Media Bawean, 7 Februari 2015
Mencuatnya kasus korupsi proyek PJRB yang menimpa desa Kepuhteluk Kecamatan Tambak Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, menarik perhatian banyak pihak. Ustadz Ahsanul Haq salah satunya. Tokoh masyarakat setempat yang juga Mantan Ketua Ranting NU Kepuhteluk angkat bicara terkait persoalan tersebut.
Pria yang biasa disapa Ahsan ini mengaku kecewa dan sangat menyayangkan atas terjadinya kasus tersebut. Ia menganggap kasus ini telah mencoreng nama baik desanya.
"Seluruh masyarakat Kepuhteluk merasa kecewa atas terjadinya kasus ini. Bisa dikatakan ini adalah musibah besar bagi desa kami," kata Ahsan kepada wartawan, Jum'at (6/2/2015).
Ahsan menyebut, selama dua minggu terakhir ini, tidak ada obrolan lain di masyarakat kecuali tentang kasus korupsi yang menimpa desanya. "Sudah menjadi rahasia umum, perbincangan di masyarakat menyebut bahwa dana itu diurus oleh oknum berinisial MW (Miswaki,red). Bahkan sebagian masyarakat ada yang meyakini semua itu pasti dengan sepengetahuan Kepala Desa Kepuhteluk," jelas Ahsan.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ini mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima, dana proyek untuk perbaikan jalan desanya itu berasal dari Pemprov Jatim untuk bantuan pembangun jalan penghubung antar dusun di desa Kepuhteluk.
"Ironisnya dana itu diduga kuat sengaja diselewengkan oleh orang luar Desa Kepuhteluk," kata pria lulusan Pondok Pesantren Langitan itu.
Ahsan menjelaskan, sebenarnya masyarakat sudah tahu, jika pada tahun 2014 desa Kepuh Teluk mendapatkan bantuan perbaikan jalan di tiga titik lokasi. Tetapi yang terealisasi hanya satu titik. Sementara dua titik lainnya baru dikerjakan tahun 2015 itupun setelah ramainya pemberitaan dugaan dana tersebut dikorupsi.
"Masyarakat makin resah karena kasus ini ternyata ramai diberitakan juga di media Bawean," ujarnya.
Meski begitu, Ahsan mengaku sedikit lega karena pengakuan Tamyiz Kepala Desa kepada masyarakat, bahwa Tamyiz merasa tidak pernah menerima uang tersebut. "Jangankan menerima uang, proses pencairannya saja saya tidak pernah diberi tahu oleh Miswaki. Ternyata total dana yang diterima sebesar Rp.360 juta, sedangkan yang nyampek ke tangan saya hanya Rp 50 juta," kata Ahsan menirukan pernyataan Tamyis yang ramai diperbincangkan masyarakat.
Disinggung soal bagaimana sikap tokoh masyarakat Kepuhteluk, pria yang juga lulusan Pondok pesantren Modern Gontor itu menjelaskan, memang sampai hari ini tokoh masyarakat belum melakukan sesuatu apapun.
"Jadi, sejujurnya sejauh ini masyarakat belum tahu harus berbuat apa. Yang jelas, kami sebagai tokoh masyarakat berharap agar pemerintah mau turun langsung menyelesaikan masalah ini, sebab kasus ini sudah menjadi gunjingan yang luas di Pulau Bawean," harap Ahsan.
Persoalan yang kini jadi tranding topik di lingkungan Desa Kepuhteluk khususnya, umumnya Pulau Bawean. Ahsan mengaku belum pernah merembukkan dengan tokoh-tokoh masyarakat guna mencari solusi agar kasus tersebut segera tuntas.
"Mengadakan rapat untuk membicarakan masalah ini saja belum pernah. Padahal, saya pribadi sebenarnya ingin sekali mencari formula yang kongkrit untuk menyelesaikan ini, sehingga masalah ini cepat selesai," katanya.
Menurut Ahsan, harusnya kepala desa beserta aparatnya membicarakan kasus tersebut supaya persoalan itu tidak berlarut-larut. Mestinya inisiatif untuk menyelesaikan kasus yang kini ramai dipergunjingkan masyarakat redam.
"Tapi karena pihak Balai Desa belum ada inisiatif untuk membicarakan masalah ini ya kita tunggu saja sampai beberapa hari kedepan," jelas Ahsan dengan nada kecewa. fik
Sumber : Realita.co