Media Bawean, 3 Juni 2011
Sumber ; Surabaya Post
Pulau Bawean memang kaya dengan karakter, mulai dari rusa bawean, batu onyx, hingga populasi penyu di Pulau Noko (anak Pulau Bawean) melengkapi khazanah keindahan Pulau Putri --sebutan Bawean.
Sayang penyu di Pulau Noko kini hanya tinggal cerita. Populasi hewan penyu yang sebelumnya mencapai ribuan ekor sekarang menghilang karena habitatnya rusak akibat penambangan pasir liar oleh warga setempat.
“Dulu penyu di Pulau Noko di Kecamatan Sangkapura, dekat dengan dermaga dan sangat banyak jumlahnya, mungkin ribuan. Tapi sekarang tinggal hitungan jari, entah mereka pergi ke mana setelah habitatnya rusak akibat penambangan pasir liar oleh warga Bawean sendiri,” kata Muhammad Yusuf, salah satu anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) di Bawean, baru-baru ini.
Pulau Noko adalah pulau kecil dengan pantai pasir putih, luasnya sekitar 3 hektare saja. Biasanya, wisatawan lokal maupun luar Bawean berkunjung ke Pulau Noko untuk menikmati hangatnya pasir putih dan keunikan penyu-penyu. “Tapi habitat penyu sekarang rusak, karena warga menambang pasir tanpa memperhatikan kondisi lingkungan. Sekarang Pulau Noko tidak memiliki penyu lagi,” terang Yusuf.
Diungkapkan, saat ini seluruh pantai di Bawean, yang menjadi sasaran warga untuk penambangan rusak. Sekarang ada enam titik pantai yang kondisinya rusak parah, yaitu pantai pasir putih Sukaoneng, Tambak, Tanjungori, Diponggo, Kepuhteluk. Kelimanya berada di Kecamatan Tambak. Dan satu lagi pantai yang rusak akibat panambangan pasir di Kecamatan Sangkapura, yaitu di Pantai Sidogedungbatu.
“Semua pantai sebenarnya menjadi sasaran penambangan warga, tapi ada enam pantai yang kondisinya saat ini rusak parah. Pohon-pohon kelapa banyak yang roboh akibat penambangan tersebut,” papar Yusuf.
Pasir-pasir tersebut, lajutnya, digunakan untuk bahan bangunan. Kendatipun ada kesepakatan antara muspida dan tokoh masyarakat terkait larangan penambangan, warga tidak menggubrisnya. Karena itu, hari ini Yusuf menghadap ke Pemkab Gresik untuk melaporkan kondisi di lapangan sebenarnya.
“Harus segera dicari jalan keluarnya, saat ini penyu-penyu di Pulau Noko sudah hilang, nanti tah apa lagi yang rusak jika kegiatan warga tidak segera dihentikan,” ujarnya.
Iwan Lukito, Kepala Bidan Kelautan pada Dinas Kelautan, Peternakan, dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Gresik membenarkan jika pokmaswas hari ini akan mengirimkan laporan terkait kerusakan pantai di Bawean akibat penambangan pasir.
“Sebelumnya telah ada kesepakatan untuk melarang penambangan pasir di sepanjang pantai Kecamatan Tambak, sekarang para penambang malah beralih ke pantai di Kecamatan Sangkapura. Kami menyayangkan sikap warga yang tidak peduli dengan lingkungan dan kekayaan daerahnya sendiri. Sebenarnya penyu-penyu tersebut bisa menjadi aset wisata, seperti di Bali, tapi saya sekarang hanya tinggal kenangan,” ujar Iwan. sep