Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Masyarakat Pulau Bawean Terisolasi

Masyarakat Pulau Bawean Terisolasi

Posted by Media Bawean on Selasa, 12 Januari 2010

Media Bawean, 12 Januari 2010

Sumber : Surya

Bawean - SURYA- Akibat Musim Muson Barat, Harga Bahan Pokok Terancam ‘Melangit’ Seorang anak laki-laki muda berbadan gemuk berlari tergesa-gesa menghampiri kerumunan kawan-kawannya yang sedang menggelar pendidikan dan latihan jurnalistik di gedung taman kanak-kanak di desa Suwari Kecamatan Sangkapura. Ia memberi kabar, kapal penumpang Express Bahari 8B pecah dihantam ombak di 15 mil sebelum memasuki Pulau Bawean.

“Mas gawat, kapal cepat (Express Bahari) pecah dan ada bagian depannya terbakar,” ujar Ahmad Jhailani yang saya ketahui sebagai anak laki-laki itu mengabarkan kepada saya.

Kabar itu sekaligus membuyarkan kosentrasi saya yang sedang memberikan materi jurnalistik kepada mahasiswa Bawean. Pada hari Minggu (10/1), rencananya saya akan balik ke Surabaya setelah dua hari mengisi materi jurnalistik. Saya berada di Pulau Bawean sejak Rabu (6/1).

Setelah mendapat kabar itu, saya mencari informasi di Kesyahbandaran Bawean. Namun, berulangkali pintuk diketok-ketok, ternyata tiada penghuni di sana. Saya pun mencari informasi mengenai cuaca buruk yang beberapa hari ini sudah tidak lagi bersahabat dengan Pulau Putri (sebutan Pulau Bawean) ini.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bawean yang saya tuju. Di sana, petugas bernama Hary Prasetyo memperlihatkan informasi secara online dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat. Menurut saya, informasi itu mengerikan, karena dua pecan ke depan, gelombang ombak semakin besar.

Hary mengungkapkan, angin muson barat yang melanda perairan Indonesia itu diketahui berasal dari Papua Nugini. Diperkirakan dalam waktu dua pekan baru bisa reda. “Mulai hari ini, ke depan ombak di laut , semakin hari semakin tinggi,” terang Hary, sambil telunjuknya menunjuk pada peta gerakan angin di layar monitor.

Pulau Bawean secara administrastif masuk dalam Pemerintah Kabupaten Gresik. letak Pulau ini sebelah utara Pulau Jawa. dengan keliling sekitar 130 km ini, pulau ini juga memiliki belasan tempat wisata yang masih ‘perawan’.

Kecelakaan di angin muson seperti ini yang menimpa kapal Express Bahari. Setahun lalu, kapal Palangkaraya tenggelam akibat memaksakan diri berlayar menuju Gresik pada musim angina muson barat. Tenggelamnya kapal itu membuat arus transportasi Gresik-Bawean kala itu putus. Hingga satu bulan lamanya, transportasi itu belum juga bisa kembali normal.

Akibatnya, masyarakat Bawean harus menanggung melangitnya harga bahan pokok. Sedangkan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa mencapai empat kali harga normal, yakni Rp 20.000-Rp 25.000.

Bahkan, karena kesulitan bahan pokok, saat itu, Pemerintah Kabupaten Gresik meminta bantuan kepada TNI AL untuk mengangkut bahan makanan pokok dan mengangkut masyarakat Bawean dari Gresik yang ingin pulang ke kampung halamannya itu. Karena lama di Gresik, mereka kala itu kehabisan bekal

Bagi masyarakat Bawean, musim angin muson barat menjadi kesengsaraan sendiri. Musim yang selalu datang dengan membawa guyuran hujan tiada henti menambah lengkapnya kesengsaraan itu. Jalanan berlubang yang tidak pernah diperbaiki pun semakin rusak menambah parahnya penderitaan masyarakat. Masyarakat Bawean lelah mengadu terus kepada Pemerintah Gresik.

“Masya Allah, semoga kejadian tahun lalu tidak terjadi musim ini. Waktu itu, kami sangat sengsara. Mau bekerja, kendaraan tidak ada bensinnya,” kata Busro Lana, guru Madrasah Ibtidaiyyah Nahdlatul Ulama (MINU) Desa Kepuh Teluk.

Belum lagi pemadaman aliran listrik secara bergantian. Selama enam hari di Pulau ini, sudah dua kali listrik padam. Pihak PLN menggunakan sistem dua hari listrik hidup dan satu hari listrik padam sudah setahun lalu.

Camat Sangkapura, Suhaimi ketika ditemui Surya di kantornya menyatakan pada pertemuan camat-camat se-Kabupaten Gresik pekan lalu, pihaknya sudah meminta kepada pemerintah Kabupaten Gresik supaya memberikan solusi atas permasalahan yang sering menimpa masyarakat Bawean.

Kata laki-laki yang juga menjadi korna pecahnya kapal Express Bahari itu, sedikitnya, ada tiga hal yang harus dituntaskan, yakni, minta kapal pengganti ketika gelombang besar, sebab, kapal biasa yang digunakan sebagai alat transportasi tidak bisa berangkat. Jika tidak dipenuhi, bahan makanan pokok di Bawean harganya akan melangit lagi. Kedua, listrik supaya menyala 24 jam.

Hal itu untuk meningktakan kinerja kecamatan yang sebagian besar peralatannya bergantung pada listrik. Lagi pula, katanya, biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mmbayar listrik tiap bulannya sama dengan biaya sebelumnya ketika listrik menyala 24 jam.

“Misalnya, ketika listrik hidup 24 jam, rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp 60.000. Ketika PLN menggunakan sistem dua hari hidup, satu hari padam, biaya yang dikenakan juga sama,” tukas Suhaimi.

Iksan Fauzi

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean