yayasan ini mengelola beberapa lembaga pendidikan yaitu : Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an an-Nur ( TKQ), Taman Pendidikan An-Nur ( TPQ), Madrasah Diniah an-Nur Dan Madrasah Takhassus an-Nur. Saat ini Yayasan Pondok Pesantren an-Nur dikepalai oleh ustadz Muhamad Yusuf dan ustadz Mukri sebagai sekretarisnya. Nampak kegiatan pendidikan yang semarak di Sungaitopo utamanya selepas shalat maghrib.
Demi mengabdikan dirinya beliau juga aktif di NU mulai tingkat ranting, MWC dan cabang. KH. Bajuri bin Nur sangat aktif di forum bahtsul masail. Sebuah forum untuk memecahkan masalah keagamaan dan social dari sudut pandang fiqh.
Pada masa perang kemerdekaan beliau bergabung dengan laskar Hizbullah Bawean. Semangat mempertahankan kemerdekaan menjadikan seorang pejuang rela mengorbankan jiwa dan raganya. Pada saat Negara di rongrong oleh pemberontakan G 30 S / PKI beliau juga tampil di barisan kiai dengan menumpasnya.
Beliau berpulang pada tahun 1975 dan kepengasuhan dilanjutkan oleh 2 guru tugas dari Tebuireng yakni Kiai Afnan dan Kiai Subakir yang bertahan selama 3 tahun. Sejak tahun 1978 PP.an-Nur ditinggalkan para pengasuhnya.