Media Bawean, 19 April 2011
M. Natsir Abrari sebagai Budayawan Bawean mengatakan, bila mendengarkan sekilas bahasa Bawean seperti mirip dengan bahasa Madura, padahal kalau kita teliti terasa sekali ketidaksamaaan dan perbedaannya.
Menurutnya, perbedaan bahasa Bawean dengan bahasa Madura yang amat terasa adalah dari segi pengucapan, pelafalan dan intonasi.
"Belajar bahasa Bawean perlu juga kepekaan pendengaran dan cara pelafalan. Kata deun yang berarti daun, dan kata Dheun yang berarti desa Daun. Atau kata beje yang berarti waktu, bheje yang berarti buaya dan bejhe yang berarti baja,"katanya.
M. Natsir Abrari menganggap perlu bahasa Bawean dijadikan pelajaran bahasa daerah di lembaga pendidikan. "Apalagi di Pulau Bawean juga banyak cerita atau dogeng yang mengandung pesan berisi suri tauladan, baik ditinjau dari sudut agama maupun peradaban orang Bawean,"jelasnya.
Zulfa Ustman sebagai pakar Bahasa Bawean, dihubungi Media Bawean menyatakan bahasa Bawean sudah menjadi pelajaran bahasa daerah dalam muatan lokal di sekolah-sekolah seluruh Pulau Bawean, yaitu kelas 4,5 dan 6 untuk tingkatan sekolah dasar.
Sebagai pengarang bidang studi bahasa Bawean, Zulfa Ustman akan melakukan revisi atas karangannya, termasuk merencanakan mengadakan simposium bahasa Bawean ke dua, setelah beberapa tahun yang lalu diadakan di SMPN Negeri Sangkapura.
"Bahasa Bawean diujikan setiap semester dan ujian akhir sebagai muatan lokal sekolah,"terang Zulfa Ustman yang sekarang menjabat sebagai Kepala UPT Dindik Kecamatan Sangkapura. (bst)
1 comments:
Alhamdullilah, Pak Zulfan kalau akan diadakan simpsium tetang bahasa Bawean.
saya sangat mendukung, karena bahasa Bawean adalah kekayaan budaya yang luar biasa.
O ya pak, saya sudah menulis kamus bahasa bawean sekitar 6000 kata tetapi masih perlu disosialisasikan keakuratannya di masyarakat. dan kalau berkenan saya tertarik untuk ikut simposium yang diadakan. tolong di informasikan jadual nya lebih lanjut di: edwashy@yahoo.com terimakasih. wassalam
Posting Komentar