Media Bawean, 14 September 2012
Ceppoh begitulah namanya, setelah Media Bawean menanyakan bahasa Indonesia hasil kerajinan tangan ternyata kebingungan untuk menjawabnya. Ada yang menjawabnya bakul dan lain-lain.
Warga Dusun Serambah, desa Kebuntelukdalam, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik mayoritas berprofesi sebagai pembuat ceppoh. Setiap hari ramai warganya membuat ceppoh di depan rumah, tepatnya duduk di dhurung. Penuh kesabaran dan keuletan, mereka membuat ceppoh dengan bahan sudah disediakan, lalu bambu dianyam sampai jadi.
Menurut nenek Rahbe (70 th.), warga Serambah mayoritas membuat ceppoh sebagai kerajinan tangan mulai dari nenek moyangnya terdahulu sampai sekarang masih bertahan. Sedangkan generasi penerusnya, "Jangan khawatir, semua warga Serambah sudah terampil membuat ceppoh, dari usia tua hingga muda semua bisa,"katanya.
Ceppoh menurut Rahbe, meliputi empat bagian yaitu lerangan, bingker, attah, dan sengkel.
Berapa banyak hasil pembuatan ceppoh setiap hari? "Hanya 2 saja setiap harinya,"jawabnya.
Sedangkan harga jual ceppoh perbuah di pasar, disesuaikan ukurannya. Ukuran kecil seharga dijual seharga Rp.5 ribu dan ukuran besar seharga Rp. 8 ribu. "Jadi setiap hari penghasilannya sebesar Rp.16 ribu, itupun bila laku terjual dipasar,"paparnya.
"Pernah menerima order sangat banyak sampai 1.500 buah ceppoh, itu setahun lalu saat ada kegiatan maulid Internasional di Sangkapura,"terangnya.
Selain ceppoh, warga Serambah juga menerima pesanan membuat tara'an (alat untuk membersihkan padi saat akan dimasak), tompoh (alat untuk membasuh beras saat akan dimasak), keranjang dan kipas terbuat dari anyaman. (bst)