Media Bawean, 9 Maret 2011
Ingat Bunaken, pasti teringat surga lautnya. Dan, Bawean memiliki potensi terumbu karang yang tidak kalah indah pesonanya dengan taman laut di Teluk Manado tersebut.
Data Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Gresik menyebut sedikitnya 67% terumbu karang di laut kota giri ini sudah rusak karena jaring trawl dan pencemaran, tapi hanya di Bawean saja yang masih utuh. Terumbu karang di Bawean kondisinya tetap bagus, meski di beberapa daerah di Indonesia memutih atau mengalami coral bleaching akibat pemanasan global.
Laut Pulau Bawean yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Putri ini belum terjamah, alias masih alami. Di pulau berjarak 81 mil dari Pelabuhan Gresik ini belum satupun berdiri pabrik-pabrik dengan polutan berbahaya seperti di jantung kota Gresik yang sudah berjubel industri besar, termasuk milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Selama ini cara menangkap ikan para nelayan di Bawean pun masih tradisional. Mereka menangkap binatang bersirip tersebut dengan memancing dan jaring tradisional. Nelayan di Bawean takut menggunakan pukat harimau, karena perahu mereka akan dibakar jika tertangkap tangan menggunakan jaring trawl. Ini sudah menjadi peraturan adat yang tidak tertulis bagi para nelayan Bawean.
Karenanya wajar jika kondisi lautnya masih bersih dan airnya tampak biru. Dan tidak jarang pula beberapa terumbu karang di dasar laut tampak dari permukaan lantaran saking beningnya air laut di Bawean. Di beberapa pantai terdapat hamparan pasir putih, mempercantik paronama alam Bawean. Saat ini cukup banyak wisatawan yang berlayar dari Bali menuju ke Batam mampir ke Bawean sekadar untuk menikmati keindahan alamnya.
“Kondisi terumbu karang di Bawean masih utuh dan sangat bagus, keanegarakaman dan pesonanya tidak kalah dengan taman laut di Bunaken. Dan ini bisa menjadi alternatif bagi para wisatawan yang menggilai snorkeling atau diving,” kata Iwan Lukito, Kepala Bidang Kelautan pada DKPP Kabupaten Gresik.
Beberapa saat lalu, lanjutnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) datang ke Bawean melakukan penelitian. Selama 20 hari tim dari LIPI melakukan penyelaman. Hasil sementara peneliti dari LIPI membenarkan jika populasi di laut Bawean, mulai dari terumbu karang, ikan, dan tumbuhan lainnya sangat beraneka ragam
“Saat ini kami masih menunggu laporan LIPI terkait hasilnya. Sedikitnya ada 90 jenis atau spesies tersembunyi di dalam laut Bawean, mulai dari tanaman, ikan, dan batu karang. Ini masih beberapa contoh saja, dalam waktu dekat laporannya sudah kami terima. Tim dari LIPI meneliti seluruh perairan di Bawean,” terangnya.
Selain itu, tambah Iwan, pihaknya bersama dengan Tim Pengawasan Sumber Daya Dari Kementerian Kelautan juga akan menyelami laut Bawean. “Kita akan lihat keragaman dari terumbu karang di sana. Inilah yang akan menjadi bahan kami untuk membangun Bawean seperti di Bunaken,” tandasnya.
Tapi dia tidak menampik, untuk saat ini masih sulit mewujudkan Bawean seperti Bunaken. Sebab infrastruktur, khususnya jalan, masih amburadul.
Iwan menyebut, saat ini wisatawan akan malas datang ke Bawean jika hanya akan snorkeling atau diving saja. “Ini rencana jangka panjang, yang pasti Bawean mempunyai potensi yang tidak kalah dengan di Bunaken, Sulawesi. Dulu ada konsep membuat Bunaken kecil di Gresik, tapi kalau hanya orang datang ke Bawean untuk menyelam saja rugi, makanya Bawean masih perlu dikembangkan lagi beberapa bidang lainnya,” ujarnya.
Secara letak. Pulau Bawean mirip dengan Pulau Lombok yang dikelilingi pulau-pulau kecil. Di sebelah timur Bawean ada Pulau Gili, sebelah selatan ada Pulau Selayar, Pulau Noko, Pulau Menuri, dan Pulau Beci. Sedangkan di sebelah barat Bawean ada Pulau Nusa, Pulau Birang-Birang, Pulau Tanjung Cina, dan di sebelah barat daya Bawean ada Pulau Karangbilla.
Untuk menuju pulau-pulau tersebut, ada yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu, ada juga yang cukup berjalan ketika air laut agak surut, misalnya ke Pulau Tanjung Cina. Pastinya, semua pulau kecil itu memiliki keindahan pantai dan terumbu karang yang memanjakan pengunjung.
Salah satu tokoh masyarakat Bawean, Hassan Luthfi berharap rencana pengeboran minyak dan gas (migas) yang ada laut Bawean tidak merusak ekosistem laut yang menjadi warisan langka ini. “Keseimbangan ekosistem juga harus dijaga, jangan sampai peristiwa Lapindo akan terulang di bumi Bawean. Bisa Anda bayangkan bagaimana jika terjadi kebocoran minyak, tentu seluruh pantai di Bawean yang kecil ini akan terkepung polusi dan merusak habitat di dalamnya,” tandasnya.*
Posting Komentar