Nama lain dari “Jujuk Tampo” adalah “Syekh Maulana Makdum Ibrahim”, nama ini adalah nama kecil Sunan Bonang. Beliau dikenal baik dan berkepribadian shaleh serta mempunyai banyak keistimewaan. Beliau memiliki perilaku aneh menurut orang kebanyakan , yaitu sering kali memungut rezeki dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Ia biasa mendatangi orang-orang kaya di desanya ataupun di tempat lain. Kecintaanya kepada orang papa sungguh luar biasa. Kebiasaan memungut zakat dan sedekah dari orang kaya ini beliau jalani sepanjang hidupnya. beliau tidak memperdulikan cemoohan, cibiran dan gunjingan orang-orang yang enggan berzakat. Demi membela orang-orang fakir dan miskin beliau rela mempertaruhkan harga dirinya dimata manusia.
Suatu hari Jujuk Tampo bertemu dengan seorang pemuda yang datang dari desa Patar Selamat yang sedang kelelahan dan kebingungan karena kehilangan seekor sapi. Beliau menyarankan agar si pemuda tadi pulang saja karena sapinya tidak bisa ditemukan. Segera si pemuda mengikuti apa saran Jujuk Tampo. Ia pulang dengan tangan hampa. Setiba dirumah, si pemuda tadi menceritakan tentang pengalamannya yakni bertemu dengan Jujuk Tampo yang menganjurkan untuk pulang saja.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba si pemuda meninggal dunia. Sang ayah yang shok menyangka bahwa anaknya telah di sihir oleh Jujuk Tampo. Keesokan harinya dia pergi menemui Jujuk Tampo untuk menuntut balas kematian anaknya. Setelah bertemu segera sang ayah tadi menghardik Jujuk Tampo dengan menuduhnya sebagai tukang sihir. Jujuk Tampo menjelaskan bahwa ia tidak menyihir si pemuda. Perdebatan tak terelakkan.
Untuk mengakhiri kesalahpahaman ini Jujuk Tampo menawarkan solusi yakni ia bersedia dibunuh. Jika nanti darah yang keluar berwarna merah maka berarti Jujuk Tampo memang bersalah. Tapi sebaliknya jika darah yang keluar nanti berwarna putih maka berarti Jujuk Tampo tidak bersalah dan orang Patar Selamat tidak boleh menginjakkan kakinya di Tampo untuk selamanya.
Segera sang ayah tadi menusuk perut Jujuk Tampo. Ajaib, darah yang semburat keluar berwarna putih. Dengan demikian maka teranglah bahwa Jujuk Tampo tidak bersalah. Ayah tadipun menyesali dirinya yang telah gegabah menuduh Jujuk Tampo yang shaleh sebagai seorang penyihir. Kutukan Jujuk Tampo masih berlaku hingga sekarang.
Tulisan dihimpun dari berbagai sumber oleh tim Media Bawean