Media Bawean, 14 Februari 2012
Bagaimana sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Sangkapura tentang maraknya prostitusi atau dikenal pekerja seks komersial (PSK) di Pulau Bawean, berikut hasil liputan Media Bawean lenghubungi KH. Abd. Latif sebaga Ketua MUI (senin, 13/2/2012).
Menurut KH. Abd. Latif, dalam acara kegiatan pembentukan dan pelantikan MUI tingkat desa sudah dibahas bersama tentang maraknya prostitusi di Pulau Bawean.
Langkah MUI melalui pengurus tingkat desa sudah melaksanakan tugasnya dengan melakukan pendekatan terhadap orang yang diduga sebagai pelaku dengan pihak kelaurganya, termasuk aparat desa, dan tokoh masyarakat.
"Setelah dilakukan pendekatan ternyata yang diduga pelaku tidak melakukan di tempat asalnya, melainkan prakteknya ke daerah luar sehingga kesulitan dalam melakukan penanganan secara langsung,"katanya.
"Adanya penangkapan dibeberapa tempat yang dilakukan oleh warga, merupakan solusi paling tepat untuk mempersempit ruang gerak maraknya pelacuran di Pulau Bawean. Silahkan dilakukan pengamanan, jika ada pasangan mencurigakan pada waktu malam hari,"paparnya.
"Jika langkah preventif melalui pendekatan ternyata tidak membuahkan hasil, selanjutnya MUI bersama pihak berwajib akan melakukan langkah tegas dengan menjerat pelaku melalui proses hukum yang berlaku,"ujar Ketua MUI kecamatan Sangkapura.
Ir. H. Syariful Mizan sebagai Ketua PCNU Bawean menyatakan sudah mempersiapkan langkah untuk segera menghentikan praktek prostitusi di Pulau Bawean. "Melalui pendekatan secara langsung kepada orang-orang yang dicurigai sebagai pelaku, serta terhadap anak muda akan segera dilakukannya,"pungkasnya.
Anis Hamim sebagai putra Bawean yang aktif di UNDP Jakarta, mengatakan praktek prostitusi dengan keterlibatan mucikari atau germo adalah tindakan kriminal, pelakunya bisa dijerat dengan KUHP dan pidana perdagangan orang.
"Motif prostitusi disebabkan gaya hidup dan desakan ekonomi, solusi gaya hidup tidaklah sulit hanya menunggu sampai mereka menikah akan berhenti dengan sendirinya,"jelasnya.
Menurut Anis Hamim, sebagai Shock therapy perlu dipasang spanduk yang isinya warga Bawean menolak segala bentuk prostitusi, ingatkan pasal-pasal pidana yang bisa dikenakan bagi germo, pengguna, dan pelacurnya. (bst)
"Motif prostitusi disebabkan gaya hidup dan desakan ekonomi, solusi gaya hidup tidaklah sulit hanya menunggu sampai mereka menikah akan berhenti dengan sendirinya,"jelasnya.
Menurut Anis Hamim, sebagai Shock therapy perlu dipasang spanduk yang isinya warga Bawean menolak segala bentuk prostitusi, ingatkan pasal-pasal pidana yang bisa dikenakan bagi germo, pengguna, dan pelacurnya. (bst)