Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Dari Rumah-Nya
Kita Makmurkan Bumi-Nya

Dari Rumah-Nya
Kita Makmurkan Bumi-Nya

Posted by Media Bawean on Jumat, 06 Juli 2012

Media Bawean, 6 Juli 2012 

Oleh : Ali Asyhar (Dosen STAIHA)

Sekelompok anak-anak berkejaran di serambi masjid. Tertawa riang ke sana kemari. Datanglah ta’mir masjid memarahi mereka. Ta’mir itu mengatakan bahwa masjid adalah rumah Allah, tempat ibadah bukan tempat bermain. Anak-anak terdiam meski mereka tidak faham dengan penjelasan pengurus tadi. Dalam pikiran mereka masjid adalah tempat yang nyaman untuk bermain dan bertemu kawan-kawan. Tempatnya luas, sejuk dan bersih. Tidak seperti rumah mereka yang sempit , kotor dan panas. Sehari sebelumnya takmir masjid juga memarahi seorang jama’ah yang tidur di serambi. Seorang jama’ah sengaja melepas penat dengan tidur di bawah kipas angin yang sejuk. Pulas sekali. Si ta’mir berujar bahwa masjid bukanlah hotel. Masjid adalah tempat ibadah bukan tempatnya orang tidur.

Kejadian di atas adalah realita saat ini. Masjid semakin tidak ramah dengan jama’ahnya. Masjid menjadi tempat yang rigid, kaku dan angker. Masjid hanya dipakai untuk ritual shalat, wirid, i’tikaf, membaca al-Qur’an dan sesamanya. Setelah itu masjid dikunci dan sepi. Berbeda di zaman Rasulullah SAW dan sahabat. Masjid adalah markaz umat islam. Dari masjid Nabi SAW memberangkatkan pasukan perang, mengabarkan situasi peperangan, membagi zakat, menerima tamu, menerima keluh kesah sahabat, bermusyawarah tentang tata kelola negara dan sebagainya. Sampai zaman Khulafaurrasyidin masjid adalah kantor kekhalifahan.

Angker dan sepinya masjid mesti diakhiri. Ada dua cara yang bisa kita mulai segera untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai markaz umat islam. Pertama, memahami tujuan dan filosofi bangunan masjid. Kedua mengembangkan fungsi masjid. Tujuan didirikannya masjid adalah untuk taqwa kepada Allah. Makna sederhana dari taqwa adalah menyembah hanya kepada Allah dan menyayangi semua makhluq-Nya. Makhluq Allah adalah manusia, binatang dan alam semesta. Berarti masjid harus dipakai untuk menyembah Allah dan bermusyawarah mencari formula yang tepat untuk menyayangi makhluq Allah. Seperti : menyayangi orang fakir, orang cacat, anak yatim-piatu, para janda, beasiswa pendidikan anak tidak mampu, pelestarian hutan, pelestarian terumbu karang, pencemaran air dan sejenisnya.

Memahami filosofi bangunan masjid artinya bangunan masjid di Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya terdiri dari dua bagian. Yaitu bagian dalam dan serambi. Bagian dalam melambangkan hablun minallah dan serambi melambangkan hablun minannas. Bagian untuk imam dibuat tersendiri. Ruangan imam melambangkan Dzat yang maha kosong yaitu Allah SWT. Walhasil dari filosofi bentuk bangunan masjid bisa kita simpulkan bahwa masjid adalah sarana untuk berhubungan dengan Allah dan menyayangi makhluq-Nya.

Pengembangan fungsi masjid setidaknya ada empat. Pertama : untuk menjaga akidah islam. Masjid adalah tempat paling ideal untuk menjalankan ritual-ritual keagamaan. Masjid sayogyanya juga dijadikan tempat mengaji dan mengkaji. Mengaji dalam arti doctrinal dan mengkaji artinya menalar pola keberagamaan. Mengaji artinya menambah pengetahuan sedangkan mengkaji adalah evaluasi diri dan seterusnya. Mengaji dan mengkaji ibarat dua sisi mata uang. Tidak boleh dipisahkan. Mengaji tentang syarat rukun shalat juga harus dibarengi dengan mengkaji tujuan shalat. Mengapa lima waktu, mengapa jumlah raka’atnya berbeda, bagaimana supaya shalat kita ber-atsar dan seterusnya.

Pengembangan kedua adalah : menjaga kesehatan jama’ahnya. Pengelolaan masjid harus mulai memperhatikan kesehatan jama’ahnya. Kesehatan seseorang terkait dengan makanan dan rumah tinggal. Maka masjid harus memperhatikan ketersediaan makanan dan papan yang layak bagi jama’ahnya. Menyantuni jama’ah yang sakit dan seterusnya . Dengan menggunakan uang kas masjid? Benar. Uang kas masjid harus diberdayakan supaya lebih produktif dan bermanfaat. Bukan hanya disimpan sambil menunggu lampu masjid rusak.

Pengembangan ketiga adalah memperhatikan kualitas pendidikan jama’ahnya. Paling tidak generasi muda islam di sekitar masjid. Uang kas masjid akan produktif bila digunakan untuk membantu biaya pendidikan jama’ahnya. Apakah boleh? Boleh. Karena orang yang menyumbangkan uangnya ke kotak amal masjid niatnya adalah untuk kemaslahatan masjid. Bila jama’ahnya berpendidikan maka dengan sendirinya masjid akan maslahah.

Pengembangan ke empat adalah masjid harus memikirkan pengembangan ekonomi jama’ah. Utamanya jama’ah yang miskin. Jama’ah yang miskin adalah tanggung jawab bersama. Umat yang miskin hanya akan mempermalukan islam sendiri.

Empat pengembangan fungsi masjid ini akan menjadikan masjid benar-benar hidup. Masjid terasa manfaatnya untuk jama’ah. Karena masjid memang untuk jama’ah (manusia) bukan untuk Allah. Allah tidak butuh masjid. Langkah kecil untuk menanamkan rasa cinta kepada masjid adalah membiasakan anak-anak ke masjid. Shalat, mengaji dan bermain asal tidak merusak barang masjid. Bila mereka merasa nyaman di masjid maka masjid akan selalu di hatinya sampai dewasa. Juga membiarkan orang tidur di serambi masjid. Sebab, orang yang tidur di masjid akan lebih mudah dibangunkan untuk shalat daripada tidur di rumah.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean