Media Bawean, 7 Desember 2010
Dialog Interkatif menyambut tahun baru Islam 1423 H. diselenggarakan hari ini (selasa, 7/12) bertempat di Masjid Raudhatul Muttaqin Tambak Timur desa Tambak, kecamatan Tambak, dengan penyelenggaran DMI Kecamatan Tambak.
Tampil sebagai Nara Sumber KH. Dhiyauddin Quswandhi dan Agus Sunyoto, Baharuddin sebagai moderator, dan Achsanul Haq sebagai notulen dalam dialog interaktif bertemakan "Islam dan Peradaban Nusantara".
KH. Dhiyauddin Quswandhi memetakan sejarah melalui pertumbuhan dan perkembangan Islam di asia tenggara dalam peradaban Islam, dibagi beberapa fase, yaitu Inisiasi awal (butuh waktu lambat), Ekspansi yang dilakukan oleh Wali Songo, Regenirasi dengan perkembangan pondok pesantren. Jangan beranggapan bahwa pondok pesantren sekarang berdiri sejak wali songo, berkembang setelah perang Pangeran Dipenogoro usai 1825 menyebar ke desa-desa.
Setelah 100 tahun kemudian, muncul fase Organizing seperti NU dan Muhammadiyah. Sayangnya melalui kemerdekaan kita mengharapkan intensifikasi pembinaan ummat, kalau tidak ekspansi. Zaman Wali Songo masa ekspansi, mau menanam padi satu hektar selesai ditanam. Justru fase organizing terjadi penurunan drastis pada ummat Islam, berapa banyak ummat Islam berpindah agama lain, sedangkan agama lain mengalami peningkatan jumlah luar biasa.
Setelah 100 tahun kemudian, muncul fase Organizing seperti NU dan Muhammadiyah. Sayangnya melalui kemerdekaan kita mengharapkan intensifikasi pembinaan ummat, kalau tidak ekspansi. Zaman Wali Songo masa ekspansi, mau menanam padi satu hektar selesai ditanam. Justru fase organizing terjadi penurunan drastis pada ummat Islam, berapa banyak ummat Islam berpindah agama lain, sedangkan agama lain mengalami peningkatan jumlah luar biasa.
Fase Disorientasi, terjadinya pada era orde lama dan orde baru. Ulama dan tokoh terbuai efuria politik, hubbuddhunya, sehingga terjadi peristiwa ummat Islam yang karakteristinya seperti orang tidak memiliki iman. Rusaknya umat karena rusaknya pemerintah,dan rusaknya pemerintah karena rusaknya ulama, sedangkan rusaknya ulama karena kedudukan dan harta.
Kemudian fase Orientasi, dengan bangkitnya anak muda ingin belajar agama Islam secara intensif melalui jalur konvensional, santri ataupun training atau kursus. Bagaimana mengekpresikan dan mempresentasikan Islam kaffah atau integral.
Sembilan wali mampu menyebarkan agama Islam keseluruh nusantara, mampu mengubah minoritas menjadi mayoritas, dari masyarakat tanpa lembaga kenegaraan, bahkan punya negara atau kerajaan. Tetapi sekarang adanya organisasi NU dan Muhammadiyah, termasuk ribuan pesantren, serta jutaan da'i ternyata dari 99% pemeluk agama Islam menurun 83%. Dimana letak prestasinya, bukan progres, tapi kemerosotan.
KH. Dhiyauddin Quswandhi menyimpulkan bahwa di era reformasi, selain adanya penyebaran ajaran sesat, juga ada ajaran sesaat. Ajaran sesaat atau kekinian yaitu mencintai dunia daripada akhiratnya, seperti gila kedudukan.
Sedangkan Agus Sunyoto dalam makalahnya, menerangkan penyebaran agama Islam ke Nusantara. Kesulitan awal dalam penyebaran Islam, disebabkan yang membawa adalah pedagang sehingga kurang diminati oleh penduduk pribumi. Setelah ajaran Islam dibawa oleh wali songo dengan niatan berdakwah secara murni, barulah bisa berkembang pesat. (bst)
Posting Komentar