Media Bawean, 24 Maret 2011
Lomba Menulis Opini Dan Berita
Oleh : Misliyanti dan Nurhayati
Di bumi tercinta ini terdapat aneka macam hayati diantaranya adalah hutan. Hutan merupakan sumber daya alam yang berperan penting bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Di hutan tumbuh pepohonan lebat yang berfungsi menjadi penyimpan air dan pencegah erosi. Semakin lebat hutan maka semakin baik untuk kehidupan dan semakin luas hutan maka semakin sejuk dan bersih udara.
Hutan sekarang sudah tidak seperti dulu. Di kampung kami Gunung Mas Lebak dulu hutannya rimbun dan lebat. Banyak pepohonan besar dan rindang seperti Pangopa, Nangka, Jati, Mahoni dan sebagainya. Semak belukarnya juga tinggi-tinggi. Sewaktu kami kecil seusia SD kami sering bermain di sungai yang airnya jernih dan melimpah. Air itu berasal mata air yang terdapat di hutan yang lebat tersebut. Kata ayah banyak Rusa, monyet dan kelinci di hutan Gunung Mas.
Kini pemandangan itu sudah tidak tampak lagi. Tak ada air deras mengalir bahkan sungai di pinggir deskami lebih sering kering kerontang. Air baru mengalir deras jika hujan turun lebat. Warnanya keruh kecoklatan. Tak ada lagi suara gemericik air sepanjang hari. Pepohonan besar tak lagi bisa dijumpai. Yang ada hanyalah semak belukar yang masih tinggi. Kini semak belukar ini semakin habis karena beralih fungsi menjadi ladang berkebun warga. Kanan – kiri jalan tak lagi rindang tetapi sudah berganti rumput Gajah. Binatang rusa yang cantik sudah punah. Konon masih ada satu – dua tapi sudah tak pernah terlihat warga. Sebab bila warga melihat maka langsung diburu untuk dimasak. Kelinci sudah menghilang dan hanya tinggal monyet yang belum punah mungkin karena tidak ada yang mau memakan dagingnya atau memang tidak lkami dijual.
. Dahulu, menurut kakek, rusa sering tidur di teras belakang rumah penduduk. Bahkan siang hari rusa berjalan santai melintasi jalan-jalan kampung layaknya kambing. Tak ada yang mengejar, tak ada yang menyembelih. Semua berjalan seirama antara manusia dengan binatang disekitarnya. Masih kata kakek, dulu nenek sering menyembelih kelinci yang banyak berkeliaran disekitar rumah. Kelinci-kelinci itu seakan tak pernah habis karena hutannya masih rindang. Semak belukar masih sangat lebat seperti sebuah istana yang gelap. Kini semuanya tinggal cerita indah di siang hari.
Rusaknya hutan di kampungku karena penebangan liar. Menurut orang-orang kampung kerusakan paling parah terjadi pada tahun 1998. Terjadi penebangan masal oleh banyak orang dari luar kampung. Anehnya orang-orang di kampungku diam bahkan ada yang membantu. Mereka berfikir bahwa hutan itu bukan miliknya. Mereka tidak merasa dirugikan. Konon, banyak mobil-mobil masuk hutan untuk mengangkut kayu dengan pengawalan aparat. Kami tak tahu yang sebenarnya karena kami masih kecil. Penebangan liar itupun berlanjut hingga beberapa tahun sampai tak lagi dijumpai pohon yang besar. Lagi-lagi , warga desa diam seribu bahasa.
Bagai kata pepatah “ Penyesalan selalu berada di akhir”. Kini warga desa mulai merasakan dampak rusaknya hutan. Bila tak ada hujan maka warga harus berjalan jauh untuk sampai ke sumber air. Bila kemarau tiba warga harus antre untuk mendapatkan air. Celakanya air di sumber tak mencukupi kebutuhan warga kampung sehingga ada yang rela mengambil air malam hari. Kampung kami Gunung Mas yang dulu sejuk dan dingin kini panas dan pengap. Tak lagi indah seindah namanya. Gunung Mas artinya gunung yang indah seperti emas berlian.
Tapi menyesali keadaan bukanlah solusi. Kami harus bangkit dengan menanam lagi. Beberapa waktu lalu BKSDA Bawean juga mengadakan reboisasi di kampungku. Kakak-kakak mahasiswa juga beberapa kali bakti social dengan menanam pohon. Harapanku , semoga semangat menanam bergelora di sanubari warga kampungku. Dan kami berharap aparatur Negara menjalankan tugasnya dengan baik.
Nama : Misliyanti dan Nurhayati
Kelas : XI IPA MA Hasan Jufri
Alamat : Gunung Mas Lebak Sangkapura
Posting Komentar