Media Bawean, 22 Januari 2011
Sumber : Surabaya Pos
GRESIK – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik bergerak lambat dalam menangani Bawean. Pada APBD 2011 hanya dialokasikan anggaran Rp 6 miliar untuk peningkatan infrastruktur Jalan Lingkar Bawean (JLB) atau jalan nadi Pulau Putri (sebutan Bawean) yang kondisinya sudah rusak parah.
Rusaknya jalan tersebut dikhawatirkan mengganggu jalannya pembangunan fisik lapangan terbang (lapter) Bawean yang dimulai tahun ini. Sejumlah maskapai penerbangan siap membuka rute ke Bawean asalkan infrastrukturnya memadai, termasuk kondisi jalan.
“Anggaran enam miliar rupiah ini digunakan untuk pemeliharaan dan peningkatan jalan lingkar di Bawean. Termasuk perbaikan salah satu jembatan penghubung di Bawean yang saat ini kondisinya rusak,” kata Tugas Husni Syarwanto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Gresik, Jumat (21/1) malam.
Untuk saat ini, pavingisasi JLB masih menjadi pilihan untuk peningkatan di jalan utama Bawean tersebut. Tugas mengakui, di Bawean serba sulit. Hujan sering turun tapi saluran air di sepanjang JLB tidak ada. Akibatnya air hujan menggenang dan berpotensi merusak jalan jika dibangun dengan aspal.
“Hampir, seluruh jalan lingkar di Bawean tidak memiliki saluran air. Jalan yang dibangun dengan aspal tidak akan bertahan lama. Karena itu, kami memilih paving untuk memudahkan perawatan. Bahan untuk perawatannya, seperti pasir, di Bawean juga ada. Coba jika dengan aspal, pasti harus mengirim dari sini (Gresik),” terangnya.
Secara keseluruhan, total anggaran untuk perbaikan jalan di Kabupaten Gresik pada 2011 ini mencapai Rp 40 miliar. Anggaran ini digunakan pemeliharaan, pemeliharaan berkala, dan peningkatan jalan. Termasuk juga dengan perbaikan jembatan-jembatan.
“Kami prioritaskan untuk jalan kabupaten dengan lalu-lintas ramai, Misalnya jalan-jalan strategis seperti Dukun, Lasem, hingga Lowayu, termasuk juga di Kecamatan Driyorejo. Untuk perbaikan jalan, akan kami alokasikan untuk di jalan-jalan kabupaten di Kecamatan Bungah dan Dukun,” kata Tugas.
Terpisah, kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pekerjaan Umum, Muhammad Zen, memaparkan, JLB ruas Sangkapura hingga Tambak atau lingkar Barat sepanjang 25 kilometer, rusak berat sepanjang 6.610 meter, rusak sedang 11.190 meter, dan yang kondisinya baik hanya sepanjang 7.200 meter.
Sedangkan, ruas Tambak - Diponggo sepanjang delapan kilometer, rusak 2.000 meter, rusak sedang 1.100 meter, dan kondisi baik 4.900 meter. Ruas jalan Sangkapura - Diponggo sepanjang 21 kilometer mengalami rusak berat 4.050 meter, rusak sedang 5.400 meter, dan kondisi baik 11.550 meter.
“Jalan Lingkar Bawean panjangnya 54 kilometer. Rusak berat 12.660 atau 23,4 persen, rusak sedang 17.690 meter atau 32,76 persen, kondis baik hanya 23.650 meter,” ungkap Muhammad Zen.
Dia juga membenarkan jika konstruksi jalan yang cocok untuk Bawean adalah jalan paving, tapi itupun menurutnya tidak akan bertahan lama, hanya beberapa tahun saja, sebab kondisi tanahnya labil atau mudah bergerak. Belum lagi jika, paving yang digarap tidak sesuai dengan bestek.
Sejumlah maskapai penerbangan sependapat, rute ke Pulau Bawean sangat potensial. PT Merpati Nusantara (MNA) termasuk yang tertarik membuka rute tersebut. Namun mereka mensyaratkan kondisi infrastrukturnya harus maksimal. “Infrastruktur yang menyangkut keselamatan, mobilitas penduduk, dan komoditi unggulan di Bawean harus optimal dulu. Ketiga faktor itu menjadi prioritas kami karena menyangkut bisnis penerbangan,” kata Sukandi, Humas Merpati saat dihubungi kemarin.
Menurutnya, sudah selayaknya rute menuju ke Bawean dilayani dengan moda transportasi udara, sebab jika hanya mengandalkan moda tranportasi laut, seringkali cuaca buruk dan penyeberangan ditutup. “Kami sangat tertarik membuka rute ke Bawean, apalagi masyarakatnya sebagian besar juga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia dan Singapura. Jadi sangat memungkinkan untuk dijajaki, dengan syarat infrastrukturnya harus dimantapkan dulu,” tandasnya. sep
Posting Komentar