Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Ditolak Dharma Kartika,
Jenazah Kiai Bawean
Terpaksa Naik Perahu Klotok

Ditolak Dharma Kartika,
Jenazah Kiai Bawean
Terpaksa Naik Perahu Klotok

Posted by Media Bawean on Senin, 24 Januari 2011

Media Bawean, 24 Januari 2011

Sumber : Surabaya Post


GRESIK – Jenazah KH Abdul Ghafur Hamid, pengasuh Pondok Pesantren (Ponses) Nurul Huda - Bawean di Dusun Pancur Desa Sidogedungbatu Kecamatan Sangkapura harus terkatung-katung gara-gara ditolak Kapal Motor Penumpang (KMP) Dharma Kartika saat menyeberang ke Bawean. Akibatnya, Minggu (23/1) kemarin, jenazah kiai kharismatik tersebut harus diangkut dengan perahu klotok menuju Bawean setelah terlantar di Gresik selama dua hari.

Almarhum Kiai Ghafur meninggal dunia saat perjalanan menuju ke Bawean di atas KMP Dharma Kartika, Jumat (21/1). Kiai menghembuskan nafas terakhir ketika perjalanan kapal dari Pelabuhan Gresik sudah berjalan satu jam. Tanpa ada alasan pasti dari pihak manajemen kapal, nakhoda kapal tiba-tiba memutar haluan dan kembali ke Pelabuhan Gresik untuk menurunkan jenazah kiai.

Kiai Ghafur meninggal karena sakit. Saat itu Kiai Ghafur yang memang tengah dirawat di rumah sakit ingin pulang ke Bawean. “Kami sangat kecewa dengan manajemen kapal (PT Dharma Lautan selaku pengelola KMP Dharma Khartika), karena tidak melanjutkan perjalanan ke Bawean, malah kembali ke Pelabuhan Gresik untuk menurunkan jenazah,” kata Fauzi Rouf, salah satu keluarga almarhum.

Pihak keluarga kemudian menyewa kapal untuk mengangkut janazah pada Sabtu esok harinya. Lagi-lagi jenazah terpaksa harus kembali ke Pelabuhan Gresik, karena kondisi gelombang tinggi hingga kapal harus kembali lagi ke Pelabuhan Gresik.

Kemudian, ungkap Fauzi, pihak keluarga terpaksa menyewa perahu klotok dari Bawean. Perahu klotok tersebut sudah terbiasa mengakut jenazah dari Gresik atau sebaliknya. Untuk membawa jenazah Kiai Ghafur dengan menggunakan perahu klotok, pihak keluarga harus mengeluarkan uang Rp 7 juta. Tentu saja dengan perjalanan laut yang sangat lama. "Kami sangat kecewa setelah mengetahui jenazah kiai terkatung-katung dua hari di Gresik karena tidak adanya kapal yang mengangkut jenazah. Untuk itu, kami berharap Pemkab mempertanyakan permasalahan ini karena yang meninggal bukan binatang," tutur Fauzi Rouf.

Kejadian ini bukan yang pertama. Beberapa waktu lalu juga sempat ada warga Bawean yang meninggal di rumah sakit Gresik. Pihak keluarga terpaksa mengeluarkan uang Rp 10 juta untuk mengangkut jenazah ke Bawean, karena dua kapal penyeberangan KMP Dharma Kartika dan Express Bahari 8B saat itu menolaknya.

Di sisi lain, sebagian warga Bawean menilai ini bukti jika masyarakat Bawean sangat membutuhkan rumah sakit yang memadai untuk menangani pasien asal Bawean sendiri. Selama ini mereka harus berlayar ke Gresik untuk mendapatkan perawatan yang lebih memadai dari dua puskesmas di Bawean.

Ketika pasien asal Bawean meninggal, pihak keluarga harus menyewa perahu klotok dengan biaya yang sangat mahal untuk membawa jenazah pulang ke Bawean, dan sebagian yang terpaksa memakamkan jenazahnya di Gresik karena pihak keluarga tidak memiliki biaya.

Bahkan sudah ada dua ibu yang terpaksa melahirkan di atas kapal Express Bahari 8B saat hendak dibawa ke Gresik untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih memadai.

Salah satu anggota DPRD Kabupaten Gresik kelahiran Bawean, Akhwan, mengungkapkan, jika warga Bawean saat ini sangat membutuhkan rumah sakit, setidaknya rumah sakit tipe D. “Saat saya mendengar pemerintah akan membangun rumah sakit baru di Kecamatan Driyorejo, saya langsung mengusulkan jika Pulau Bawean lebih membutuhkannya, minimal status Puskesmas ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe D,” katanya.

Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. “Pemerintah beralasan, peningkatan Puskesmas menjadi rumah sakit tipe D terkendala listrik di Bawean yang byar-pet. Dan ini menjadi kendala penggunaan peralatan kedokteran. Tapi sekarang listrik sudah 24 jam nonstop, saya harap pemerintah bisa merealisasikan pembangunan rumah sakit di Bawean, karena masyarakat Bawean sangat membutuhkannya, ” kata Akhwan. sep

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean