Dalam rangka mengenalkan anyaman tikar kepada siswa di sekolah, Himmatus Syarifah guru bidang studi prakarya MA Umar Mas'ud mengajak siswanya belajar mengayam di pusat anyaman di desa Gunung teguh.
Menurutnya dalam bidang studi prakarya tidak ada muatan untuk belajar anyaman tikar. Sehubungan perlunya adanya penerus maka seluruh siswa diajak belajar mulai dari menganyam proses awal sampai pemasaran. Alasan yang paling urgen menurutnya usia penganyam sudah lanjut usia, sehingga perlu adanya regenerasi sebagai penerusnya.
Setelah belajar, ternyata dari 20 siswa hanya 1 siswa saja yang tertarik untuk belajar secara konsen untuk bisa mengayam tikar. "Alasannya siswa tidak ingin ruwet, sehubungan anyaman tikar masih dianggapnya sangat sulit,"katanya.
Selanjutnya, Himma menyatakan akan selalu mengajak siswa untuk belajar anyaman tikar dengan memberikan semangat untuk selalu belajar. "Melalui kegiatan belajar diharapkan bisa menumbukan banyak penganyam di Bawean,"ujarnya.
Jika tidak ada keperdulian, Himma menyatakan pesimis untuk anyaman tikar akan berkelanjutan di Bawean. "Butuh keperdulian bersama agar penganyam terus berkelanjutan,"pungkasnya. (bst)