Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » PT. PLN Masih Bingung
Mengatasi Gangguan Listrik di Bawean

PT. PLN Masih Bingung
Mengatasi Gangguan Listrik di Bawean

Posted by Media Bawean on Rabu, 31 Desember 2014

Media Bawean, 31 Desember 2014

Media Bawean berkesempatan menanyakan kondisi kelistrikan PT. PLN Bawean kepada Hening Kyat Pamungkas (Manager PT. PLN APJ Gresik) dalam acara Tour Bung Hatta 2014 di Gedung Pramuka Gresik (senin, 29/12/2014).

Sehubungan dalam pertemuan yang dibahas bertopik korupsi, apakah PT. PLN tidak korupsi dengan kondisi kelistrikan di Pulau Bawean? Hampir setiap malam mengalami pemadaman sudah sebulan lebih lamanya, mulai jam 08.00 malam sampai jam 06.00 pagi. Istilahnya PLN di Pulau Bawean hidup segan dan mati terus-terusan.

Hening Kyat Pamungkas, Maganer Area dan Pelayanan Jaringan (APJ) Gresik dihadapan peserta Diskusi Musikal Anti-Korupsi 11 Universitas, 11 Kota, 11 Tahun Hari Anti-Korupsi Internasional yang diselenggarakan Bung Hatta Anti-Corruption Award yang dihadiri PLN Distribusi Jawa Timur memberikan jawaban, menurutnya PLN merugi sebesar Rp 3 miliar melayani jaringan listrik di Pulau Bawean, Gresik. 

Manager PT PLN (Persero) APJ Gresik Hening Kyat Pamungkas mengatakan, diakibatkan beban biaya produksi tidak sebanding sehingga merugi.

Sebab, sebelum beralih memakai pembangkit listrik tenaga mini gas (PLTMG). Beban produksi sebelumnya saat menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sangat besar pembiayaan yang ditanggungnya.

"Biaya pokok produksi listrik di Pulau Bawean saat memakai PLTD sekitar Rp Rp 3.513 per Kwh-nya. Padahal, harga tarif di pelanggan rumah tangga Rp 638,79 per Kwh. Kalau dihitung-hitung lagi biaya pokok produksi per bulannya kami defisit Rp 3 miliar, "tegasnya.

Menyiasati hal itu lanjut Hening Kyat Pamungkas, PLN Area Gresik khusus melayani di Pulau Bawean beralih ke konversi energi dalam waktu dekat. Hal ini dilakukan agar PLN tidak mengalami kerugian terus-menerus."Kami akui total kapasitas PLTD di Bawean 7,9 MW. Padahal beban puncaknya hanya sebesar 4,1 MW. Sedangkan kapasitas PLTMG totalnya 3X1 MW dengan harga per Kwh-nya Rp 2.800," jelasnya.

Selain permasalahan defisit kata Hening Kyat Pamungkas, persoalan lain yang dialami listrik di Pulau Bawean adalah migrasi binatang kalong secara besar-besaran juga mengganggu jaringan listrik.

"Ada 70 titik listrik disana terganggu adanya binatang kalong yang menjadi penyebab gangguan listrik mati disana," ungkapnya.

Padahal jika terganggu kata Hening, Kyat Pamungkas, petugas yang memperbaiki membutuhkan waktu 3 jam. Itupun cuma di satu titik saja. Bayangkan kalau menyebar dimana-mana seluruh Pulau Bawean.

"Di Pulau Bawean ada 17 ribu pelanggan listrik. Bisa dibayangkan kalau di semua titik itu terganggu binatang kalong. Sebab, jika tidak dihalau butuh waktu berjam-jam untuk memperbaikinya," paparnya.

Hening, Kyat Pamungkas mengaku bingung untuk mengatasi persoalan kelistrikan di Pulau Bawean yang sering gangguan disebabkan binatang bernama kalong.

"Mari bila ada warga Pulau Bawean ataupun para pakar yang mampu berperang melawan kalong. Sebab gangguan listrik disana sampai sekarang masih belum terselesaikan,"ajaknya.

Ditemui Media Bawean setelah kegiatan selesai, ditanyakan sampai kapan persoalan listrik di Pulau Bawean akan terselesaikan? Hening tidak bisa menjawabnya, hanya menurutnya pembangkit listrik di sana sudah baik yaitu 3 MW menggunakan PTGM yang merupakan saru-satunya diseluruh dunia ada di Pulau Bawean. (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean