Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Rhoma Irama For Presiden RI
Ahlan Wa Sahlan Fil Pulau Bawean

Rhoma Irama For Presiden RI
Ahlan Wa Sahlan Fil Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Kamis, 27 Februari 2014

Media Bawean, 27 Februari 2014 

Anatomi Lagu-lagu Rhoma sebagi Gula-gula Kehidupan 
Oleh : Sugriyanto (guru SMA Negeri 1 Sangkapura)

Kabar yang cukup santer terdengar saat ini adalah rencana kunjungan atau kedatangan Raja Dangdut Rhoma Irama ke Pulau Bawean. Kedatangan sang primadona desa membikin semua warga “penasaran”. Dalam kancah atau gelanggang perpolitikan Indonesia warga pun tak heran bila Rhoma Irama jadi rebutan. Di samping untuk menjalin tali persaudaraan karena sudah diketahui bersama bahwa muslim itu bersaudara, ini juga merupakan bagian dari “kelana” politik di ajang “pemilu” presiden tahun ini. Sekian puluh tahun yang lalu, Rhoma Irama pernah manggung bersama grup OM Soneta di alun-alun Kota Sangkapura Bawean Gresik. Sudah sekian lama pula warga Bawean “menunggu” kedatangan maestro Dangdut Indonesia bersama Sonetanya. Alangkah “syahdu”-nya bila kedatangan Rhoma Irama ke Pulau Bawean dipaskan dengan malam “bulan purnama”. Di malam itu “bunga desa” dengan “kerudung putih”-nya akan bermandikan cahaya. Apalagi kedatangan Rhoma Irama bertepatan dengan “malam minggu” warga Bawean siap “begadang” untuk meluapkan “kerinduan”. 

Warga Pulau Bawean merasa sedikit lebih “santai” yakni saraf tidak tegang dan otot tidak kejang akibat berpikir sehari-hari. Rasa “satress” pun hilang dengan “berdendang” sambil berjoget dalam menerima “Ridho”-Nya.

Sosok Rhoma Irama bukan wajah baru dalam panggung politik Indonesia. Kerap kali dalam setiap performa atau penampilan dengan busana “taqwa” sebagai kekhasan dari grup OM Soneta dibawa pimpinannya. Warga berharap Rhoma Irama datang bersama rombongan Grup soneta untuk kangen-kangenan di Pulau Bawean. Lebih senang lagi bila Rhoma Irama mengajak Ummi Elvi Sukaesi, Mbak Rita Sugiarto (red: bukan Sugriyanto), Nur Halimah, bila perlu Sang Guru Langer Mangeskan yang dari India pun diajak. Lebih meriah lagi bila “Ani” (bukan- Ani Yudoyono) melainkan Ani (Yati Oktavia) juga tidak dilupakan untuk diajak. Hal ini menandakan bahwa profil Rhoma Irama benar-benar pluralis di dalam negara yang menganut paham “bhinneka tunggal ika” sebagai lambang negara Indonesia.Termasuk menunjukkan kepada bangsa Indonesia bahwa kemajemukan bukan menjadi tirai atau “tabir kepalsuan” melainkan sebagai harta kekayaan yang tidak ternilai mahalnya.

Sebagai warga negara, Rhoma Irama tentu memiliki “hak azazi” berdasar Panca Sila yang sama dengan warga Indonesia lainnya. Sesuai dengan petikan syair lagunya “Jabatan perlu, cantik pun perlu untuk gairah cinta. Akhlak mulia hiasan yang utama.” Penulis merasa tertegun dan terperangah kecewa saat menyaksikan tayangan acara Mata Najwa yang menghadirkan sosok mantan presiden Habibi yang dengan kegeniusannya atau kepintarannya- terlepas dari sikap egonya- saat Najwa Sihab sebagai pembawa acara menunjukkan beberapa foto calon presiden hanya Rhoma yang tidak dikenalnya. Sungguh terlalu...Ini menunjukkan betapa tipisnya rasa “lita’arafu” dalam koridor berbangsa.(Bawean : abhengsa-bhengsa). Minimal jika tidak kenal tentu tahu. Terlepas dari Rhoma sebagai manusia yang tidak luput juga dari kekhilafan, sumbangsih Rhoma kepada negara lewat pajak penjualan albumnya juga patut dihargai. Senada pula dengan ungkapan dari John F. Kennedy “Jangan tanyakan apa yang dapat negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang dapat kamu berikan kepada negara”. Sama halnya dengan fatwa KH. Ahmad Dahlan “Hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah”. Belum lagi nasihat-nasihat dalam lirik-lirik lagunya Rhoma yang komprehensif dalam segala aspek kehidupan telah mewarnai karakter bangsa yang bernilai kebaikan. Atau mungkin saja Habibi sebagai manifestasi serta representasi warga “ibu kota” yang memang hidupnya sudah nafsi-nafsi dengan pagar rumahnya yang tinggi-tinggi. Akhirnya juga mati berupa sekujur bangkai sebagai santapan cacing tanah belaka. Penulis tidak punya kepentingan dengan Rhoma Irama, hanya sebagai sesama anak bangsa menyayangkan kejeniusan seseorang menjadikan dirinya lupa terhadap firman Allah SWT. “wama utitum minal ilmi illa kalila” Allah tidak memberikan ilmu kecuali sedikit. Termasuk ilmu kecerdasan yang dimiliki hamba-Nya. Tidak patut untuk dibangga-banggakan. Kata kak Rhoma” ilmumu bagai setetes air di lautan kalau dibandingkan dengan kepandaian Tuhan”. Apalagi sesama mukmin itu bersaudara. Wahai... ketahuilah sesungguhnya muslim bersaudara...(kata Kak Rhoma mengutip kandungan kitab suci al-Qur’an)

Ambisi Rhoma Irama untuk menjadi presiden cukup beralasan. Dalam “1001 macam” bidang kehidupan mulai dari penjual koran sampai menjual kehormatan, dari jadi pengamen sampai jadi presiden. Pilihan Rhoma untuk menjadi presiden sangat tepat tinimbang harus jadi pengamen, penjual koran, apalagi sampai menjual kehormatan khususnya kehormatan bangsa ini. Hendaknya Rhoma Irama tidak menggunakan aji “cinta segi tiga” untuk segera memastikan pinangan partai mana yang dianggap pas dengan visi misinya. Lewat “perjuangan dan doa”, Rhoma Irama berani mencalonkan diri sebagai capres 2014. Terdapat bebarap target yang hendak dijadikan skala prioritas bila kelak benar-benar jadi mencalonkan dan menjadi pemenang. Di antara beberapa target itu; menghapus korupsi di segala birokrasi, menghapus judi yang meracuni kehidupan, memberantas mirasantika, narkoba, stop perdebatan, menghapus prostitusi (Zina), hentikan adu dumba, mencuri, melarang begadang kalau tidak ada artinya, jauhi gibah, jauhi riba (gali lobang tutup lobang), serta tujuan-tujuan lain lewat “nada dan dakwah” di dalam koridor perstuan dan kesatuan bangsa.

Beberapa wanita yang pernah singgah di hati Kak Rhoma, sebut saja panglima grup musik Kandedes Veronika (mantan istri) , dan Rika Rahim sebagai istrinya saat ini. Semua itu adalah menjadi “istri saleha”. Kecuali Angel Lelga yang pernah dikabarkan dekat dengan Kak Rhoma tidak ada lagi juntrungnya. Jujur saja, siapa wanita yang tidak akan tergila-gila dengan petikan “dawai asmara” yang terpasang di stang “gitar tua’, di tunjang dengan suara kak Rhoma yang merdu mengalun di atas tuts “piano” dan “suling bambu” laksana “gembala” menyatu dengan kemerduan nada-nada alam. Wanita mana coba? Cita-cita kak Rhoma untuk menjadi presiden laksana hendak “menggapai matahari” di atas “kemilau cinta di langit jingga” saja. Tatkala jumlah penduduk baru “135 juta” jiwa belum terbesit dalam hati kak Rhoma untuk menjadi presiden karena kala itu masih bergelora jiwa “darah muda”-nya bak ombak samudra dalam alunan “melodi cinta” yang banyak berkisah tentang “bunga sorga”. Saat inilah (2014) menjadi kans dan moment tepat untuk beralih jabatan dari “Raja Dangdut ” yang telah dipangkunya ke “Presiden” yang akan disandangnya bila kelak benar-benar menang dalam pilpres mendatang. Tiada kata terlambat sebelum “kiamat”.

Sebagai anatomi atau ilmu urai yang dipinjam penulis dalam menyambut kedatangan Kak Rhoma di Pulau Bawean (rencana tanggal 5 Maret 2014) dapat dikatakan bahwa warga Bawean bersifat terbuka dan menerima siapa saja calon presiden yang akan bertandang ke pulau yang dianggap “keramat” ahlan wa sahlan, selamat datang. Tanpa terkecuali Abu Rizal Bakri (ARB=Aku Rindu Berat), Dahlan Iskan , Mahfudz MD,Wiranto, Prabowo Subiyanto, dan calon presiden lainnya yang masih digadang-gadang sekalipun “monggo” untuk menyambung silaturahmi ke Bawean.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean