Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Tokoh Bawean
Bicara Bawean Merantau

Tokoh Bawean
Bicara Bawean Merantau

Posted by Media Bawean on Minggu, 26 September 2010

Media Bawean, 26 September 2010


Seminar "Strategi Masyarakat dan Pembangunan Pulau Bawean" yang diselenggarakan oleh LIPI, bertempat di Aula Pondok Pesantren Hasan Jufri Lebak Sangkapura, (Sabtu, 25/9), menghadirkan banyak tokoh bertujuan penggalian data sebagai sumber penelitian.

Nasir Abrari (Budayawan Bawean):
Ajjek bhengal-bhengal mokkak sewek mon gitak ngarassa e mokkak langngek, Ajjek mokkak langngek mon tak cokop ben sangona. Artinya, jangan menikah sebelum merantau (mencari pengalaman), jangan merantau kalau belum cukup bekalnya. Adapun bekalnya ada dua, yaitu bekal bathin (agama) meliputi khatam Al Qur'an, baca barzanji dengan lagu yang merdu, khatam kitab safinah dan sullam. Sedangkan bekal kedua, yaitu lahir yaitu ilmu bela diri (pencak silat, kuntow).

Ruhan (Kades Suwari) :
Orang Bawean merantau sampai ke luar negeri, karena keterpaksaan ekonomi atau tuntutan ekonomi. Disis lain, sebenarnya kepuasan lahir yang didapat, tetapi kepuasan bathin seperti meninggalkan isteri selama bertahun-tahun menimbulkan ketersiksaan. Dampaknya bila sang suami di Malaysia akan menikah lagi sebab diperbolehkan nikah sampai empat didalam hukum Islam, sedangkan isteri yang ditinggalkan berdampak yang negatif.

Mursyidi (Guru Ponpes Hasan Jufri) :
Sangat keliru bila orang merantau dikatakan keterpaksaan, sebab saya tidak pernah merantau mampu hidup seperti yang lainnya. Tepatnya orang Bawean merantau karena punya keinginan lebih dari penghasilan bekerja di Pulau Bawean.

Jamaluddin (Guru Di Bawean)
Latar belakang orang Bawean merantau waktu sebelum kemerdekaan RI, disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sudah memiliki keluarga disana (luar negeri). Disaat berkunjung ke rumah keluarga di luar negeri, mereka tidak kembali ke Pulau Bawean dengan alasan sudah ada lapangan pekerjaan yang lebih menjanjikan. Kedua, berdagang hasil kerajianan dari Pulau Bawean seperti anyaman tikar. Ketiga, budaya orang Bawean adalah merantau, dan Keempat, mudahnya transpot ke luar negeri pada waktu itu. Di era 1980, orang Bawean merantau bertujuan mencari lapangan pekerjaan, disana lapangan pekerjaan sudah tersedia. Dibuktikan banyak pekerja disana sukses, ketika pulang membawa uang banyak sehingga orang lain mengikutinya.

Amyadi (Pekerja di Malaysia) :
Fenomena orang Bawean merantau sekarang hanyalah keterpaksaan. Resistensinya bisa dibagi dua kelompok, era pertama yaitu awal orang merantau sampai tahun 1980, era kedua adalah tahun 1990 keatas. Keistimewaannya merantau era pertama mendapat perlakuan khusus, membuat IC atau Kartu Tanda Penduduk. Sedangkan era kedua, proses persyaratan pekerja diwajibkan menggunakan permit sebagai surat izin bekerja. Kesuksesan orang merantau asal Pulau Bawean, sebagian besar era pertama yaitu mengumpulkan uang untuk membeli emas ataupun membuat rumah, sebaliknya era kedua berubah konsumtif dengan membeli sepeda motor, mobil dan lain-lain. Kelebihannya orang Bawean bila merantau sangat dihargai oleh orang lain, yaitu mendapat prioritas utama dalam segala hal.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean