Pagelaran Pencak Bawean
Budaya Asli Pulau Bawean

Pagelaran Pencak Silat Bawean, digelar hari ini (selasa, 21/9) bertempat dihalaman rumah Ismail Padang Asam, desa Kebuntelukdalam Sangkapura Pulau Bawean.

Hadir puluhan pendekar dari berbagai daerah di Pulau Bawean, termasuk para pemain pencak yang didominasi pemuda dari berbagai daerah di Kecamatan Sangkapura dan Tambak, serta ditonton kurang lebih 2000 orang.

Misnadi sebagai Ketua Pendekar Pencak Bawean mengatakan Pencak Bawean masih eksis, hanya jarang dipertontonkan sehubungan kurangnya minat warga untuk menggelarnya. "Padahal respon warga Bawean sangat luar biasa, ini merupakan awal untuk mengembangkan pencak sebagai budaya asli Pulau Bawean," katanya.

Ismail sebagai tuan rumah ditemui Media Bawean, mengatakan, "Pencak diadakan dalam rangka hiburan anak menikah, tadi malam diadakan tontonan mandailing," ujarnya.

Berapa biaya mengadakan pencak silat Bawean?, "Biayanya sebesar Rp. 3,5 juta, sedangkan yang lain-lain seperti konsumsi sebesar Rp. 1,5 juta. Totalnya Rp.5 juta sudah sempurna menggelar tontonan pencak Bawean. Mengadakan tontonan lainnya seperti orkes, pengeluarannya hampir sama, sebaiknya kita mengadakan hiburan budaya asli Bawean saja," jelasnya.

Bahar sebagai tokoh masyarakat Padang Asam menyambut gembira diadakannya hiburan pencak silat. "Sebagai awal untuk mengembangkan kembali pencak di Pulau Bawean yang selama ini nyaris sudah tiada," tuturnya.

Permainan Pencak Bawean diawali oleh penunjukan oleh pendekar kepada pemain pencak dengan memberikan pedang, kemudian dua orang pemain pencak memainkan pedang dengan gayanya sendiri-sendiri sesuai khas pencak Bawean, dilanjutkan salaman kemudian pedang diambil oleh pendekar. Kemudian kedua pemain pencak mengadu kekuatan untuk saling merobohkan dengan menggunakan seribu cara. Selesai tahap pertama, dilanjutkan dengan tahap kedua untuk membalas kekalahan ataupun mempertahankan kemenangannya. Tahap ketiga umumnya, kedua pemaian pencak langsung berangkulan dan selesai permainan pencak.