Warga Bawean memiliki traidisi memperingati maulid Nabi Muhammad SAW unik. Setiap warga seolah berlomba menyediakan angkatan semacam parsel untuk menyemarakkan hari lahir rasulullah. Angkatan-angkatn itu dikumpulkan di masjid, musholla, lembaga pendidikan untuk kemudian dibagikan kembali pada masyarakat.
Kepala STAIHA Bawean Baharuddin
menilai tradisi memperingati
maulid di Pulau Bawean
merupakan ujian keikhlasan.
“Semestinya kegiatan
maulid terus dipertahankan sesuai
tradisi dari nenek moyang
kita,”katanya.
Soal angkatan, menurutnya
tidak ada yang keberatan. Alasannya
warga sudah mempersiapkan
sejak dini, seperti hasil
cocok tanam termasuk mendapatkan
kiriman dari keluarganya
di luar negeri.
Selain itu, memperingati maulid
mempunyai banyak manfaat
seperti nilai sosial antar masyarakat
termasuk mempererat
tali silaturrahmi. “Saya setuju
tradisi maulid dipertahankan
seperti kebiasaan warga Bawean,
adapun dirubah seperti dalam
iuran uang sepertinya kurang
setuju sebab merubah tradisi,”
jelasnya.
Esfar Fuadi, tokoh pemuda
asal desa Daun menyatakan maulid di Pulau Bawean termasuk
tradisi mempunyai banyak
keunikan dibanding daerah
lain. Diantaranya membawa
daya tarik kepada wisatawan
untuk berkunjung ke Pulau
Bawean. Adapun soal angkatan
tergantung kepada warga
seusai keikhlasan, sebab tidak
ada paksaan untuk merayakan
kegiatan maulid.
Biasanya memperingati maulid,
didalamnya diisi dengan
pembacaan barzanji, termasuk
shalawatan. Disamping itu juga
ada ceramah agama dari tokoh
ulama. “Juga diadakan perlombaan
kampung untuk menyeramakkan
bulan maulid,”-
tuturnya Esfar.
Abdul Haris, Kepala desa Gunungteguh
mendukung penuh
acara kegiatan maulid nabi.
Hampir setiap lembaga, mulai
masjid sampai sekolah menggelar
kegiatan peringatan kelahiran
nabi.
Untuk mengatasi persoalan
perbedaan angkatan, panitia
memberikan kreteria khusus agar
tidak menimbulkan kesenjangan
sosial. “Alhamdulillah warga
kompak merayakannya dengan
penuh keikhlasan untuk niatan
ibadah,”pungkasnya. (bst)