Media Bawean, 23 Mei 2010
Oleh : A. Fuad Usfa
Gagasan, Dari Negeri Kanguru
Suatu ketika seseorang yang telah lama bermukim di Australia berkata, ‘katanya Bawean sudah semakin maju, tapi saya ke sana kok masih begitu-begitu saja?’, (--yang perlu ditekankan disini, bahwa ia berkata tidak dengan ekspresi kesombongan, aku kira tak ada tersirat sedikitpun rasa sombong itu padanya, getaran yang aku tangkap tak lain hanya sekedar ungkapan perasaan semata--). Pada suatu kesempatan yang lain seseorang yang juga telah lama bermukim di Australia mengatakan, bahwa kemajuan telah merambah Pulau Bawean yang telah amat dirasakan oleh masyarakatnya. Demikian antara lain perbincangan spontanitas dengan mereka.
Tentu kedua pernyataan tersebut tidak bisa disalahkan demikian saja, oleh sebab semua merujuk pada realitas yang sama. Persoalannya adalah dari sudut mana mereka mengukurnya?!. Bilamana tolok ukurnya adalah negara atau daerah-daerah yang lebih maju, terlebih lagi bila yang dijadikan tolok ukur (bandingan) adalah negara maju yang hari-hari jalan raya selalu mulus dan tidak dijumpai ada kerusakan (satu bolonganpun), mall-mall yang menawan hati, semua telah berjalan secara komputerisasi, belanja cukup pakai kartu, naik kemdaraan tak perlu sibuk dengan surat kendaraan, tak ada KTP dan KK, dan lain-lain, tapi semua dapat dicek dalam seketika, sderta tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun ekonomi yang menakjubkan, maka pernyataan pertama tentu akan benar adanya, namun bilamana yang dijadikan tolok ukur adalah perkembangan Bawean dari masa ke masa tentu pernyataan ke dua adalah juga benar adaanya.
Kata dasar yang harus kita sadari, bahwa gerak kemajuan itu adalah melalui titian (proses). Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya kemajuan itu tidak mungkin dapat dicapai demikian saja, bagai kata pepatah ‘bag membalik telapak tangan’. Negara-negara maju telah merubah dunianya dengan menggunakan titian panjang, bahkan dalam ukuran abad. Persoalan yang kita hadapi adalah bagaimana cara yang harus kita tempuh untuk mengejar ketertinggalan itu?. Kalau kita mengikut tahapan langkah laluan mereka tentu tidak mungkin, sebab masa tidak pernah kompromi, apalagi untuk set back, belum lagi setting sejarah dan budaya (latar belakang). Tentu kita sepakat, untuk itu diperlukan langkah ekslarasi (percepatan) dengan melalukan lompatan-lompatan, maka kita dituntut pula untuk mampu melihat paradigma-paradigma serta berbagai konsekwensi yang mungkin akan kita hadapi. Dalam pikiran penulis, perubahan yang signifikan akan dapat dicapai manakala kita mampu melakukan langkah baru yang bersifat paradigmatik. Dalam konteks inilah studi-studi (expertist) diperlukan. Para tokoh beserta perangkat pengambil kebijakan (pelaku sejarah) hendaknya bergerak kearah sana.
Dalam tulisan ini penulis coba menengok bentangan benang merah yang mungkin dapat kita cermati bersama:
1. Dari pengalaman di musim penghujan yang baru lalu, yang diiringi tidak bersahabatnya situasi dan kondisi cuaca daratan dan lautan di sekitar Pulau Bawean;
2. Dari keadaan tersebut di atas menyebabkan hubungan Bawean dan Jawa sebagai kantong utama pensuplai kebutuhan ekonomi sempat terputus beberapa saat dan telah pula mempengaruhi stabilitas perekonomian di Pulau Bawean;
3. Realitas tersebut telah mengingatkan kita bahwa ketergantungan pulau Bawean terhadap daerah lain, Jawa khususnya begitu tinggi;
4. Kondisi ketergantungan itu menandakan bahwa pulau Bawean adalah belum bisa dikatakan merupakan daerah yang diperhitungkan secara ekonomi, walau secara politis tidaklah demikian. Dalam konteks politik dapatlah dipahami oleh sebab tingkat populasi yang cukup signifikan;
5. Realitas seperti itu mesti kita pahami sepenuhnya;
6. Untuk mengetahui pengembangan kekuatan (potensi) ekonomi tidak bisa tidak hendaknya
mengajak para ekonom dan expertist lainnya serta pelaku bisnis (riil) yang bisa berbicara prospek pengembangan kemajuan dengan paradigma tatanan ekonomi modern.
7. Peran para tokoh dan pengambil kebijakan amatlah diharapkan, sehingga kita dapat menggodognya dengan arah yang jelas oleh sebab kita telah siap dapur, resep dan koki.
Oleh : A. Fuad Usfa
Gagasan, Dari Negeri Kanguru
Suatu ketika seseorang yang telah lama bermukim di Australia berkata, ‘katanya Bawean sudah semakin maju, tapi saya ke sana kok masih begitu-begitu saja?’, (--yang perlu ditekankan disini, bahwa ia berkata tidak dengan ekspresi kesombongan, aku kira tak ada tersirat sedikitpun rasa sombong itu padanya, getaran yang aku tangkap tak lain hanya sekedar ungkapan perasaan semata--). Pada suatu kesempatan yang lain seseorang yang juga telah lama bermukim di Australia mengatakan, bahwa kemajuan telah merambah Pulau Bawean yang telah amat dirasakan oleh masyarakatnya. Demikian antara lain perbincangan spontanitas dengan mereka.
Tentu kedua pernyataan tersebut tidak bisa disalahkan demikian saja, oleh sebab semua merujuk pada realitas yang sama. Persoalannya adalah dari sudut mana mereka mengukurnya?!. Bilamana tolok ukurnya adalah negara atau daerah-daerah yang lebih maju, terlebih lagi bila yang dijadikan tolok ukur (bandingan) adalah negara maju yang hari-hari jalan raya selalu mulus dan tidak dijumpai ada kerusakan (satu bolonganpun), mall-mall yang menawan hati, semua telah berjalan secara komputerisasi, belanja cukup pakai kartu, naik kemdaraan tak perlu sibuk dengan surat kendaraan, tak ada KTP dan KK, dan lain-lain, tapi semua dapat dicek dalam seketika, sderta tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun ekonomi yang menakjubkan, maka pernyataan pertama tentu akan benar adanya, namun bilamana yang dijadikan tolok ukur adalah perkembangan Bawean dari masa ke masa tentu pernyataan ke dua adalah juga benar adaanya.
Kata dasar yang harus kita sadari, bahwa gerak kemajuan itu adalah melalui titian (proses). Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya kemajuan itu tidak mungkin dapat dicapai demikian saja, bagai kata pepatah ‘bag membalik telapak tangan’. Negara-negara maju telah merubah dunianya dengan menggunakan titian panjang, bahkan dalam ukuran abad. Persoalan yang kita hadapi adalah bagaimana cara yang harus kita tempuh untuk mengejar ketertinggalan itu?. Kalau kita mengikut tahapan langkah laluan mereka tentu tidak mungkin, sebab masa tidak pernah kompromi, apalagi untuk set back, belum lagi setting sejarah dan budaya (latar belakang). Tentu kita sepakat, untuk itu diperlukan langkah ekslarasi (percepatan) dengan melalukan lompatan-lompatan, maka kita dituntut pula untuk mampu melihat paradigma-paradigma serta berbagai konsekwensi yang mungkin akan kita hadapi. Dalam pikiran penulis, perubahan yang signifikan akan dapat dicapai manakala kita mampu melakukan langkah baru yang bersifat paradigmatik. Dalam konteks inilah studi-studi (expertist) diperlukan. Para tokoh beserta perangkat pengambil kebijakan (pelaku sejarah) hendaknya bergerak kearah sana.
Dalam tulisan ini penulis coba menengok bentangan benang merah yang mungkin dapat kita cermati bersama:
1. Dari pengalaman di musim penghujan yang baru lalu, yang diiringi tidak bersahabatnya situasi dan kondisi cuaca daratan dan lautan di sekitar Pulau Bawean;
2. Dari keadaan tersebut di atas menyebabkan hubungan Bawean dan Jawa sebagai kantong utama pensuplai kebutuhan ekonomi sempat terputus beberapa saat dan telah pula mempengaruhi stabilitas perekonomian di Pulau Bawean;
3. Realitas tersebut telah mengingatkan kita bahwa ketergantungan pulau Bawean terhadap daerah lain, Jawa khususnya begitu tinggi;
4. Kondisi ketergantungan itu menandakan bahwa pulau Bawean adalah belum bisa dikatakan merupakan daerah yang diperhitungkan secara ekonomi, walau secara politis tidaklah demikian. Dalam konteks politik dapatlah dipahami oleh sebab tingkat populasi yang cukup signifikan;
5. Realitas seperti itu mesti kita pahami sepenuhnya;
6. Untuk mengetahui pengembangan kekuatan (potensi) ekonomi tidak bisa tidak hendaknya
mengajak para ekonom dan expertist lainnya serta pelaku bisnis (riil) yang bisa berbicara prospek pengembangan kemajuan dengan paradigma tatanan ekonomi modern.
7. Peran para tokoh dan pengambil kebijakan amatlah diharapkan, sehingga kita dapat menggodognya dengan arah yang jelas oleh sebab kita telah siap dapur, resep dan koki.
Posting Komentar