Media Bawean, 24 Agustus 2015
Sentra produksi pindang ikan di Bawean, saat ini masih terus digeluti sejumlah perajin di Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang Kecamatan Tambak. Pengolahan pindang di Bawean ini menopang konsumsi ikan di masyarakat. Saat harga daging sapi dan ayam naik, pindang ikan ini menjadi pilihan alternatif karena harganya yang murah.
Musannafah, 35, perajin pindang ikan mengaku, senang berprofesi sebagai bekerja ikan
pindang di kampungnya. Apalagi saat ini produksi pindangnya sedang diminati. Masyarakat
yang kaget dengan harga daging sapi dan ayam kini mengalihkan lauk pauknya ke ikan laut.
“Lumayan setiap hari saya bisa mendapatkan keuntungan Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu
karena produksi pindang saya laku,” katanya.
Menurutnya, bekerja sebagai pemindang ikan tergantung pada banyak hasil tangkapan nelayan melaut. Bila hasil tangkapan nelayan banyak, maka penghasilannya juga banyak.
Junah, perajin lainnya asal Dedawang menjelaskan, proses pemindangan ikan, dimulai dari
proses ikan dibersihkan dengan air. Kemudian dimasukkan ke dalam jarangan atau wadah. Di dalamnya diberi jerami agar tidak hangus. Ikan dimasak selama 15 menit, setelahnya langsung dibungkus daun kayu jati.
Menurut Sakroni pengusaha ikan pindang, setiap harinya bisa mengirim satu mobil ke Pulau Jawa. Pengiriman ikan melalui Kapal Gili Iyang ke Paciran Lamongan, karena jaraknya lebih dekat ke daerah penampungan di Lugung, Lamongan.
“Harga ikan pindang 1 jarangan atau wadah besar dijual Rp 6 ribu kepada pengusaha yang ada di Lamongan,”jelasnya.
Sakroni mengakui, bahwa produksi ikan pindang tergantung hasil tangkapan nelayan mencari ikan ke laut. “Bila hasil tangkapan banyak, maka produksi berjalan lancar, termasuk harga juga murah,”tuturnya. (bst)
