
Festival Kercengan Menyambut PBS di Pulau Bawean
Seni asli di Pulau Bawean sudah punah dan satu persatu hilang seiring dengan perkembangan waktu. Seni ciptaan nenek moyang di Pulau Bawean kian hari sudah menghilang dan sepi dari pegelaran yang semestinya ditampilkan dalam setiap moment penting.
Menurut Imron salah satu seniman asal Alas makmur Daun mengatakan bahwa seni di Pulau Bawean sudah mulai menghilang, contohnya seperti dungka dalam acara pernikahan sudah tidak ada lagi. Termasuk dikker, samman, mandailing sudah jarang ditampilkan, sekarang yang ngetren di masyarakat Bawean, yaitu kercengan dan zamrah.
Menurut Imron, "Kercengan Penaber Sokaoneng asuhan Mustafah sampai saat ini masih peringkat tertinggi di Pulau Bawean. Sudah 5 kali menjadi juara kercengan tingkat Bawean, dengan penampilannya selalu berkembang dan menampilkan kreasi seni kercengan yang serba baru. Sehingga bila ada lomba kercengan, oleh group yang lain Penaber diminta tidak diikut sertakan hanya sebagai tamu saja." katanya.
Imron mengatakan, "Kami mencoba mengangkat seni melalui kecamatan Tambak, yaitu Islamiyah dan SDN Kepuh Teluk sebab melalui Sangkapura tidak ada pintu masuk. Buktinya setiap anak asuhan kami ikut lomba seni di Sangkapura, yang menurut pengamatan penonton menang, tapi hasilnya selalu kalah dalam perlombaan. Akibat jurinya belum profesional dan cenderung memenangkan peserta Sangkapura daripada yang datangnya dari desa," ujarnya.
"Bukti keberhasilan Tambak, kemarin saat mengikuti lomba ditingkat Kabupaten Gresik menang dan mewakili Gresik ketingkat Propinsi, ternyata group Sangkapura kandas ditingkat Kabupaten," terang Imron.
"Kami akui bahwa keputusan juri dalam setiap lomba zamrah dan selalu memenangkan desa Kebuntelukdalam adalah keputusan yang salah. Sebab pukulan yang dimiliki group zamrah desa Kebuntelukdalam dari dulu sampai sekarang tetap 2 tingkat dari 8 tingkat yang kami miliki. Group zamrah Kebuntelukdalam hanya menang dari vokalisnya dengan suara yang enak dan penyanyinya cantik dan mempesona. Sedangkan bila diukur dari nilai seni zamrah yang asli, nilainya sangat jauh dari kemenangan. Itupun kami berani bilang seperti ini, karena kami sudah menjadi guru seni Zamrah di desa Kebuntelukdalam sudah bertahun-tahun," terang Imron.
"Kendala pengembangan seni di Pulau Bawean adalah terbatasnya dana yang dimiliki oleh masing-masing group, terutama untuk perlengkapan alat seni yang masih banyak kurang," tambah Imron. (bst)
Posting Komentar