Media Bawean, 4 Januari 2011
Penasehat Media Bawean
Pasca Kemenangan Dilma Rousseff
Brazil adalah negara miskin di Amerika Latin, yang sekarang menjelma menjadi negara berkembang. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Indonesia, negara berkembang yang sekarang menjadi negara miskin. Brazil yang mengandalkan penghasilannya dari minyak dan kopi saat ini memiliki cadangan devisa hampir empat kali cadangan kita (Indonsia) atau setara 240 miliar dolar AS. Indonesia sekarang memiliki cadangan devisa sekitar 60-63 miliar dolar AS.
Kepemimpinan Presiden Luiz Inacio Dasilva dengan panggilan akrabnya Lula. Ini terjadi, karena Lula tidak hanya pandai berbicara dan beretorika. Namun, dia pandai melakukan perubahan sebagaimana yang diinginkan rakyatnya. Lula tidak hanya mengandalkan kharisma dan pencitraan diri. Namun Lula memcoba berbuat yang terbaik untuk rakyatnya, bahkan dunia. Misalnya dalam krisis nuklir Iran, ketika dunia barat yang disponsori Amerika Serikat (AS) mencoba menekan Iran dengan berbagai macam cara, termasuk embargo dan ancaman lain. Brazli justru mendekati Iran dalam kerjasama pengembangan nuklier untuk kedamaian dan kesejahteraan umat. Sebab seperti kita ketahui, Brazil sendiri memiliki tenaga nuklir, tetapi bukan untuk perang, melainkan digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Dan Amerika Serikat maupun sekutunya tidak pernah mempersoalkan Brazil, karena mereka tidak memiliki kepentingan dengan negara sepkabola tersebut. Berbeda dengan Iran, Amerika Serikat dan sekutunya sangat berkepentingan. Karena setelah menguras habis ladang minyak di Irak dan Afganistan daerah subur minyak lainnya adalah Iran. Presiden Brazil tahu akal bulus Amerika Serikat dan sekutunya. Lula yang juga pernah bicara terus terang bahwa penyebab krisis global yang melanda dunia adalah orang kulit putih bermata biru itu.
Yang paling menarik dari pemilu Brazil ialah persaingan keras tiga sosok perempuan, yang kesemuanya berada dalam barisan politik kiri, yaitu: Dilma Rousseff; calon presiden dari Partai Buruh (PT); Marina Silva, mantan menteri lingkungan hidup dalam pemerintahan PT dan calon presiden dari Partai Hijau (PV), dan Heloisa Helena, pemimpin Partai Sosialisme dan kebebasan (PSOL). Bagi sebagian aktivis feminis, situasi ini dianggap sangat menguntungkan karena telah memberi porsi yang lebih besar bagi isu-isu advokasi gender, termasuk diskusi soal peran dan partisipasi politik perempuan. Namun, dalam kepentingan menjaga kelanjutan proyek politik kiri di negeri ini, persaingan itu telah melemahkan barisan kiri. Persaingan ini menjadi menguat karena perbedaan penilaian kaum kiri mengenai pemerintahan Lula dan perjuangan menuju sosialisme.
Demikian pula dengan Marina Silva (PV), seorang wanita kulit hitam dan aktivis lingkungan yang baru belajar membaca pada usia 16 tahun. Marina adalah produk perjuangan militan PT pada tahun 1980-an, bersama dengan Chico Mendez, namun memilih mengundurkan diri sebagai Menteri Lingkungan Hidup pemerintahan Lula karena menganggap pemerintahan ini adalah perusak lingkungan.
Dilma Rousseff berhasil memimpin sementara perolehan hasil Pemilu Presiden Brasil. Namun, dia tak berhasil mendapatkan 50% suara sehingga pemilu harus digelar untuk putaran II. Dari 98% suara yang telah dihitung, mantan kepala kabinet Presiden Lula Da Silva itu hanya meraih 47%, sedangkan pesaing ketatnya, Jose Serra, meraih 33% suara. Pada pemilihan putaran kedua, yang hasilnya diumumkan Minggu malam waktu setempat, 31 Oktober 2010, Dilma Rousseff meraih 55,6 persen dari total suara. Pemenang dari Partai Buruh itu akan mulai menjabat sebagai presiden pada 1 Januari 2011, menggantikan Luiz Lula da Silva.
Perjalanan hidup Presiden wanita pertama Brazil, Dilma Rousseff, penuh dengan kisah sedih. Rousseff adalah seorang mantan gerilyawan sayap kiri yang pernah dipenjara pada 1970 dan selama tiga tahun menjalani siksaan. Kala menjadi pemberontak, Rousseff baru berusia 19 tahun. Junta militer sayap kanan menuduh Rousseff telah melakukan tindakan subversif sehingga dia dienjara. sehingga Kepada majalah Istoe tahun 2008, Rousseff mengungkapkan penyiksaan yang pernah dialaminya. Dia mengaku pernah disetrum oleh penguasa militer Brazil untuk mengaku dan mengungkapkan aktivitas kelompoknya, Komando Pembebasan Nasional. “Saya mengalami pendarahan, tapi saya tetap diam. Bahkan saya tidak mengatakan dimana saya tinggal,” ujarnya, seperti dilansir dari laman stasiun televisi CNN dan BBC. Rousseff dibebaskan dari penjara pada 1972. Selain selamat dari siksaan junta militer, Rousseff juga lolos dari penyakit kanker kelenjar getah bening. Ibu dari satu anak ini dinyatakan sembuh pada 2009 sehingga bisa berkonsentrasi dalam kegiatan politiknya.
Brazil dibawa kepemimpina Dilma Rousseff menjadi signal positif bagi pembangunan kelompok politik kiri di Brazil, membangun kembali benang kusut kekuatan kelompok penganut ideologi kiri yang telah dicabik oleh blok kapitalis lewat tangan baja IMF dan kekuatan invansi investor blok wall street. Tentunya kelompok pekerja perempuan di Brazil menaruh harapan besar atas terpilihnya Dilma Rousseff, menjadi jawaban atas marginalisasi atas hak-hak buruh dan terbangunnya regulasi yang memproteksi kelas pekerja. Pun pada isu-isu kesetaraan gender, hak reprodusksi, dan jaminan perlindungan hukum atas pelanggaran hak asasi manusia.
Posting Komentar