Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Inspirasi Dari Pangeran Sabrang Lor

Inspirasi Dari Pangeran Sabrang Lor

Posted by Media Bawean on Selasa, 19 Maret 2013

Media Bawean, 19 Maret 2013

Ali Asyhar
( Dosen STAIHA dan wakil ketua PCNU Bawean)

Sejarah adalah cermin bening untuk kita tengok demi langkah yang lebih baik. Peristiwa hari ini sejatinya sudah berulang-ulang terjadi pada masa lampau. Hanya kadar dan pelakunya yang berbeda. Roman hidup yang berkisah tentang kasih sayang, cinta, kesetiaan dan pengorbanan berhadapan dengan kebencian, dendam, peperangan dan pengkhianatan. Pada awal sejarah manusia kita mengenal sosok Habil yang penuh kasih dan Qabil sang pembunuh. Di era Musa ada Fir’aun yang sombong, Haman sang penjilat dan Qarun yang kikir. Di masa Nabi SAW muncul Abdullah bin Ubay bin Salul yang munafik dan Bilal bin Rabah yang setia.

Jauh setelah masa itu pada saat bangsa Indonesia berjuang meraih kemerdekaan kita disuguhi heroisme dari para pendiri bangsa. Sultan Hasanudin gugur di tiang gantungan, Teuku Cik Di Tiro diracun antek Kompeni, Soekarno – Hatta berkali-kali masuk penjara, Kyai Hasyim Asy’ari dicabuti kuku kakinya oleh tentara Jepang dan Kyai Zainal Musthafa yang di ekskusi mati Kempetai. Saat ini tak kurang orang bijak bestari. Banyak orang-orang yang hidupnya diwakafkan demi kebaikan bersama. Di Mojokerto, Sugeng Siswoyudoyono tiap hari membuat kaki palsu yang diberikan kepada sesama secara cuma-cuma. Di Rembang Jawa Tengah si “ profesor mangrove” Suyadi waktunya habis untuk menanam mangrove yang menyejahterakan warga disekitarnya. Mangrove yang pada awalnya untuk menahan abrasi juga menjadi kampung ikan dan habitat laut lainnya. Bapak tua ini tidak bergelar akademik apapun namun dedikasinya terhadap lingkungan telah mengundang banyak sarjana untuk berguru kepadanya. Namun tidak kurang pula orang yang culas. Dikabarkan dari banyak media bahwa KPK menyita belasan rumah mewah dari seorang pejabat yang diduga hasil korupsi. Keserakahan satu manusia menyengsarakan jutaan saudaranya yang lain.

Syahdan…

ADIPATI UNUS

Adipati Unus adalah sultan kedua kerajaan Demak. Nama lengkapnya yaitu Adipati Muhamad Yunus. Putra sulung Raden Patah ini memiliki wawasan ke-nusantara-an yang utuh. Ia berkeyakinan bahwa kejayaan nusantara harus dimulai dari pemberdayaan kelautan. Unus memperkuat angkatan lautnya. Ia juga menjalin persaudaraan dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya meski berbeda keyakinan. Tak sekalipun ia memerangi sesama bangsanya. Unus mengarahkan moncong meriamnya ke arah Malaka. Portugis adalah musuh yang harus di waspadai. Portugis dikenal sebagai perompak sadis. Demi rempah-rempah dan kidung Kristus Portugis akan melumat bangsa manapun. Ketentraman bandar-bandar di nusantara adalah harga mati agar para saudagar berdatangan dari segala penjuru. Sebaliknya, bila Bandar-bandar utara terjamah Portugis maka kekacauan yang terjadi. Unus menyiapkan 2000 kapal perang dengan prajurit pilihan.

Tahun 1521 M Unus menyerbu Portugis di kandangnya, Malaka. Pertempuran laut maha hebat berkecamuk selama tiga hari tiga malam. Air laut semburat merah darah. Jeritan prajurit yang gugur menyatu dengan deburan ombak. Pasukan Unus terpukul mundur. Ia kembali ke Demak dengan sisa-sisa pasukannya. Unus terluka parah dan gugur tiga bulan kemudian. Meski kalah dalam pertempuran namun Unus menang dalam peperangan. Portugis gentar. Tak diduga pasukan Demak dengan gagah berani datang ke Malaka dan menghantamnya. Selama 20 tahun Portugis tak berpikir untuk datang membalas. Portugis baru datang setelah Demak remuk-redam oleh ulah Trenggono.

TRENGGONO

Trenggono naik tahta menggantikan Unus. Berbeda dengan kakaknya, Unus, Trenggono bernyali kecil. Tak terpikir olehnya menjaga nusantara dari orang-orang kulit putih. Ia mengabaikan angkatan laut dan lebih memilih untuk memperkuat pasukan berkuda. Pasukannya ia arahkan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil dengan dalih menyebarkan agama. Ia mulai dengan menundukkan Lasem, Tuban, Gresik, Pasuruan, Kediri dan Purwodadi. Disaat Trenggono terbuai dengan kemenangannya datanglah Portugis. Demak pun runtuh . Portugis mulai menguasai bandar-bandar besar sejak dari Banten sampai Surabaya. Nusantara jatuh dipelukan pasukan asing.

Portugis baru berhasil dihalau oleh seorang pemuda desa, Wira. Dengan bantuan kendi-kendi kecil yang berisi minyak dari Cepu, Wira dan pasukannya mengusir Portugis dari Tuban tahun 1577. Sejak saat itu Portugis tak lagi datang selamanya.

AKHIRNYA

Lembaran kehidupan telah terhampar terang di hadapan kita. Kini terpulang kepada kita untuk berjalan di teras yang indah atau di lorong gelap. Menjadi pemenang dalam peperangan atau sekedar memenangkan pertempuran.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean