Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bukan Zaman Siti Nurbaya

Bukan Zaman Siti Nurbaya

Posted by Media Bawean on Selasa, 26 April 2011

Media Bawean, 26 April 2011 

Oleh : H. Samri Barik, SH LLB Hons London

Kasihan sekali anak-anak yang menjadi Siti Nurbaya di Pulau Bawean, tidak diberikan kesempatan untuk sampai ke Wisuda atau perguruan tinggi setelah meningkat dewasa. Malah dipaksa wisuda diatas pelaminan. Tidak anak orang atau anak kita, seharusnya menyayangi mereka dengan ikhlas. Bukan disuruh menikah atas alasan yang dibuat-buat, karena kemauan diri orang tua didahulukan. Apakah manusia perlu berambisi terus sehingga mengaturkan jodoh anak dengan orang yang disukai kedua orang tuanya?

Anak-anak yang shaleh dan shalehah yang berbuat demikian kadangkala rusak akidahnya karena mereka merasa sepit antara kepercayaan yang kuat didalam agama dan kezaliman orang tua yang memaksa (yang pada pendapat orang tua itu adalah adalah haknya yang tidak bisa digugat hukum). Sayang sekali kalau mereka mendalami agama, mereka akan lebih takut kepada hukum syariah baawa anak-anak mereka adalah amanah mereka. Dan seumpamanya mereka benar-benar orang yang hatinya menghadap kepada Allah sentiasa, mereka akan takut memaksakan kehidupan anaknya dengan orang lain (lelaki atau perempuan) yang mereka tidak siap untuk menerima menjadi teman hidup mereka selama-lamanya. Ia adalah salah satu sebab mengapa penceraian banyak terjadi kepada pengantin muda, karena pada dasarnya tali pengikat kasih antara mereka tidak terwujud.

Orang-orang Bawean kadangkala marah kalau ditegor "kejam", karena mereka merasa punya kepentingan pribadi dalam menikahkan anak, tetapi kasihan sekali kalau mereka tidak dapat hidup bahagiah dalam kehidupan pernikahan yang mesra, sering tegur sapa dan bercanda, dan sering merasa cinta antara satu dengan yang lain dalam hidup mereka, meskipun mereka miskin dan harus bekerja keras hati mereka akan bertambah bahagiah dan akidah mereka semakin bulat..

Kita seharusnya mendengar bicara hati anak dan menyelami perasaan mereka apakah pilihan mereka dalam hidup, tapi harus realistis juga dalam keputusan. Anak-anak yang merasa orang tua mereka adalah sandaran hidup mereka akan sering mengingati kedua orang tua mereka dengan rasa kasih dan sayang dimanapun mereka berada, kerana mereka merasakan mereka berdua adalah pegangan mereka di dunia. Apabila mereka dipaksa, sebagai satu kekejaman sosial, mereka akan membenci mereka sehingga akan keluar dari Bawean. Mereka tidak mau kembali ke Bawean untuk mengingati hati mereka yang mengkal sampai hari itu. Ada beberapa contoh yang telah saya ketemukan dalam hidup, dan sangat saya sesalkan.

Memang juga ada jodoh pilihan orang tua sama-sama disetujui anak karena manusia tidak semuanya sama. Ada yang senang menurut dan tidak punya ambisi dan cita rasa yang tinggi. Tapi kita sebagai orang tua harus siap mendengar pendapat anak kita karena kita akan kembali menerima imbalan dari sikap kita yang harmonis dengan anak.

Siti Nurbaya adalah satu model anak-anak Islam yang berilmu. Ia tidak terdengar di Singapura lagi, atau dimana-mana tempat, dimana orang tua mereka yang pilihkan jodoh. Melainkan mereka sudah lanjut umur dan terlanjur bersendirian untuk berkahwin. Masing-masing punya masaalah pribadi.

Marilah kita manfaatkan ilmu anak-anak kita biarpun mereka perempuan, karena mereka akan menjadi pelindung kita pada waktu tua. Kalau benih yang tanam adalah benih yang baik, pasti akan tumbuh yang baik. Kalau dari kita telah dipupukkan segala kejelekan, pasti ia akan lengket pada pribadi anak kita dan dan tertunjuk pada kehidupan pribadi mereka.

Yang baik adalah, kita berserah pada Allah SWT. semoga anak-anak kita memilih jodoh yang terbaik, dan kita juga ridha kepada Allah SWT. bahwa jodoh-jodoh anak kita adalah pilihan_Nya.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean