Hari libur sangat berharga bagi Camat
Tambak, Narto. Karena bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi warganya di
desa-desa.
Diantaranya berkunjung ke tempat
anyaman tikar di kampung Padang
Jambu, desa Telukjatidawang. Narto,
mengatakan anyaman tikar
merupakan potensi unggulan dari
Pulau Bawean Gresik. “Butuh perhatian
khusus agar potensi tersebut tetap
bisa dipertahankan dan
dikembangkan,”katanya.
Sebagai wujud keperdulian
terhadap penganyam tikar,
pemerintahan kecamatan Tambak
merencanakan menggelar pelatihan
bagi generasi penerus agar tetap
berkelanjutan. Selain itu, Narto
mengharap agar penganyam tikar
dibentuk kelompok untuk memajukan
pemasaran.
Nur Faizah pengrajin anyaman
tiket di Padang Jambu menyatakan
sudah lama menekuni pembuat tikar,
sebulan bisa membuat 5 sampai 6
lembar tikar.
Hasilnya dijual ke pasar ataupun
dibeli warga Malaysia yang
berkunjung ke Pulau Bawean.
Sedangkan harganya Rp.250 ribu
sampai Rp.300 ribu, tergantung
panjang dan lebar tikar.
Lebih lanjut mengakui dirinya
pandai mengayam tikar berkat
belajar kepada orang tuanya.
“Ketrampilan mengayam tikar
merupakan warisan dari nenek
moyang,”ujarnya.
Selain aktif mengayam di rumah,
Faizah juga memberikan pelatihan
kepada tetangganya, termasuk
anak muda yang ingin belajar
mengayam. (bst)