Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Indahnya” MOLOT” Tradisi Bawean

Indahnya” MOLOT” Tradisi Bawean

Posted by Media Bawean on Senin, 13 Februari 2012

Media Bawean, 13 Februari 2012


Oleh : Oleh R. Ali Masyhar Raumi

Perayaan maulid Nabi Muhammad saw adalah suatu ungkapan rasa syukur dalam bentuk kegembiraan, kebahagiaan dari Umat Islam atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw., yang membawa kita dari kegelapan menuju cahaya terang benderang. Dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 107 ditdgaskan bahwa Nabi Muhammad diutus sebagai pembawah Rahmat bagi seluruh alam. Dengan demikian tugas yang diemban Rasulullah SAW bukan hanya bertugas untuk membangun sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan umat manusia menuju penghambaan kepada Allah dalam semua dimensi kehidupannya secara totalitas. tapi juga menata segala aspek tatanan kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan sunatullah.

Imam Al-Qasthalani berpendapat selama umat Islam masih melakukan perayaan maulid Nabi SAW dengan memberi shadaqah, menampakkan kebahagian, menambah perbuatan baik, membaca sejarah Nabi SAW. maka Allah akan memberikan Rahmat padanya. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapat:” Apa saja yang dikerjakan pada hari maulid Nabi SAW. dengan pemahaman arti syukur kepada Allah, membaca Al-Qur’an, sejarah hidup Nabi SAW., bershadaqah, makan-makan dan melagukan syair pujian kepada Nabi SAW. dan kalaulah diikutu dengan permainan yang dibolehkan, maka tentu hokum peringatan maulud itu mubah”.

Ibnu Battuta seorang ahli sejarah yang masyhur pada abad ke - 8 telah menulis didalam kitabnya, Rihla bahwa pada setiap hari Juma’at, setelah usai shalat dan pada hari kelahiran Nabi pintu Ka'bah akan dibuka oleh ketua Banu Shayba, pemegang kunci pintu Ka'bah. Dan juga pada hari Maulidurrasul (S.A.W), seorang Qadi yang bermadzhab Shafi'i (Ketua Hakim, Makkah), Najmuddin Muhammad Ibnu al-Imam Muhyiddin al-Tabari, membagi-bagikan makanan kepada shurafa' (keturunan Nabi [s.a.w]) dan juga kepada penduduk Majkah. 

Perayaan Peringatan Maulid Nabi SAW. yang diselenggarakan secara ramai dan besar-besaran oleh kalangan penguasa adalah pada masa gubenur Arbela Amr Abu Said Mudlafaruddin, wafat pada tahun 630 H. disebutkan dalam teks sejarah, beliau mengundang kalangan muslimin di daerah itu, para ulama, para umara dan kaum sufi hingga rakyat, beliau menyembelih 5000 ekor kambing, 10.000 unggas dan menyediakan 30.000 piring makanan.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Bawean

Peringatan maulid Nabi SAW. di Bawean mempunyai ciri dan keunikan tersendiri. Disamping perayaan maulid di isi dengan kegiatan Dzikir, Majlis Ta’lim, Asyrakalan dan permainan anak-anak, juga ada tradisi “Angkatan”( semacam parsel atau wadah yang dihias berishkan makanan,buah-buahan,kue dll), dulu dikenal dengan istiliah “TENGGUK” (istilah orang sangkapura kota). Angkatan ini mempunyai nilai tradisi budaya tersendiri bagi masyarakat Bawean. 

Pada tahun 70 an – 80 an berkat “Angkatan” ini di Sangkapura dikenal dengan istilah TENGGUK. Dari sisi bentuk dan isinya TENGGUK punya persamaan dengan makanan yang di arak dalam acara sekatenan pada bulan maulid di Yogyakarta. Hal ini kalau dihubungkan dengan sejarah pemerintahan Pangeran PURBONEGORO di Bawe`n tahun 1720 – 1747 M.(makamnya di lereng gunung Malokok Sawahmulya Sangkapura). Beliau putra dari Pengeran Tjokroningrat dan beliau dikenal sebagai penguasa juga seorang kiyai yang alim serta bijak. Didalam mengendalikan pemerintahannya di Bawean, beliau menjalin hubungan kerjasama dalam bidang pemerintahan dengan kerajaan Solo dan Mataram, maka dapat di asumsikan asal usul TENGGUK ini merupakan adopsi budayah dari kerajaan Solo dan Mataram dalam perayaan peringatan Maulid Nabi SAW.

Asumsi lain (husnudhon) dari penulis berkat “Angkatan” itu sebagai pengejewantahan shadaqah individu terkoordir yang merupakan bagian dari ungkapan kegembiraan dalam perayaan maulid Nabi SAW. dan bentuk dakwah budayah para ulama dan Kiyai di Bawean pada masa lalu, yang mengajak masyarakat untuk bershadaqah di bulan kelahiran Nabi SAW. Mungkin saja para kiyai dan ulama Bawean pada masa silam mencontoh (ittiba’) dengan model dakwah budayah Walisongo yang berhasil mengislamkan masyarakat Jawa.

Namun dalam perkembangannya ada sebagian orang yang menggugat bahwa perayaan peringatan maulid Nabi SAW. dengan menyertakan Angkatan sebagai suatu hal yang mubadzir, karena mereka menilai dari sisi duniawi. Coba kita pelajari dengan seksama tentang kisah Abu Lahab saat mendengar kelahiran Nabi SAW. dari berita seorang budaknya yang bernama Tsuwaybah. Abu Lahab riang gembira dan bahagia mendengar Rasulullah lahir dengan memerdekakan Tsuwaybah sebagai bentuk kegembiraannya. Dan apa yang terjadi, setelah Abu Lahab meninggal dunia ia mendapat keringanan siksa kubur dari Allah pada setiap hari senin. (lebih lengkapnya lihat Kitab Shahih Bukhari bab kitab nikah dan Fathul Bare’I juz 11 hal 403). Bagaimana dengan kita umat Islam mengungkapkan syukur bergembira pada saat hari,tanggal dan bulan kelahiran Nabi SAW. dengan bershadaqah dalam bentuk “Angkatan”..?.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean