Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Meski Tanpa Goyang Hot,
Kercengan Masih Diprotes

Meski Tanpa Goyang Hot,
Kercengan Masih Diprotes

Posted by Media Bawean on Rabu, 09 Maret 2011

Media Bawean, 9 Maret 2011

Oleh: Asepta YP

Ketika berkunjung ke Pulau Bawean jangan pernah berharap menemukan hiburan dengan penyanyi berpakaian seksi dan goyangan hot yang saat ini menjadi menu wajib di setiap acara-acara. Untuk mencegah masuknya hiburan tersebut, masyarakat Bawean menciptakan seni Kercengan sebagai seni tandingan.

Seni kercengan mirip dengan Tari Saman dari Suku Gayo di Aceh. Penari yang terdiri puluhan gadis ini yang berjejer beberapa baris di depan. Seni ini juga mengutamakan gerak tangan. Ada dua jenis gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian, yaitu tepuk tangan dan tepuk dada.

Selain grup penari, dalam seni kercengan juga ada grup musik pengiring yang terdiri beberapa orang pria yang duduk di belakang penari. Para pemusik ini memainkan irama serasi dengan menabuh rebana al-banjari. Selain itu, ada grup penyanyi yang biasanya membawakan shalawat. Mereka ini terdiri pria dan wanita.

Iling Khairil Anwar, ketua umum Lembaga Eskavasi Budaya (BEKU) "Bhei-Bhei"--salah satu grup Kercengan di Bawean-- menjelaskan, seni kercengan ini muncul sebagai salah satu tameng masuknya hiburan-hiburan hot ke Bawean. “Perlu dicermati, tim sepak bola tidak bisa menghadapi tentara yang lengkap dengan persenjataan, jadi harus dihadapi oleh tentara juga,” ujarnya.

Artinya, tambah dia, kesenian modern hot yang masuk ke Bawean, harus dihadapi dengan kesenian juga. Tidak bisa jika hanya dengan menggelar pengajian saja. “Harus ada pembanding dari kalangan masyarakat, bahwa kesenian yang lebih bernafaskan agama lebih baik daripada pertunjukan yang mempertontonkan aurat,” paparnya.

Kendati demikian, lanjut Iling, seni Kercengan tidak akan menarik jika tanpa seorang wanita ikut tampil. “Tidak menarik bila hanya menampilkan kalangan lelaki saja, sebab tidak bisa mengubah suasana penampilan. Dalam konteks budaya, saya kira tidak haram. Sebab tujuannya baik,” terangnya.

Saat ini sedikitnya ada 42 grup seni Kercengan di Bawean. Mereka tidak hanya mampu menarik perhatian masyarakat yang berjarak 81 mil dari Pelabuhan Gresik itu saja, tapi juga masyarakat dari negeri jiran. Tak sedikit warga Malaysia yang terhibur oleh kesenian bernafaskan religi tersebut. Di negeri ini sekarang terdapat beberapa grup Kercengan yang sudah populer, salah satunya grup Putri Paginda Ampang.

Ahidin sebagai ketua grup Putri Paginda, mengatakan, kesenian kercengan Bawean ternyata mendapat sambutan luar biasa dari seluruh warga Indonesia dan masyarakat setempat di Malaysia. “Suara merdu dengan irama bagus diiringi gerakan tangan yang kompak menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat di Malaysia,” katanya.

Menariknya, personel grup Kercengan Putri Paginda Ampang adalah putra dan putri keturunan Bawean yang lahir di Malaysia. Grup ini sudah empat tahun eksis di Malaysia.

Di Gresik sendiri, seni Kercengan kerap ditampikan dalam acara-acara yang digelar oleh pemerintah kabupaten dan masyarajat umum.

Kendati sudah diupayakan santu, seni Kercengan ini masih juga menuai protes dari sejumlah tokoh masyarakat di Bawean. Mereka keberatan penampilan pria dan wanita dalam satu panggung.*

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean