Media Bawean, 13 Oktober 2010
Sumber : Berita Gresik
BAWEAN (beritagresik.com) – Belasan bayi di Sangkapura, Bawean meninggal dalam 10 bulan terakhir. Hal ini terjadi diduga masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian orang tua, terutama sang ibu terhadap kesehatan kandungannya.
Kurangnya kepedualin orang tua terhadap kesehatan kandungannya lebih banyak terjadi di pelosok-pelosok desa di kecamatan itu. Sementara di kawasan “kota” Sangkapura, kesadaran mereka sudah lumayan bagus.
Hal ini dibenarkan Yuni, bidan yang bertugas di Puskesmas Sangkapura. “Kalau yang di Sangkapura kota, para ibu yang mengandung sudah sangat peduli. Tetapi, yang ada di pelosok katanya malu kalau harus memeriksakan diri ke bidan apalagi ke Puskesmas,” kayanya kepada BeGres, Senin (11/10/2010) sore.
Padahal, menurut Kepala Puskesmas Sangkapura, dr Syafik, pihaknya sudah memberikn motivasi kepada masyarakat lewat para bidan dengan proaktif mendatangi mereka. Sejak kandungan masih muda, para ibu hamil diminta untuk memeriksakan diri.
“Jika mereka datang sejak awal dan rutin memeriksakan diri, kami akan tahu kelainan apa yang diderita, sehingga kami minta si ibu mau dirujuk ke Rumah sakit Ibnu Sina Gresik,” kata Syafik menjelaskan.
Hanya saja tidak semua ibu mau layar (istilah orang Bawean naik kapal, Red) ke Gresik. Banyak sekali kendala yang harus dipikirkan. “Kalau biaya rumah sakit mungkin bisa ditolong lewat Jamkesmas. Tetapi biaya tiket kapal, hidup selama di Jawa (di Gresik, Red), dan meninggalkan keluarga di Bawean membuat mereka mikir dua kali mbak,” ujarnya.
Yang mengenaskan, jika rujukan ke rumah sakit Ibnu Sina Gresik sudah harus segera dilakukan, sementara kapal tidak bisa berlayar karena cuaca buruk, itu menambah risiko kematian si bayi.
Sumber BeGres mengatakan, beberapa kali terjadi kematian bayi saat berada di kapal menuju rumah sakit Ibnu Sina Gresik. Itu terjadi diduga karena lamanya berada di kapal (sekitar 8 jam) dan hempasan ombak membuat bayi tidak bisa tertolong lagi.
“Sebenarnya Puskesmas kami sudah lengkap fasilitasnya. Ada kamar untuk operasi, inkubator bayi sampai instrumen lain sudah ada. Hanya saja kalau ada dokter ahlinya seperti spesialis kandungan akan lebih sempurna,” jelas Syafik.
Yang perlu diprioritaskan lagi, kata Syafik, listrik dapat menyala penuh. Seandainya ada operasi kemudian listrik mati, tentu akan menjadi masalah.
Seperti diketahui, di kecamatan Sangkapura kota, listrik baru saja bisa menyala 18 jam. Malah sebelumnya hanya beberapa jam saja menyala setiap harinya.
Menanggapi permasalahan di Bawean ini, anggota komisi D DPRD Gresik Siti Muafiyah dari FPDIP, berharap, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan segera merespon. Karena Bawean jauh dari Gresik kota, sudah seharusnya ada dokter spesialis di sana. Minimal dokter kandungan dan dokter penyakit dalam.
“Ya modelnya memakai giliranlah.Misalnya untuk minggu ini atau bulan ini yang kesana dokter A, berikutnya dokter B. Sehingga Bawean tidak seperti dianaktirikan,” katanya. (Elv)
Posting Komentar