Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bawean Pulau Pariwisata
Sebatas NATO

Bawean Pulau Pariwisata
Sebatas NATO

Posted by Media Bawean on Senin, 29 Agustus 2011

Media Bawean, 29 Agustus 2011

Oleh Baharuddin

Sejak beberapa tahun terakhir wacana Bawean sebagai pulau pariwisata terus bergulir. Setidaknya tanggal -- 28 Agustus 2011 – bertempat di Gedung Muslimat NU Cabang Bawean telah berlangsung Dialog Lintas Tokoh yang diadakan oleh Persatuan Mahasiswa Bawean (PMB) Nusantara dengan tema “Bawean Pulau Pariwisata, Mengapa dan Bagaimana? Semula terdapat dua pendapat : Setuju dan Tidak setuju. Tapi dalam dialog tersebut terungkap bahwa pariwisata merupakan suatu keniscayaan.

Kalau kita kembali kebelakang, jauh sebelum Indonesia merdeka, Bawean sudah menjadi tujuan wisata. Jejaknya masih tampak jelas berupa banyaknya etnis lain yang bermukim, menikah dan berank pinak di Bawean. Transportasi laut dilayani oleh kapal KPM : Tanjung Perak Surabaya – Bawean – Singapore secara reguler. Bawean merupakan tujuan wisata. Puluhan kapal Yacht, tallship yang datang dari Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dalam perjalanan keberbagai negara banyak yang menyinggahi Bawean. Bawean merupakan suatu distinasi, yang memang direncanakan sejak dari negaranya. Kapal mereka biasanya berlabuh di pantai Labuhan, desa Tanjung Ori kecamatan Tambak, suatu pantai yang oleh peneliti dari Universitas Kristen Petra disebut sebagai salah satu pantai terelok di Bawean. Jermy Fergusson mahasiswa dari New York tahun 1992 pernah lama tinggal di Bawean hanya lantaran ketika pergi ke Hawai, dia melihat buku Kumpulan Jukung dan menurut Jermy kepada penulis, jukung Bawean dunia juara. Di Bawean dia tinggal di rumah pak Saem, Langcapbhur desa Daun, ahli pembuat jukung. Sekitar tahun 80 an kapal pesiar dengan membawa sekitar 300 turis dari Eropa dan Amerika singgah di Bawean, para penumpangnya turun dan berputar-putar di sekitar alun-alun Sangkapura. Akan halnya pelancong dari Singapore dan Malaysia, hampir setiap hari ada saja yang datang dan kembali. Mereka adalah turunan Bawean yang sudah menjadi warga kedua negera tersebut. Wisatawan yang terakhir inilah yang banyak membawa berkah karena selama di Bawean mereka banyak menabur dolar dan ringgit kepada sanak keluarga dan handai taulannya. Indikasi bahwa begitu banyaknya pelancong ke Bawean dapat kita lihat di Airport Juanda Surabaya dan Hang Nadim Batam. Kedua terminal tersebut dikuasai oleh orang-orang Bawean baik di bagian tiketing maupun agkutan antar jemput. Ketika dialog berlangsung, tiba-tiba masuk Laura turis dari Scotlandia, dia ikut duduk lesehan.

Sadar akan potensi tersebut Imam Utomo pada saat menjabat Gubernur Jawa Timur dihadapan sejumlah Bupati dalam suatu pertemuan menyatakan akan menjadikan Bawean sebagai Bali nya Jatim. Proyek lapangan terbang di Tanjung Ori Tambak adalah realisasi dari pemikiran Imam Utomo itu. Dari kalangan masyarakat, wacana Bawean sebagai pulau wisata disambut dengan segala suka cita. Hanya sebagian kecil saja warga Bawean yang masih was-was karena hawatir akan dampak negatifnya. Pelan-pelan rasa was-was itu mulai cair, setidaknya hal itu dapat terungkap dalam Dialog, pernyataan K. Mashud, Rais Syuriah MWC NU Kecamatan Sangkapura : “Kita harus bersatu agar gagasan itu dapat terwujud”

Masyarakat pada dasarnya cukup antusias menyambut wacana Bawean sebagai tujuan wisata. Pak Arfae dan keluarganya selama 28 tahun menanam pohon bakau dalam rangka menyelamatkan pantai dari abrasi air laut yang akhirnya tercipta lahan baru yang diberi nama Pasir Putih. Kawasan Pasir Putih akhirnya menjadi tujuan wisata dan telah mengantarkan pak Arfae mendapatkan penghargaan tertinggi dari Presiden RI berupa Kalpataru dalam kategori Penyelamat Lingkungan. Soedirman dari Pudakit Timur berhasil melakukan penangkaran rusa (axis kuhli) diatas lahan seluas 4 hektar dalam suatu kawasan yang sangat indah dengan lanscap yang menawan. Banyak wisatawan lokal dan luar Bawean yang berkunjung ke lokasi itu. Pak Sudir – begitu dia biasa disapa -- sebagai Ketua Lembaga Masyarakat Berwawasan Alam Hayati (Lembah), akan menjadikan penangkaran rusa sebagai obyek wisata ilmiah. Dia juga sedang merintis ekotourisme, yakni perjalanan di kawasan alami yang melestarikan lingkungan hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. M. Natsir Abrari beberapa kali melawat ke Singapur dengan Teater Astaga nya menyajikan kesenian khas Bawean. Begitu juga dengan Drs. Cuk Sugrito, seniman gaek itu tak henti-hentinya menjajakan kesenian Bawean keluar Bawean, bahkan tanggal 9 - 17 September 2011 nanti dia dan anak-anak asuhnya – SMA Umar Mas’ud -- akan melakukan safari budaya yang akan dimulai dari Kijang, Tanjung Pinang, Bataman dan berakhir di Singapore. Khairil Anwar dengan Beku Bhei-Bhei selalu tampil dipentas lokal dan nasional menyajikan tari-tarian khas Bawean dengan kreasi baru. Begitu juga masyarakat di sekitar pantai Terosan, Jherat Lanjheng, Mayangkara, Diponggo dan lain-lain dengan inisiatif sendiri bersolek mempercantik diri. Dalam bidang kuliner Ada sejumlah warga yang membuat posot;posot, kerupuk ikan, dan lain-lain yang dikemas dalam bentuk yang sederhana. Dengan 17 anggota rombongan, pak Cuk dan anak asuhnya yang akan melawat dari Kijang – Singapore tersebut mengeluarkan dana dari kocek sndiri. Beruntung, karena penginapan dan akomodasi ditanggung komonitas Bawean di tempat masing-masing. Media Bawean besar sekali andilnya dalam mempromosikan Bawean ke manca negara. Belum lagi situs-situs komunitas dan pribadi milik warga Bawean yang meramaikan jagat maya tersebut.

Pemerintah Jawa Timur telah menabuh gendrang kawasan wisata bagi pulau Bawean. Masyarakatnya menyambut dengan gegap gempita walau dengan apa adanya. Lantas, diamana peran Bupati dan Anggota Dewan ? “Pemerintah kabupaten belum pernah secara spesifik membahas Bawean sebagai pulau wisata” kata Muhajir angota DPRD Kabupaten Gresik dari dapil 7 Bawean dalam Dialog tersebut. Lantas anggota dewan ? Penulis katakan mereka sama sekali tidak mampu menangkap aspirasi masyarakat atas potensi wisata yang ada. Maka, pak Arfae, pak Sudir, pak Cuk, M. Natsir, Khairil Anwar dan yang lain sudah lama berjalan sendiri karena pemerintah tidak hadir disana. Bahkan pemerintah melakukan pembiaran terhadap berlangsungnya pengrusakan pantai dan hutan. Tanah longsor yang terjadi di dusun Candi beberapa tahun yang lalu adalah salah satu ‘andil’ dari pemerintah kabupaten. Kenapa ? Musibah tersebut disebabkan karena adanya penebangan kayu, baik yang dilakukan secara legal maupun dengan cara pencurian. Penebangan secara legal, tentu pemerintah akan mendapat retribusi dalam mengisi pundi-pundi untuk Pendapatan Asli Daerah. Tapi dengan penebangan yang tidak terencana dampaknya sangat luar biasa, yang pada akhirnya untuk melakukan rehabilitasi, musibah yang terjadi sama sekali tidak sebanding dengan retribusi yang diperoleh.

Masyarakat Bawean tidak menutup mata akan ikhtiar yang dilakukan oleh Bupati Sambari Halim. Listrik menyala 24 jam, jalan dibangun, tiket kapal diturunkan dan Komunitas masyarakat Bawean Gresik diberi Gedung sebagai pusat informasi Bawean. Tapi tanpa adanya rencana strategis, langkah-langkah taktis dan rencana tata ruang wilayah pariwisata yang jelas, upaya yang dilakukan nya hanyalah bersifat sporadis. Maka tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa menjadikan Bawean sebagai pulau wisata hanyalah sebatas NATO, No Action Talk Only.

Baharuddin,
Penasehat Lembaga Masyarakat Berwawasan Alam Hayati (Lembah)

SHARE :

3 comments

Anonim 29 Agustus 2011 pukul 20.42

NATO -- Best!

Alwi Mnr 30 Agustus 2011 pukul 10.26

Pengembangan alam Bawean lebih berorientasi pada pengembangan ekonomi tetapi melupakan fungsi ekologis. kami sarankan kepada pihak pengambil kebijakan gresik dan Bawean untuk segera membagi wilayah bawean ke dalam tiga mintakat (wilayah) yaitu mintakat pengembangan ekonomi, mintakat penyanggah alam, mintakat tata ruang wilayah (perumahan penduduk. Ingat bos...pemberdayaan masyarakat lokal harus diutamakan..

Anonim 30 Agustus 2011 pukul 23.48

Bawean pulau wisata is't OK....... tak usah muluk2 membahas bawean sbg pulau wisata....

TAPIIIIIIIIIIIIII,,, Wisata itu menyangkut :

1. Transportasi MAHAL POLLLL (u/ wisatawan domestik);

2. sarana jalan raya (bagusnya di buat OFFROAD)

3. Banyaknya kemauan dr org bawean sndri sebelum d buat pulau wisata, seperti:
a. ulama2 bawean terlalu takut akan budaya yg d bw oleh wisatawan, padahal org bawean sdh tahu n mengikuti TREN YANG ADA TANPA ADA EMBEL2 PULAU WISATA seperti Berpakaian ala kadarnya (khusus perempuan), Mabuk-mabukan, PERZINAHAN.
b. pembagian jatah penghasilan, pemberdayaan pribumi (padahal itu belum ada plant proyek sama sekali)

4. Pemerintah terlalu sering membumbung tinggikan angan2 org2 bawean dalam sesuatu hal demi memuaskan nafsu politik mereka.

5. terlalu banyaknya "MAFIA" yg ada di segala bidang mulai rakyat jelata sampai aparat pemerintahan.

6. Terlalu "SERINGNYA SUNATAN" terhadap dana2 dari APBN ato APBD yg membuat Bawean semakin terpuruk

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean