Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Mengasumsikan Adanya
Situs Candi di Pulau Bawean

Mengasumsikan Adanya
Situs Candi di Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Rabu, 22 Oktober 2014

Media Bawean, 22 Oktober 2014

Oleh : Mahfud (Dosen STAIHA Bawean asal Balikterus Sangkapura)



Agama menjadi isu sentral dalam setiap perdebatan yang terjadi dikalangan tokoh agama. Bukan hanya pada tataran teoritisnya namun juga pada tataran praktisnya. Dalam kehidupan umat manusia tidak ada satupun manusia yang terlepas dengan hubungan primordial yang mengikat dirinya antara Tuhan dan manusia yaitu “agama”. Kita sering berpikir tentang orang yang tidak seiman dengan kita, dan mengatakan mereka “kafir”, atau bahkan ateis. Namun kita enggan mengenali perbedaan itu dengan menggunakan pendekatan kultural. Hal ini yang kemudian terjadinya pembiaran terhadap segala kemungkinan adanya situs yang amat penting dan memiliki nilai sejarah. Kalau kita mau mengenal jati diri kita sebagai orang muslim di pulau Bawean maka kita harus mengenal siapa nenek moyang kita. Hal ini bisa saja terungkap andai saja kita mau meneliti.

Dalam konteks ini, ketika kita sibuk berdebat, dan bahkan cenderung menghabiskan energi untuk meperdebatkan tentang agama dan keberagamaan yang saat ini mulai berkembang di dalam kehidupan masyarakat kita. Saat ini yang sering diperdebatkan adalah masalah kelompok atau organisasi keagamaan yang telah mulai menjamur di pulau Bawean tercinta ini. Kalau menurut saya kalau kita semua mau menghabiskan waktu, energi dan biaya yang begitu besar untuk mengurusi debat tentang agama dan keberagamaan yang berkembang di pulau Bawean. Kenapa tidak mau menghabiskan segala energi kita untuk mengungkap kemungkinan terungkapnya fakta sejarah yang masih terkait erat dengan masalah agama dan keberagamaan.

Sekarang saya ingin bertanya kepada semua masyarakat Bawean. Kenapa kita tidak berusaha memecahkan sebuah misteri yang ada di Pulau Bawean? Kenapa para penguasa yang ada hanya sibuk untuk berdebat tentang agama dan keberagamaan, apalagi sering berdebat untuk melanggengkan kekuasaan dan status seseorang di dalam masyarakat? Ada pula yang dengan egois mengerutkan wajahnya untuk dihormati dan dianggap hebat dalam posisinya. Kenapa kita tidak pernah bertanya dan menggunakan nalar kritis kita untuk memperdebatkan masalah yang masih ada hubungannya dengan masalah agama dan keberagamaan? Mungkin hal ini menjadi aneh bagi kita yang antipati terhadap masalah kultural yang mewarnai dunia dalam kehidupan keberagamaan kita.

Mungkin saat ini, kita harus mau mendiskusikan tentang sebuah situs yang ada hubungannya dengan simbol agama. Pernahkah kita melintasi daerah “MURTALAYA” di pinggir jalan raya lingkar Bawean terdapat susunan batu yang begitu indah. Kenapa para tokoh Bawean yang duduk sebagai penguasa tidak pernah mencoba untuk mengungkap misteri di balik susunan batu yang begitu indah. Melalui Media Bawean ini saya meminta kepada semua pihak untuk mencoba mencari jawaban atas kemungkinan adanya sistus Candi di Pulau Bawean

Mungkin banyak pertanyaan yang muncul dalam benak pembaca. Seperti pertanyaan kenapa kita harus memikirkan hal-hal yang masih sebatas asumsi tanpa adanya bukti? Kalaupun itu adalah candi bagaimana kita membuktikannya? Pertanyaan yang mungkin muncul seperti ini adalah ketidak berdayaan kita sebagai manusia yang memiliki paradigma berpikir sempit. Saya akan memberikan alasan atas pertanyaan pertama dan kedua. Pertama: jika dasar asumsi dianggap sebagai suatu dasar yang lemah sehingga enggan untuk mengungkapkan adanya kebenaran. Bukankah kita sebagai seorang akademisi ketika membuat karya ilmiah banyak didasarkan pada sebuah asumsi-asumsi yang kemudian pembenarannya diuji melalui sebuah tindakan yang eperik, dengan berdasarkan metodologi dengan mengacu pada argumen logis dan sistematis. Selanjutnya jika kita takut untuk mengungkap fakta sejarah dengan cara mengasumsikan, kita seharusnya tidak boleh/tidak berhak bermimpi dalam menggapai tujuan hidup kita. Kedua: cara membuktikannya adalah keseriusan kita terutama para pemangku kebijakan sebagai wakil rakyat masyarakat Bawean yang ada di daratan Gresik ataupun yang ada di Bawean. Untuk mencoba menghubungai para pakar arkeolog untuk mencoba mengungkap misteri kemungkinan adanya candi di pulau Bawean. Jika muncul sikap skeptis yang ketiga semisal bertanya kalau ternyata itu tidak terbukti? Jawabannya adalah, kalau tidak terbukti paling tidak kita telah berupaya tanpa berdiam diri.

Terakhir, saya berani mengasumsikan adanya candi di Pulau Bawean ada beberapa alasan yang melarar belakangi saya menulis ini di Media Bawean. 1) Dalam genealogi agama-agama, Islam yang ada di dunia khususnya yang ada di indonesia ataupun yang ada di Bawean adalah agama yang termuda dalam garis keturunan agama-agama yang ada. Maka nenek moyang kita tentu pada waktu sebelum Islam di syiarkan di Pulau Bawean menganut sistem kepercayaan agama-agama primitif. Di antaranya adalah agama (Ardi) atau agama bumi yang kita kenal seperti Hindu dan Buddha. Kita juga bisa mengatakan sebagai agama animisme, dinamisme. 2) Dalam setiap agama dalam bentuk agama apapun pasti ada kegiatan ritual. Untuk melakukan ritual keagamaan tentu dibutuhkan tempat suci sebagai tempat untuk menghubungkan antara keinginan dan harapan serta menyatukan hubungan primordial antara Tuhan dan manusia. Dalam agama-agama yang kita kenal setiap agama mempunyai tempat suci seperti (Gereja, Pure, Wihara, Candi, Masjid dan lain-lain). Jadi alasan saya sangat jelas kenapa saya menulis ini.

Sebab kemungkinan adanya candi sangat mungkin. Sebab agama pertama di Pulau Bawean bukanlah agama Islam. Hal ini terbukti dari sejarah bangsa kita. Bahwa Islam adala agama dengan agama termuda dari genealogi agama-agama yang ada. Dalam salah satu kuliah yang diampu oleh Drs. Qomarul Huda, M.Fil.I dan Prof. H. Fauzan Saleh. Ph.D. Di STAIN Kediri mengatakan bahwa sebagaimana, Jhames L. Peacook, “Islam yang ada di Indonesia bagaikan kulit yang membungkus kulit kita. Kalau kita buka kulit itu maka akan kelihatan dagingnya. Kalau kita kupas daging itu maka kita akan melihat tulangnya”. Apa artinya? Artinya adalah kalau kita kupas lebih dalam tentang Islam maka akan kelihatan Hindu-Buddhanya. Kalau kita lihat lebih dalam lagi Hindu-Buddha maka kita akan melihat Animisme dan Dinamismenya.

Harapan saya dengan adanya tulisan ini sebagai upaya menggugah para Arkelog di daratan Jawa agar tertarik untuk datang ke Bawean dan meneliti. Bagi penguasa agar tidak sibuk menambah isi kantong yang belum terpenuhi dan mau ikut memikirkan segala kemungkinan. Dan bagi para akademisi di Pulau Bawean agar lebih kritis melihat lingkungan sekitar. Bukan hanya duduk di kursi yang empuk menghangatkan pantat saja.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean