Media Bawean, 30 Januari 2012
Kemarin, Ahad 29 Januari 2012, saya menghadiri undangan MWC NU Kepuhteluk dalam rangka Maulid Nabi. Bersama Dr.Jazuni, SH , kami menyampaikan pemikiran tentang eksistensi NU, utamanya di pulau Bawean. Pokok-pokok pikiran saya adalah :
1. Islam yang masuk ke Nusantara adalah sunni. Hadratussyaikh KH.Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah Ahlisunnah Waljama’ah hal 9 menyatakan “ Kaum muslimin di nusantara pada awalnya adalah satu dalam madzhab, aqidah dan tashawuf”. Paham-paham lain baru muncul pada awal abad 20.
2. Paham-paham baru begitu mudah masuk. Pertanyaannya adalah, mengapa begitu mudah masuk. Saya menjawab karena tingkat pemahaman umat islam terhadap agamanya masih rendah. Alih-alih memahami islam secara mendalam, kewajiban shalat dan zakat saja masih banyak yang enggan. Akibatnya, jika ada faham baru yang menguntungkan dirinya atau menarik hatinya maka dengan cepat ia berubah. Contohnya adalah fahamnya Lia Eden yang masih hidup sampai hari ini. Awalnya Eden menyatakan bahwa ia adalah malaikat Jibril kemudian ia meralat bahwa ia adalah seorang nabi. Pengikutnya masih juga setia karena Eden benar-benar memperhatikan kesejahteraan pengikutnya. Sama halnya dengan Ahmad Mushadeq yang kini sudah tobat setelah kalah berdebat dengan KH. Said Aqil Siradj di mabes polri. Tidak tanggung tanggung, butuh waktu tiga jam untuk mengalahkan nabi palsu ini. Alhamdulillah, seluruh pengikutnya yang berjumlah sepuluh ribuan orang ikut bertobat. Andaikan Lia Eden mau diajak berdialog tentu jalan ceritanya mungkin akan berbeda.
3. Yang harus dilakukan oleh NU. Jujur ketika menyampaikan hal yang ke tiga ini, hati terasa berat. Karena saya faham bahwa mengusulkan jauh lebih gampang daripada berbuat. Saya bisa saja mengusulkan puluhan pendapat, tetapi bagiamana melaksanakan program yang bagus-bagus di tengah SDM warga NU yang rendah? Akhirnya saya menyampaikan 6 hal yang realistis.
a. Memperkokoh dan mengembangkan faham Ahlusunah Wal-jama’ah. Sarananya sudah ada. Yaitu Pondok Pesantren, Sekolah – sekolah formal milik LP.Ma’arif, tradisi, website, jejaring social, halaqah dan penyebaran buku.
b. Membangkitkan ekonomi warga NU. Sarananya yaitu pemberdayaan LAZISNU. Saat ini LAZISNU belum berkembang.
c. Menjaga empat pilar bangsa yaitu NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Sarananya adalah pondok pesantren, sekolah formal, website, jejaring social, halaqah, dan penyebaran buku. Penting juga selalu menjaga silaturahim dengan elemen bangsa yang lain seperti TNI dan Polri. Jalinan silaturahim antara NU, Polri dan TNI sangat penting. Kejadian pembakaran mushala milik orang Syi’ah di Sampang Madura mengindikasikan lemahnya koordinasi. Ketika saya dan teman dari Lamongan ( Ahmad Wahib) berkunjung ke Sampang dan bertanya kepada warga mereka menjawab bahwa pemimpin mereka , Tajul Mulk, adalah orang yang baik. Ia bergaul dengan warga secara baik. Namun dalam pengajiannya sering mencaci sahabat Abu Bakar, Umar dan Usman. Cacian kepada sahabat inilah yang membuat telinga warga memerah. Sampai di sini, andaikan ada koordinasi antara ranting NU , Polri dan TNI maka kejadian tersebut bisa dihindari.
d. Mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Bawean. Pemberdayaan LP.Ma’arif cabang Bawean adalah kuncinya. Dari 44 MINU, belasan MTs Ma’arif, satu SMP dan SMA NU adalah asset besar pendidikan di Bawean. Di era kepemimpinan bapak Abdul Halim saat ini, LP.Ma’arif sudah cukup kreatif dalam programnya. Kekurangan-kekurangan yang ada harus dibenahi secara continue.
e. Advokasi sarana public. Ada banyak persoalan service public yang harus selalu diawasi. Yaitu : Jalan lingkar Bawean, PLN, Telkom dan Transportasi laut dan udara. Pada titik ini NU harus berbenah. Belum banyak yang menyadari bahwa NU sudah saatnya menjadi ormas advokasi. Advokasi yang dilakukan NU terhadap service public baru bersifat sporadic dan biasanya atas inisiatif ketua dan dilakukan oleh ketua.
f. Advokasi public. Kasus korupsi, asusila, hutan lindung, perburuan rusa Bawean, terumbu karang, hutan bakau, langkanya BBM dan sembako adalah lahan besar garapan NU.
Kerja besar ini tidak mungkin berjalan bila hanya dibebankan kepada ketua dan rois. Maka aneh sangat aneh ketika di suatu forum, ketua ranting atau MWC NU menelanjangi kekurangan pengurus cabang padahal rantingnya sendiri programnya tidak berjalan. Adalah tidak lucu bila ada pengurus cabang dan MWC NU begitu bersemangat mengkritik ketua dan rois padahal sang pengkritik dikenal pemalas. Kata pepatah gajah di pelupuk mata tak tampak tetapi kuman di seberang lautan tampak. Dari 4 MWC NU yang ada maka yang paling sehat adalah MWC NU Daun. Disusul MWC NU Tambak dan MWC NU Kepuhteluk. Sedangkan MWC NU Sangkapura hidup segan mati tak mau.
Sedangkan Dr.Jazuni , SH menyampaikan kritik konstruktif kepada pengurus NU, diantaranya adalah pertama manfaat NU bagi kesejahteraan warganya belum maksimal. NU sebagai kereta yang besar belum bisa membawa warganya kepada hidup yang layak. Kedua pengurus NU jangan sampai menggadaikan NU untuk kepentingan pribadi.
Sahabat Rijal yang dikenal nyentrik menuturkan bahwa NU ibarat ibu dan partai politik ibarat istri. Bila ada ketidakcocokan dengan istri maka bisa dicerai, namun bila ada ketidakcocokan dengan ibu mustahil untuk dicerai.