Kapal
Layar Motor (KLM) yang melayani pengangkutan barang
dari Pelabuhan Gresik ke
Pulau Bawean banyak yang
bersandar lantaran sepi muatan. Ini imbas dari beroperasi
kapal Gili Iyang milik PT
ASDP. “Banyak yang memilih
memilih kapal bersubsidi dari
pemerintahan daripada
menggunakan KLM,” kata Salah satu ABK bernama Sahman di Pelabuhan Bawean.
Sahman mengaku sebelum
Gili Iyang beroperasi dia
mampu 3 kali berlayar dalam
sebulan. Sekarang hanya
mengangkut sekali saja dalam sebulan. “Itupun menunggu barang untuk diang-
kutnya,”katanya.
Sepinya pengangkutan barang membuatnya kelabakan. Otomatis pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya ber-
kurang. “Sekarang pendapatannya sebulan hanya Rp.700 ribu,” katanya.
H. Abdurrahman sebagai
ketua koperasi Tenaga Bongkar Muat Pelabuhan Bawean
membenarkan sepinya pengangkutan barang melalui
KLM. “Lihatlah itu ada 6 KLM yang nongkrong di Pelabuhan dikarenakan sepinya
muatan barang,”ujarnya.
Semestinya menurut H.
Abdurrahman, beroperasinya
kapal bersubsidi dari pemerintah seperti kapal Gili Iyang
jangan sampai mematikan
usaha seperti KLM. “Perlu
adanya solusi pengaturan
pengangkutan sehingga KLM
tetap beroperasi,”harapnya.
H. Munayat pemilik KLM
Purnama mengakui usahanya
merosot sejak beroperasinya
kapal Gili Iyang. (bst)