Media Bawean, 28 Maret 2011
Lomba Menulis Berita Dan Opini
Oleh Wulan, Laila dan Raiha*
Bila ada turis datang ke Bawean pasti mereka berdecak kagum dengan keindahan pulau putri ini. Bawean dikenal dengan kecantikan pantai dan terumbu karangnya. Bila mereka ditanya apakah ingin kembali menikmati Pulau Bawean? mereka selalu menjawab “Ya”. Mereka ingin kembali menikmati panorama alam yang masih asli. Bila mereka ditanya apakah terkesan dengan Bawean? Mereka menjawab “Ya”. Mereka terkesan dengan keramahan warganya disamping keindahan alamnya. Sayang kenangan yang manis ini tercederai oleh kondisi jalannya. Para turis selalu mengeluh “ Sayang Jalannya sangat tidak nyaman”. Jalan lingkar Bawean memang rusak parah.
Rusaknya jalan di Bawean sudah sangat lama. Kerusakannya bervarisasi. Ada yang sedang dan banyak yang sudah parah. Sebagian masih bisa dilewati dengan tenang namun dibeberapa titik harus ekstra hati-hati. Misalnya di Gelam, Paseran, Dedawang, Daun, Diponggo dan Pamona. Dititik ini orang biasa menyebut sungai kering.
Menurut kami ada banyak factor yang menyebabkan rusaknya jalan lingkar Bawean. Pertama : Tidak adanya saluran air yang memadai di sepanjang jalan lingkar. Sehingga air mengalir deras melewati badan jalan. Kalaupun ada saluran air maka kondisinya tidak terawat sehingga tidak berfungsi. Hampir di sepanjang jalan lingkar Bawean tidak memiliki saluran air yang baik. Kedua : tekstur tanah Bawean yang rawan bergerak. Sebagai sebuah pulau kecil hal ini bisa dimaklumi. Maka aspal jalan gampang sekali mengelupas. Yang paling cocok adalah paving. Ketiga: cueknya warga dan aparat desa. Mereka beranggapan bahwa jalan lingkar adalah kewajiban pemerintah untuk membangun dan merawatnya. Sehingga kondisinya semakin parah karena tidak ada usaha dari masyarakat untuk sekedar menambal jalan yang berlobang. Mereka menunggu action dari pemerintah. Andai masyarakat peduli dan merasa memililki tentu mereka mau merawatnya. Lihatlah jalan yang sudah dipaving, di kiri-kanan jalan tumbuh rerumputan yang tinggi dan ternyata masyarakat di sekitarnya diam saja.
Kondisi ini tidak boleh berlarut-larut. Solusinya adalah kerjasama antara pemerintah Kabupaten Gresik dan masyarakat. Pemkab Gresik harus mempercepat program pavingisasi di seluruh jalan lingkar Bawean. Semakin cepat semakin baik. Kedua, aparatur pemerintah yang bertugas merawat jalan yakni dinas Pekerjaan Umum harus serius untuk merawatnya. Bersama-sama masyarakat merawat kondisi jalan dan keindahannya. Rerumputan di kanan-kiri jalan dipangkas seminggu sekali. Apalagi di Bawean ada budaya “ aroyong” yakni membersihkan sampah, rerumputan dan memperindah sarana umum secara bersama-sama.
Harapan ini akan segera bisa terwujud bila ada keseriusan dari Pemerintah Kabupaten Gresik dengan pengawasan anggota DPRD Gresik khsususnya dari daerah pemilihan Bawean. Tanpa adanya keseriusan Pemkab Gresik sulit rasanya pavingisasi bisa terwujud secara menyeluruh. Sambil menunggu program pavingisasi maka warga desa harus peduli dengan menambal dan memperbaiki jalan yang rusak tersebut. Kami yakin bahwa warga desa mampu mengerjakannya karena sudak ada contohnya. Di Pateken, jalan yang rusak diperbaiki oleh warga meski hanya untuk sementara.
Saat ini warga Bawean dipusingkan oleh kondisi jalan. Sebagai sarana transportasi utama rusaknya jalan sungguh sangat mengganggu. Sebab saran umum yang lain sudah ada perbaikan. Transportasi laut sudah cukup baik. Ada dua kapal cepat yang melayani rute Bawean – Gresik dan sebaliknya. Lapangan terbang di Tanjung Ori juga mengalami progress yang cukup menggembirakan. Sementara listrik juga sudah menyala 24 jam. Tidak mustahil bila kondisi jalan sudah membaik maka orang Bawean di perantauan akan senang dan sering pulang ke Bawean. Turis domestik maupun mancanegara tidak lagi enggan untuk berlibur ke Bawean. Secara otomatis roda ekonomi di Bawean berjalan lebih dinamis.
Bukan hanya keuntungan ekonomi tetapi citra Bawean sebagai pulau yang eksotik akan semakin dikenal. Keramahan warga Boyan bila dipadu dengan sarana yang baik tentu akan menjadi kebanggaan warga Bawean dimanapun berada. Bahkan bukan hanya Bawean tetapi juga kebanggaan Jawa Timur. Tidak akan lagi dijumpai celoteh para turis “ Bawean itu indah tapi sayang jalannya rusak”. Semoga.
*Kelas : XI IPA MA Hasan Jufri
Posting Komentar