Media Bawean, 11 Mei 2010
"Terispirasi ingin bercocoktanam setelah melihat hasil pertanian seperti cabe, tomat dan lainnya dikirim dari Jawa ke Pulau Bawean," begitulah motivasi awal Kholil warga Lebak untuk memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki keluarganya.
Kholil asal Kebumen Jawa Tengah masuk Bawean tahun 2000, diangkat sebagai guru MTs. Hasan Jufri mengajar biologi dan matematika. Setelah beberapa bulan di Bawean, Kholil mempersunting gadis pilihannya asal Lebak dan sekarang sudah memiliki dua orang anak.
Ditemui Media Bawean, (10/5) di lahan pertanian miliknya, Kholil mengatakan "Menekuni profesi pertanian sejak tiba di Pulau Bawean, memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami sejenis holtikultura seperti mentimun, cabe, tomat, herbis dan lain-lain," katanya.
"Hasilnya dijual ke Pasar Pedalaman, sedangkan pemasaran di Pulau Bawean adalah musiman. Saat suplay dari Jawa berkurang akan terjual habis, sebaliknya ketika suplay banyak akan menurun. Kendala lainnya adalah pemasaran terbatas, misalnya buah tomat 1 kwintal tidak mampu laku terjual habis di Bawean, tapi kalau 1/2 kwintal masih bisa untuk dipasarkan," ujarnya.
"Kesalahan petani di Bawean, pertama merasa eman dengan lahan yang dimiliki, sehingga jarak tidak diatur. Kedua perlu pemupukan berkelanjutan seperti tanaman mentimun yang dipetik lebih satu kali, sehingga hasilnya akan bertambah banyak," jelasnya.
"Kenapa lahan pertanian di Pulau Bawean banyak kosong? "Sebab sudah mencoba, tetapi gagal disebabkan kurangnya wawasan dalam bercocok tanam di Pulau Bawean, setelah rugi tidak mau mengulangi kembali untuk memperbaikinya," terangnya.
"Harapan kami menjadikan Pulau Bawean sebagai Pulau organik, semua tanaman yang ada tergolong organik sehingga aman bagi yang mengkonsumsi tidak mengandung penyakit. Pulau Bawean sangat memenuhi syarat untuk dijadikan lahan organik, jaraknya terisolir 30 km. dari daerah lainnya. Tetapi kendala di Bawean tidak ada investor, sehingga sulit untuk pemasaran hasilnya," harapannya. (bst)
Kholil asal Kebumen Jawa Tengah masuk Bawean tahun 2000, diangkat sebagai guru MTs. Hasan Jufri mengajar biologi dan matematika. Setelah beberapa bulan di Bawean, Kholil mempersunting gadis pilihannya asal Lebak dan sekarang sudah memiliki dua orang anak.
Ditemui Media Bawean, (10/5) di lahan pertanian miliknya, Kholil mengatakan "Menekuni profesi pertanian sejak tiba di Pulau Bawean, memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami sejenis holtikultura seperti mentimun, cabe, tomat, herbis dan lain-lain," katanya.
"Hasilnya dijual ke Pasar Pedalaman, sedangkan pemasaran di Pulau Bawean adalah musiman. Saat suplay dari Jawa berkurang akan terjual habis, sebaliknya ketika suplay banyak akan menurun. Kendala lainnya adalah pemasaran terbatas, misalnya buah tomat 1 kwintal tidak mampu laku terjual habis di Bawean, tapi kalau 1/2 kwintal masih bisa untuk dipasarkan," ujarnya.
"Kesalahan petani di Bawean, pertama merasa eman dengan lahan yang dimiliki, sehingga jarak tidak diatur. Kedua perlu pemupukan berkelanjutan seperti tanaman mentimun yang dipetik lebih satu kali, sehingga hasilnya akan bertambah banyak," jelasnya.
"Kenapa lahan pertanian di Pulau Bawean banyak kosong? "Sebab sudah mencoba, tetapi gagal disebabkan kurangnya wawasan dalam bercocok tanam di Pulau Bawean, setelah rugi tidak mau mengulangi kembali untuk memperbaikinya," terangnya.
"Harapan kami menjadikan Pulau Bawean sebagai Pulau organik, semua tanaman yang ada tergolong organik sehingga aman bagi yang mengkonsumsi tidak mengandung penyakit. Pulau Bawean sangat memenuhi syarat untuk dijadikan lahan organik, jaraknya terisolir 30 km. dari daerah lainnya. Tetapi kendala di Bawean tidak ada investor, sehingga sulit untuk pemasaran hasilnya," harapannya. (bst)