Media Bawean, 5 September 2015
Saat berkunjung ke Pulau Bawean, wisatawan bisa membawa berbagai macam oleholeh. Salah satunya, kerupuk posot. Makanan khas Pulau Bawean cukup digemari wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh. Bahkan, warga Bawean yang merantau ke wilayah lain, menjadikan makanan ini sebagai oleh-oleh yang wajib dibawa.
Syamsiyah, 56, pembuat kerupuk posot di Desa Gunungteguh, Kecamatan Sangkapura, Gresik mengaku sudah lima tahun membuat kerupuk posot. Setiap harinya mampu membuat antara 150 bungkus sampai 200 bungkus. Sedangkan harganya dipatok Rp 16 ribu, jika
di pasaran dijual Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu. “Ini harga di pasaran,” ujarnya.
Dikatakan, saat ini ia sudah memiliki 10 orang pekerja. Setiap hari membuat kerupuk posot ikan tongkol. “Pembuatan kerupuk posot, dilakukan mengambil daging ikan tongkol, lalu dicampur tepung kanji, dan telur. Tentu melalui takaran yang sudah ada, selanjutnya diulek sampai jadi satu,” terang dia.
Hasil ulekan akan diposot dengan tangan-tangan pekerja di atas sebidang papan seperti lapangan karambol. Selesai diposot, langsung digoreng sampai masak. Akhirnya dibungkus dan siap dipasarkan ke toko atau mini market di Pulau Bawean. “Terkadang pembeli datang sendiri untuk dibuat oleh-oleh berlayar ke Jawa atau Malaysia,” katanya.
Syamsiyah mengakui, untuk pembuatan kerupuk tergantung hasil tangkapan nelayan melaut. Terkadang ikan tongkol harganya meroket tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan penggemar setianya, tetap saja membuatnya setiap hari. (bst)