Baik untuk kita belum tentu dalam pandangan orang lain itulah fenomena kehidupan yang terjadi dalam dunia nyata. Seperti pepatah mengatakan “maksud hati memeluk gunung apalah daya tangan tak sampai”
Subhanallah....tidak selamanya maksud baik yang kita lakukan mendapat tanggapan positif dari orang lain karena setiap kepala itu memiliki pandangan dan cara berpikir yang berbeda itulah yang pernah di alami oleh penulis.
Tepatnya pada bulan Nopember 2014 keluarga besarku dari negara tetangga berkenan berkunjung ke negara asalnya Indonesia selama sebulan setelah puluhan tahun tidak berjumpa, kegembiraan menyelimuti kami. Ditengah-tengah kegemberiaan tersebut ada yang mengganjal dalam benakku karena saudara-saudara sepupuku jarang menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam bahkan salah satu di antaranya ada yang suka minum-minuman keras yang diharamkan.
Berawal dari situ sanubariku berkata bisakah saya menyadarkan mereka dalam jangka waktu yang relatif singkat? Akankah mata hatinya terbuka? Berkenankah mereka mendengarkan tausiyahku?
Bismillah kalimat itulah yang menjadi penyemangatku untuk mengawali dakwahku dengan berbekal "Sampaikanlah ilmu itu walaupun satu ayat". Perlahan kudekati dan ku ajak mereka bicara dari hati ke hati sambil bertanya mengapa mereka sampai melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah yang sudah diwajibkan untuk semua umat Islam. Padahal Allah telah berfirman dalam surat Adh-Dhariyat ayat 56 yang artinya:
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Mungkinkah dalam hati mereka telah tertutup untuk menerima kebenaran ataukah dalam hati mereka ada penyakit yang ditambah lagi penyakitnya oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 10 yang artinya:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.
Salah satu alasan mereka adalah karena di tempat mereka bekerja tidak tersedia fasilitas untuk melaksanakan sholat. Tetapi saya yakin itu hanya alasan mereka saja karena kita sholat bisa dimana saja asalkan tempat dan pakaian yang kita kenakan bersih. Parahnya lagi bertahun-tahun mereka menetap disana dan telah diakui sebagai penduduk asli Malaysia tapi tidak pernah melaksanakan shalat Jum’at padahal sholat ini hukumnya fardlu ‘ain dalam artian bagi setiap muslim laki-laki, mukalaf (dewasa), sehat (tidak sakit), bermukim (tidak bepergian) wajib melakukannya. Allah berfirman dalam QS.al-Jumu’ah ayat 9 yang artinya:
”Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Sabda Rasulullah saw yang artinya:
”Dari Thariq ibnu Syihab, Rasulullah saw bersabda: Shalat jum’at itu hak dan wajib dilakukan oleh setiap muslim dalam jamaah kecuali empat golongan , yaitu hamba(budak), perempuan, anak-anak, dan orang sakit.” (H.R Abu Daud no.901)
disebutkan dalam hadist lain yang artinya:
”Abdullah ibnu Umar dan Abu Hurairah mendengar Rasulullah di mimbar bersabda: Hendaklah para kaum menghentikan kebiasaan mereka meninggalkan shalat jum’at, atau Allah benar-benar akan mengunci mata hati mereka, kemudian mereka benar-benar termasuk orang yang lalai.” ( H.R Muslim no.1432).
Subhanallah, mengapa sebagian umat Islam enjoy saja jika mereka tidak melaksanakan shalat jum’at padahal dalam Al-Qur’an dan Hadist telah di jelaskan betapa pentingnya shalat jum’at tersebut bahkan kaifiyah shalat jum’at di atur dari segi persiapan dan pelaksanaannya.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan sebelum shalat Jum'at diantaranya yaitu; 1) Mandi seluruh tubuh, seperti mandi junub meskipun tidak dalam keadaan junub. Rasulullah bersabda yang artinya: "Dari Abu Saud al-Hudri ra., Rasulullah saw bersabda: Mandi hari Jum'at itu wajib bagi setiap orang yang sudah baligh." (H.R. Bukhari 830). 2) Memakai pakaian yang baik, bersih dan harum. Rasulullah bersabda: "Thaus berkata kepada Ibnu Abbas mengingatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Mandilah pada hari Jum'at, cucilah kepalamu meskipun kamu tidak junub, dan pakailah bau-bauan (harum)." (H.R. Bukhari no.830). 3) Memotong kuku, kumis, dan merapikan rambut. 4) Segera ke masjid, memenuhi shaf yang pertama, dan tidak boleh melangkahi orang yang sedang shalat di depannya. 5) Saat masuk masjid, kaki kanan lebih dulu dimasukkan sambil berdo'a yang artinya: "Ya Allah bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu." (HR. Muslim) kalau keluar, kaki kiri didahulukan sambil berdoa yang artinya: " Ya Allah sesungguhnya aku memohon keutamaan-Mu." (HR. Muslim). 6) Shalat tahiyatal masjid dua rakaat, meskipun khatib sedang berkhutbah. Sabda Rasulullah, yang Artinya." Jabir ibnu Abdullah berkata: Seorang laki-laki masuk masjid, saat Nabi saw. Sedang khutbah Jum'at. Lalu Nabi saw bertanya kepadanya:Apakah kamu sudah shalat? Orang itu menjawab: Belum. Nabi menyuruh: Berdirilah dan shalatlah dua rakaat." (H.R.Bukhari no.879 Muslim no.1445) dan 7) Setelah shalat tahiyatul masjid, duduk dengan tenang, khusyu, banyak berdzikir dan berdoa, juga diperbolehkan shalat dua rakaat-dua rakaat sampai khutbah dimulai. Shalat itu disebut shalat intidhar (shalat menunggu datangnya imam dan khutbah dimulai).
Ya Rabb ampunilah hamba-hambanmu yang kurang memperhatikan ajaran-Mu dikarenakan keterbatasan ilmunya, semoga mereka suatu saat nanti di bukakan pintu hatinya dan dapat memahami ajaran Islam secara kaaffah.