Media Bawean, 2 Februari 2010
Hari ini (2/2) Media Bawean berkunjung ke TK/SD/SMP Satu Atap Di desa Dekatagung Sangkapura, diterima Suharyanto, S.Pd sebagai Kepala Sekolah beserta dewan guru dikantornya.
Setelah beberapa menit di kantor, kami mendatangi kelas SMP Satu Atap untuk wawancara langsung dengan siswa. "Apakah anda sebagai siswa disini pernah ditarik spp ataupun iuran lainnya?" secara bersama-sama siswa menjawab, "Tidak pernah ditarik uang, tapi kalau dibelikan kostim olahraga dan pakaian dan sepatu oleh guru secara gratis tidak bayar," jawabnya.
Jawaban siswa tersebut, membuat kami tercengang dan merasa heran dengan kemampuan kepala sekolah menggratiskan biaya pendidikan dan membelikan seragam buat siswanya.
Suharyanto,S.Pd. sebagai Kepala Sekolah menjelaskan, "Siswa dari kelas satu sampai kelas tiga SMP Satu Atap termasuk SD dan TK tidak dipungut bayaran sedikitpun alias gratis," katanya.
"Termasuk kostim olahraga dibelikan gratis, pakaian siswa bila terlihat sudah tidak layak pakai langsung dibelikan yang baru, termasuk sepatu yang rusak juga diganti dengan dibelikan baru, buku LKS dan lain-lain juga gratis," terangnya.
Padahal di TK, SD, SMP Satu Atap jumlah guru honorernya cukup banyak, yaitu guru TK dua orang dengan gaji setiap bulan 200ribu, guru SD yang PNS sebanyak 5 orang sedangkan 10 orang honorer setiap bulannya Rp. 200ribu dan guru SMP yang PNS hanya 2 orang sedangkan 20 orang honorer dengan gaji setiap jam Rp. 20ribu.
Darimana sumber dana operasional? "Dari dana BOS, termasuk usaha yang lain agar bisa tercukupi," jawabnya.
Apakah mampu sekolah menggratiskan siswanya dengan BOS yang ada?, "Buktinya disini mampu kok, tergantung pengelolaan manajemen keungannya sekolah," ujarnya.
Di SMP Satu Atap sampai sekarang masih terdiri satu lokal kelas dan satu lokal kantor guru, padahal kelas yang ada masih membutuhkan dua lokal. "Lokasi untuk dibangun sudah siap, tinggal dibangunnya. Padahal kebutuhan dua lokal mutlak diperlukan segera, sehingga solusinya untuk dua kelas masih menempati di SD. Dampaknya proses belajar mengajar di SD terasa tergangu dengan kurangnya lokal untuk SMP," terangnya Suharyanto, S.Pd. sebagai Kepal Sekolah.
Jumlah murid di SMP Satu Atap berjumlah 102 siswa, dipredeksi pada penerimaan tahun pelajaran baru akan membeludak siswa yang mendaftar.
Kepala UPTD Pendidikan Sangkapura, Abd. Aziz, S.Pd. MM. dihubungi Media Bawean, mengatakan, "Proses belajar mengajar di TK/SD/SMP Satu Atap Dekatagung sangat bagus, ditunjang dengan perjuangan keras tenaga pengajar dengan menggratiskan seluruh pembiyaan kepada siswa,"paparnya. (bst)
Setelah beberapa menit di kantor, kami mendatangi kelas SMP Satu Atap untuk wawancara langsung dengan siswa. "Apakah anda sebagai siswa disini pernah ditarik spp ataupun iuran lainnya?" secara bersama-sama siswa menjawab, "Tidak pernah ditarik uang, tapi kalau dibelikan kostim olahraga dan pakaian dan sepatu oleh guru secara gratis tidak bayar," jawabnya.
Jawaban siswa tersebut, membuat kami tercengang dan merasa heran dengan kemampuan kepala sekolah menggratiskan biaya pendidikan dan membelikan seragam buat siswanya.
Suharyanto,S.Pd. sebagai Kepala Sekolah menjelaskan, "Siswa dari kelas satu sampai kelas tiga SMP Satu Atap termasuk SD dan TK tidak dipungut bayaran sedikitpun alias gratis," katanya.
"Termasuk kostim olahraga dibelikan gratis, pakaian siswa bila terlihat sudah tidak layak pakai langsung dibelikan yang baru, termasuk sepatu yang rusak juga diganti dengan dibelikan baru, buku LKS dan lain-lain juga gratis," terangnya.
Padahal di TK, SD, SMP Satu Atap jumlah guru honorernya cukup banyak, yaitu guru TK dua orang dengan gaji setiap bulan 200ribu, guru SD yang PNS sebanyak 5 orang sedangkan 10 orang honorer setiap bulannya Rp. 200ribu dan guru SMP yang PNS hanya 2 orang sedangkan 20 orang honorer dengan gaji setiap jam Rp. 20ribu.
Darimana sumber dana operasional? "Dari dana BOS, termasuk usaha yang lain agar bisa tercukupi," jawabnya.
Apakah mampu sekolah menggratiskan siswanya dengan BOS yang ada?, "Buktinya disini mampu kok, tergantung pengelolaan manajemen keungannya sekolah," ujarnya.
Di SMP Satu Atap sampai sekarang masih terdiri satu lokal kelas dan satu lokal kantor guru, padahal kelas yang ada masih membutuhkan dua lokal. "Lokasi untuk dibangun sudah siap, tinggal dibangunnya. Padahal kebutuhan dua lokal mutlak diperlukan segera, sehingga solusinya untuk dua kelas masih menempati di SD. Dampaknya proses belajar mengajar di SD terasa tergangu dengan kurangnya lokal untuk SMP," terangnya Suharyanto, S.Pd. sebagai Kepal Sekolah.
Jumlah murid di SMP Satu Atap berjumlah 102 siswa, dipredeksi pada penerimaan tahun pelajaran baru akan membeludak siswa yang mendaftar.
Kepala UPTD Pendidikan Sangkapura, Abd. Aziz, S.Pd. MM. dihubungi Media Bawean, mengatakan, "Proses belajar mengajar di TK/SD/SMP Satu Atap Dekatagung sangat bagus, ditunjang dengan perjuangan keras tenaga pengajar dengan menggratiskan seluruh pembiyaan kepada siswa,"paparnya. (bst)
Posting Komentar