Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
300x210
adsbybawean
Tampilkan postingan dengan label RUSA BAWEAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RUSA BAWEAN. Tampilkan semua postingan

Tingkatkan Populasi, BKSDA Jatim Gelar Pelepasliaran Rusa Bawean


Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jatim melakukan pelepasliaran Rusa Bawean hasil penangkaran di Desa Suwari kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik, (senin, 21/10).

Kepala BBKSDA Jatim, Dr Nandang Prihadi, S. Hut, M.Sc mengungkapkan pelepasliaran Rusa Bawean salah satu hewan yang di lindungi ini untuk meningkatkan populasi di alam.

“Pelepasliaran ini untuk meningkatkan populasi Rusa Bawean, sementara untuk memantau dilakukan di 5 titik untuk kali ini sebanyak 1 ekor dari maharani zoo dan 2 ekor dari penangkaran Sudirman. secara target 10% sudah tercapai,"katanya.

Pelepasliaran digelar dalam rangka menyambut hari cinta puspa dan satwa yang jatuh pada tanggal 6 Nopember 2019.

“Mudah-mudahan atas peran serta masyarakat bisa semakin meningkatkan populasi rusa Bawean dan menghindarkan dari kepunahan,” pungkasnya. (bst)

Rusa Bawean, Rusa Unik di Dunia


Pulau Bawean merupakan sebuah pulau kecil terletak di Kawasan laut Jawa kurang lebih 150 km sebelah Utara Surabaya. Di pulau tersebut diketahui menjadi tempat hidup rusa Bawean (Axis kuhlii) yang merupakan rusa endemik Indonesia dan dilindungi baik pada tingkat nasional maupun internasional (CITES, IUCN).

Sejak dari zaman penjajahan Belanda, hampir seluruh jenis rusa asli Indonesia telah dilindungi oleh Ordonisasi dan Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar No. 134 dan No. 266 Tahun 1931, dari segala bentuk perburuan, penangkapan dan pemilikan. Hanya rusa Bawean yang saat itu belum dilindungi. Di zaman Republik, perlindungan terhadap jenis rusa Indonesia diperkuat kembali dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan mencakup semua jenis rusa (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Habitat alami rusa terdiri dari beberapa tipe vegetasi seperti savana yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang terlalu rapat untuk tempat bernaung (istirahat), kawin, dan menghindarkan diri dari predator. Hutan di ketinggian 2.600 m diatas permukaan laut dengan padang rumput merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa.

Rusa merupakan jenis hewan yang memiliki beberapa kelebihan. Satwa ini mampu beradaptasi pada berbagai habitat dan efisien dalam mengkonvesi pakan menjadi daging. Kemampuan hidup dan adaptasi rusa cukup tinggi, namun rusa juga merupakan hewan liar dengan tingkat stres yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat.

Sempitnya habitat rusa Bawean dan letaknya terisolir menjadikan rusa Bawean sebagai satu-satunya rusa di dunia yang terisolasi sehingga kurang mendapat perhatian. Kegiatan hidup rusa ini terutama berlangsung pada malam hari.

Secara morfologi, panjang tubuh rusa Bawean sekitar 140 cm, tinggi bahu 65-70 cm, dan bobotnya sekitar 65 kg. Panjang ekor berkisar 20 cm, berwarna coklat dan keputihan. Rusa Bawean memiliki gigi taring pada rahang bawah. Bulunya berwarna coklat pendek, kecuali pada bagian leher. Sekitar mata berwarna putih terang dan di sekitar mulut berwarna sedikit terang dibanding muka yang dipisahkan oleh garis kehitaman. Sekilas bagian bahu mirip dengan kijang, bahu rusa Bawean depannya lebih rendah dari pada bagian belakang.

Rusa Bawean dewasa jantan mempunyai sepasang tanduk bercabang tiga, sedangkan rusa jantan muda ranggahnya belum bercabang. Pada anak rusa akan terlihat totol-totol yang lama kelamaan akan menghilang, seiring ia tumbuh dewasa.

Rusa Bawean dapat hidup dan berkembang biak dengan sempurna di Kawasan Suaka Margastwa yang merupakan habitatnya. Populasi rusa bawean akan berubah mengikuti perubahan atau dinamika lingkungannya. Bila daya dukungnya rendah, produktivitas rusa akan rendah dan akhirnya populasi rusa juga akan rendah atau menurun.

Sampai saat sekarang tidak diketahui dengan pasti, berapa jumlah rusa bawean, bagaimana penyebarannya dan keadaan habitatnya. Berdasarkan ejurnal.bppt.go.id, hasil sensus tahun 1977-1979 diperkirakan rusa Bawean ini diperkirakan antara 200-400 ekor. Meskipun telah dilindungi oleh undang-undang, sayangnya rusa bawean masih menjadi target incaran para pemburu gelap dan mengalami ancaman kritis. (bst)

"Atung" Sang Rusa Bawean Mejeng di Istana Negara Jakarta


Gema Asian Games 2018 terus digaungkan oleh Indonesia, termasuk di istana kepresidenan yang juga turut dihias oleh maskot-maskot perhelatan olahraga se-Asia itu.

Maskot Asian Games bernama Atung yang merupakan rusa Bawean ("Hyelaphus Kuhlii") ikut "mejeng" di taman halaman Istana Negara, Jakarta yang menghadap ke utara, ke Jalan Veteran.

Atung tidak sendirian, ada juga hewan-hewan lain yang menjadi maskot Asian games seperti Kaka si badak bercula satu ("Rhinoceros Sondaicus"), dan Bhin Bhin si burung cenderawasih (Paradisaea Apoda) berwarna kuning.

Sejumlah pengendara motor atau mobil yang melalui Jalan Veteran pun dapat melihatnya "mejeng" di dekat tiang bendera merah putih taman belakang komplek Istana kepresidenan.

Para tamu dan pegawai istana juga disambut oleh patung para maskot yang bertumpuk di depan pintu pemeriksaan dari Sekretariat Negara mengarah ke Istana Negara.

Sejumlah pegawai istana pun memanfaatkan patung maskot yang berwarna-warni itu untuk ber-swafoto.

Penangkaran Rusa Hanya Ada di Bawean


Pulau Bawean tak hanya menawarkan pemandangan alam nan indah saja. Namun di sini juga menjadi rumah bagi rusa Bawean yang hampir punah.

Pukul 5 pagi matahari untuk pertama kali mulai menampakkan sinarnya. Lembut dan perlahan seiring dengan laju kapal Ferry yang juga perlahan menerjang Laut Jawa. Sudah 8 jam kapal ini berlayar dari pelabuhan Gresik dengan tujuan Pulau Bawean yang berada di garis paling luar dari Kabupaten yang berjuluk 'Kota Pudak'.

Bawean adalah sebuah gugusan pulau yang berstatus 'Cagar Alam' dan mulai digadang gadang menjadi tujuan wisata utama di Kabupaten Gresik. Destinasi pertama kami adalah Penangkaran Rusa yang berada di sebelah barat Pulau Bawean.

Tak banyak penunjuk arah yang dapat ditemui sepanjang perjalanan, bagi orang awam kemungkinan untuk salah arah sangat besar, maka dari itu bertanya adalah salah satu hal wajib ataupun mengajak seorang guide lokal untuk menemani perjalanan.

Penangkaran rusa ini berada tepat di lembahan perbukitan yang ada di pusat Pulau Bawean. Berada di ketinggian dan jauh dari perumahan warga, menjadikan tempat ini sangat cocok untuk rusa-rusa yang membutuhkan ketenangan. Pemandangannya pun aduhai, dari pos penjaga sini terlihat dari kejauhan birunya langit dan hijaunya persawahan di bawah sana.

Rusa-rusa yang ada di dalam kandang pun nampak begitu terawat dengan makanan yang melimpah. Sesekali mereka memandang kami dengan tatapan menyelidik. Seakan tak terganggu dengan kedatangan kami, para rusa pun nampak tenang meneruskan acara makan mereka.

Dari segi bentuk memang tak ada yang nampak berbeda dari rusa kebanyakan, namun yang membedakan adalah rusa yang bernama latin Axis kuhlii ini adalah endemik dan tak dapat ditemukan di tempat lainnya selain di Bawean.

"Sebenarnya saat ini kami tutup penangkaran ini untuk pengunjung mas, di luar sana kan sudah kami tutup juga pagarnya," ujar seorang penjaga yang sedang bertugas menemui kami.

Memang di luar tadi kami tetap nekat untuk masuk walaupun terdapat sebuah plang bambu dan bertuliskan Penangkaran Rusa Tutup. Sudah jauh-jauh datang, sekadar menengok saja kenapa tidak boleh, begitulah pemikiran kami berpendapat.

"Maaf pak, kami sudah masuk tanpa izin. Kami datang kesini dari Surabaya karena penasaran seperti apa rusa endemik yang ada di Bawean ini," aku sedikit mengutarakan argumentasi saat itu.

"Kami tutup karena saat ini sedang ada 4 rusa yang kami rehabilitasi sebelum dilepas liarkan mas, mereka butuh ketenangan, oleh karena itu kami larang pengunjung untuk masuk, tapi karena sudah terlanjur di sini, silahkan mas-masnya melihat rusa tapi di Kandang yang belakang sana ya, tapi pelan pelan dan jangan membuat kegaduhan," katanya.

"Baik pak," serempak kawan-kawan menimpalinya.

Melihat yang lain mulai melangkah mendekati kandang rusa bagian belakang. Aku tetap berbincang-bincang dengan para penjaga penangkaran ini. Ingin mengetahui lebih jauh tentang Rusa Bawean langsung dari orang yang menjaga mereka.

"Rusa Bawean ini adalah hewan endemik di Bawean sini mas, jumlah yang hidup liar saat ini sangat sedikit, maka dari itu kami membantu perkembangan rusa dengan menangkarkannya di sini," ujarnya

"Selain rusa di Bawean ini juga ada Babi Kutil dan Elang yang endemik dan hanya bisa ditemui di sini. Bawean ini statusnya adalah Cagar Alam mas, jadi sebenarnya tak semua orang bisa masuk ke sini, harus ada izin khusus. Tapi makin ke sini Bawean semakin ramai oleh wisatawan, pemerintah pun melihat ini sebagai prospek jangka panjang dan nampaknya akan mengganti status Bawean ini sebagai pulau wisata mas," lanjutnya.

"Dalam hati kami tidak apa-apa status berganti, namun kami ingin agar hewan-hewan dan lingkungan di Bawean ini tetap lestari dan terjaga sampai kapan pun mas, itu saja," tuturnya.

Aku pun mengamini perkataan dari bapak penjaga penangkaran ini. Semoga ke depan Pulau Bawean tetap lestari dan tak bernasip serupa dengan Cagar Alam lain di Jawa Timur yang bernama Pulau Sempu dan belakangan dikomersialisasi oleh oknum-oknum terkait untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok saja.

(Pradikta Kusuma)

Sumber : Travel Detik

Atung Bawean Butuh Perhatian


Disaat rusa Bawean dibanggakan sebagai maskot Asian Games 2019, ternyata kondisi riil di lapangan sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian.

Nur Syamsi Kepala RKW BKSDA Bawean mengatakan kondisi rusa Bawean di penangkaran Pudakit Timur kurang mmendapatkan perhatian, seperti pola makannya tidak dijaga dengan baik. "Sehingga dampaknya sangat kasihan dengan rusa Bawean yang ada,"katanya.

"Semestinya rusa Bawean dipelihara secara baik, agar bisa tumbuh subur dan perkembangan biakannya bisa baik,"ujarnya.

"Terus terang saya sendiri sudah memberikan teguran, tapi sampai sekarang belum ada perhatian,"paparnya.

Itu kondisi di Penangkaran Rusa Bawean yang letaknya di Pudakit Timur, lain halnya di Penangkaran Rusa yang ada di Mumbhul. "Disana walaupun penangkaran masih baru, tapi perhatiannya sangat bagus. Pola makan dijaga dan seringkali diberi makanan yang bergizi,"ungkapnya.

Lebih lanjut Nur Syamsi berharap agar rusa Bawean yang sekarang dijadikan maskot Asian Games 2019 bisa tumbuh subur dan perkembangannya juga baik.

Perlu diketahui Penangkaran Rusa Bawean ada di dua lokasi di Bawean, yaitu Penangkaran Rusa yang letaknya di desa Pudakit Timur dengan 27 ekor dan Penangkaran Rusa Mumbhul sebanyak 10 ekor. (bst)

Rusa Temorensis Mengancam Endemik Rusa Bawean


Rusa Bawean terancam endemiknya hilang sehubungan adanya seekor rusa temorensis yang lepas dari kandangnya.

Sudirman perintis penangkaran rusa Bawean mengatakan masuknya rusa temorensis yang kedalam hutan Pulau Bawean akan bisa menghilangkan endemik rusa Bawean. Apalagi menurutnya rusa yang lepas dari kandangnya berjenis betina, sehingga rawan adanya perkawinan dengan rusa Bawean.

Lebih lanjut Sudirman berharap agar BKSDA Bawean segera melakukan tindakan agar rusa temorensis bisa ditangkap kembali. "Sejak awal mau dibawah ke Bawean, saya sudah menolak keras,"tegasnya.

"Ternyata sekarang kekhawatiran telah terjadi dengan lepasnya rusa temorensis sehingga mengancam endemik rusa Bawean akan hilang,"ungkapnya dengan nada kecewa.

Nur Syamsi ketua RKW BKSDA Bawean membenarkan adanya seekor rusa temorensis yang lepas dari kandangnya dan masuk hutan di Pulau Bawean. "Segera akan dicari dan ditangkap,"katanya.

Tapi untuk perkawinan menurut Nur Syamsi menyatakan tidak mungkin, sebab rusa temorensis lebih besar daripada rusa Bawean. (bst)

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean