Media Bawean, 31 Maret 2014
Sampai di Pulau Karimunjawa, peserta studi banding wisata asal Pulau Bawean (selasa, 25/3/2014) langsung menuju penginapan di homestay rumah penduduk setempat.
Homestay berisi 2 orang, terdiri dari tempat tidur dilengkapi kipas angin dan kamar mandi didalam. Tarif menginap di homestay seharga Rp.100ribu permalam.
Usaha homestay di Pulau Karimunjawa kian menjamur seiring perkembangan pariwisata. Awalnya hanya ada 5 rumah, sekarang berkembang hampir setiap rumah penduduk sudah tersedia homestay.
Yanto, tokoh masyarakat Pulau Karimunjawa, mengatakan pengembangan wisata di daerahnya telah memberikan keberuntungan kepada masyarakat tempatan, diantaranya usaha homestay.
Menurutnya mendirikan homestay tidak memerlukan rumah yang bagus, terpenting kebersihan rumah menjadi kunci utama agar pengunjung kerasan selama menginap. "Cukup menyediakan tempat tidur dilengkapi kipas angin, termasuk kamar mandi ada didalam,"ujarnya.
"Pelayanan kepada pengunjung selama menginap harus dengan lemah lembut agar memberikan kesan terbaik,"tuturnya.
Selama menginap, pengunjung disediakan kebutuhannya untuk membuat kopi atau teh. Setiap saat pemilik homestay menawarkan untuk menikmati suguhan yang disajikan.
Lebih lanjut Yanto menerangkan usaha homestay selain meraup keuntungan dari biaya penginapan, bisa memperoleh untung dari usaha tambahan dengan menyediakan makanan selama pengunjung tinggal di homestay.
Menariknya ketika Camat Sangkapura, Abdul Adim disediakan fasilitas hotel oleh panitia, ternyata beliau menolak dan memilih tinggal di homestay bersama seluruh peserta studi banding asal Pulau Bawean.
"Saya datang kesini untuk mendampingi wargaku, dimanapun dia berada akan selalu ikut bersama mereka,"tegasnya.
Selama 2 malam menginap di homestay, terlihat diskusi digelar oleh peserta dari Pulau Bawean. Diantara bahasan menjadi topik hangat bagaimana perkembangan wisata d Pulau Karimunjawa bisa dikembangkan di Pulau Bawean. (bst)
Yanto, tokoh masyarakat Pulau Karimunjawa, mengatakan pengembangan wisata di daerahnya telah memberikan keberuntungan kepada masyarakat tempatan, diantaranya usaha homestay.
Menurutnya mendirikan homestay tidak memerlukan rumah yang bagus, terpenting kebersihan rumah menjadi kunci utama agar pengunjung kerasan selama menginap. "Cukup menyediakan tempat tidur dilengkapi kipas angin, termasuk kamar mandi ada didalam,"ujarnya.
"Pelayanan kepada pengunjung selama menginap harus dengan lemah lembut agar memberikan kesan terbaik,"tuturnya.
Selama menginap, pengunjung disediakan kebutuhannya untuk membuat kopi atau teh. Setiap saat pemilik homestay menawarkan untuk menikmati suguhan yang disajikan.
Lebih lanjut Yanto menerangkan usaha homestay selain meraup keuntungan dari biaya penginapan, bisa memperoleh untung dari usaha tambahan dengan menyediakan makanan selama pengunjung tinggal di homestay.
Menariknya ketika Camat Sangkapura, Abdul Adim disediakan fasilitas hotel oleh panitia, ternyata beliau menolak dan memilih tinggal di homestay bersama seluruh peserta studi banding asal Pulau Bawean.
"Saya datang kesini untuk mendampingi wargaku, dimanapun dia berada akan selalu ikut bersama mereka,"tegasnya.
Selama 2 malam menginap di homestay, terlihat diskusi digelar oleh peserta dari Pulau Bawean. Diantara bahasan menjadi topik hangat bagaimana perkembangan wisata d Pulau Karimunjawa bisa dikembangkan di Pulau Bawean. (bst)
