Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » SDN di Pulau Bawean Ini Hanya Dapat Satu Murid setiap Tahun

SDN di Pulau Bawean Ini Hanya Dapat Satu Murid setiap Tahun

Posted by Media Bawean on Jumat, 15 Juli 2022


Sekolah Dasar Negeri (SDN) di wilayah perkotaan Gresik, sejauh ini masih cukup banyak anak didiknya. Maklum, Gresik termasuk daerah industri sehingga padat penduduk. Namun, tidak sedikit SDN yang kesulitan mendapat murid. Bahkan, jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Sebut saja UPT SDN 372 di Pulau Bawean. Satu sekolah hanya ada enam murid. Artinya, satu kelas hanya dapat satu anak didik. Selama bertahun-tahun, memang jarang ada anak-anak yang mendaftar di sekolah tersebut.

Bukan soal kualitasnya, melainkan lebih karena lokasi sekolah yang memang cukup terpencil. Untuk menuju ke sekolah tersebut, siswa harus melewati tanjakan sejauh 1 kilometer. Lokasi sekolah berada di atas gunung. Jarak permukiman terdekat sekitar 1 kilometer.

Dulu, sekolah itu bernama SDN 2 Pekalongan, Kecamatan Tambak, Bawean. Pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2022 ini juga cuma mendapatkan satu murid. Bahkan, dalam enam tahun terakhir, jumlah pendaftarnya pun sama. Satu!

Kepala UPT SDN 372 Gresik Ahmad Ro’in menyatakan, pada PPDB tahun ini memang jumlah siswa yang mendaftar sama dengan beberapa tahun sebelumnya. Yakni satu siswa saja. Sebelumnya, terdapat siswa yang keluar dari sekolah, kemudian terdapat pula satu siswa yang masuk. Dengan demikian, jumlahnya tetap enam siswa.

Menurut dia, siswa yang mendaftar di SDN 372 itu minim lantaran sulitnya akses ke sekolah. Belum lagi, lokasinya berada di atas bukit yang sulit ditempuh dengan sepeda. Anak didiknya pun biasa berjalan kaki untuk ke sekolah. ’’Kalau dari pertimbangan, mending dimerger dengan sekolah lain sehingga lebih efektif,’’ ungkapnya,

Dihubungi secara terpisah, Kabid Pendidikan Dasar Dispendik Pemkab Gresik Nur Maslichah menyatakan, merger sekolah sebetulnya bisa cepat dilakukan jika dilihat dari segi di atas kertas. Namun, tidak semudah itu menggabungkan dua sekolah menjadi satu.

Dispendik perlu melihat beberapa aspek pendukung. Selain itu, diperlukan kajian yang mendalam. ’’Perlu dilihat juga bagaimana jarak, akses, masyarakat, dan sekolah lainnya bagaimana,’’ ucapnya.

Sumber Jawa Pos







SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean