Pulau Bawean punya sederet kenyamanan yang mungkin tidak ada di pulau dan kota lain. Seperti tingkat kriminalitas yang rendah, punya alam yang masih asri, dan lingkungan sosial yang luar biasa kuat.
Namun ternyata hal ini tidaklah cukup jika tidak di dorong dengan layanan kesehatan memadai.
Ramzah, Warga Kebun Laut Desa Sawahmulya, Kecamatan Sangkapura, Bawean, misalnya, mengatakan bahwa di daerahnya fasilitas kesehatan sangat minim. Belum lagi jarak rumah sakit juga sangat jauh.
"Ada rumah sakit, baru saja diresmikan. Tapi di rumah sakit tidak ada dokter spesialis. Hanya dokter umum saja. Banyak ibu-ibu hamil meninggal karena kehabisan darah dan tidak ada spesialis kandungan," keluhnya, Minggu (29/10/2017).
Perempuan 48 tahun ini menambahkan baru saja, beberapa minggu terakhir 3 anak pesantrean di Bawean meninggal, dalam jangka waktu berdekatan.
"Kabarnya sakit typus dan demam berdarah," tambahnya.
Minimnya faislitas kesehatan dan sulitnya transportasi ke Gresik, membuat masalah kesehatan masih bertahan. Belum ada solusi.
"Kapal tidak selalu ada. Soalnya kalau gelombang besar di atas 2 meter, kapal tidak bisa berlayar, bahaya. Warga Bawean ini sungguh kasihan," katanya sambil memelas.
Rumah Sakit Apung Ksatria Medika Airlangga
Minimnya fasilitas kesehatan di pulau-pulau terpencil membuat alumni Universitas Airlangga menjemput bola.
Mereka baru saja meluncurkan Rumah Sakit Apung, bernama Ksatria Medika Airlangga, Kamis (28/10/2017).
Sebagai jujukan pertama, kapal jenis Pinisi buatan Kalimantan itu, singgah ke Pulau Bawean selama empat hari, sampai Minggu (29/10/2017).
Sulis Bayusentono, Staff FK Unair sekaligus dokter spesialis yang turut menjadi kru Ksatria Medika Airlangga menuturkan, kapal ini adalah kapal impian para alumnus UNAIR satu tahun silam.
Sebuah rumah sakit apung yang bisa memberikan bantuan ke pulau-pulau terpencil. Dilengkapi peralatan medis dan ruang operasi, bahkan dokter spesialis lengkap.
"Kami membawa para alumni UNAIR, ada dokter tetap spesialis bedah, kandungan, penyakit dalam, THT, mata, operasi bedah, dan ortopedi. Hari pertama di Bawean, kami sudah operasi 5 kali. Jumat sudah ada 7 orang, daftarnya sudah belasan. Macam-macam penyakitnya seperti hernia dan tumor," jelasnya.
Dokter Agus Harianto, Spesialis Bedah yang jadi Direktur Rumah Sakit Terapung menambahkan, tindakan operasi itu belum sepenuhnya bisa dilakukan di kapal, karena ombak yang besar.
Namun dokter yang turut dalam kru Ksatria Airlangga mampu memberikan pertolongan, dengan tindakan operasi di puskesmas, atau rumah sakit setempat.
"Kami berharap ini bisa menjadi upaya menolong warga yang jauh dari fasilitas lesehatan lengkap," harapnya.
Kedatangan rumah sakit apung ini, agaknya menjadi berita gembira untuk masyarakat Bawean. Sehan (49), warga Bawean Barat menuturkan meski hanya singgah beberapa hari namun, sudah bermanfaat untuk orang banyak.
"Karena rumah sakit apungnya tidak lama, jadi perasaan was- was masih ada. Tentunya kami berharap fasilitas kesehatan bisa terpenuhi. Jadi warga bisa langsung berobat, tidak perlu jauh-jauh," tutupnya.
Sumber : Surya