Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Kartini Membangun Bawean

Kartini Membangun Bawean

Posted by Media Bawean on Rabu, 13 April 2011

Media Bawean, 13 April 2011

Oleh: Miftahol Jannah 
(Komisi D-FPG DPRD Gresik)

Peringatan Hari Kartini ini tidak hanya dimaknai dari sisi luarnya saja, yaitu dengan cara mengenakan pakaian maupun busana model tradisional seorang perempuan (Sanggul dan sewek). Tetapi, lebih pada esensinya yang dimaknai secara mendalam. Khususnya terkait perjuangan seorang Kartini dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan. Esensi Hari Kartini ini tidak hanya pada konteks luarnya saja. Tapi sangat dalam artinya jika dikaitkan dengan perjuangannya. Esensi perjuangan Kartini itu adalah tentang pendidikan dan masalah reproduksi.

Kartini sebagai perempuan Indonesia yang merdeka dalam berpikir dan bertindak. Habis Gelap Terbitlah Terang, adalah judul buku yang sangat monumental. Isinya berupa kumpulan surat Kartini seorang putri bupati kepada sahabatnya Nona Abendanon, perempuan kulit putih, warga negara Belanda tentang kegelisahan, harapan dan cita-cita Kartini untuk memajukan kaum perempuan Indonesia yang terkurung dalam tradisi yang masif. Kartini ingin perempuan Indonesia dapat bebas bersekolah, mengenyam pendidikan setinggi-tingginya sama dengan kaum laki-laki.Namun yang lebih penting adalah kenyataan bahwa Kartini pada saat itu dapat dianggap mewakili bangsa yang dijajah, dan Nona Abendanon merupakan perwakilan dari bangsa yang menjajah. Meskipun demikian, mereka sebagai individu dapat melepaskan diri dari prasangka situasi dua bangsa yang saling berseberangan. 

Pemikiran Kartini pada masa itu melampaui batasan pemikiran perempuan Indonesia pada umumnya dan tidak hanya menembus keberadaan perempuan dalam konsep gender, tetapi juga merupakan deklarasi tentang keberadaan perempuan Indonesia di mata dunia, di mata perempuan, dan di mata Kartini sendiri. Lalu apakah yang dapat dijadikan pedoman dari nilai-nilai kekartinian yang dalam sebuah lagu didengungkan sebagai "pendekar bangsa"? Bagaimana kita memandang nilai-nilai kartini dalam konsep kebangsaan, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan hukum? Apakah kita sudah mampu mengimplementasikan konsep kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan dalam konteks kekinian di bumi Indonesia? Bagaimana kita memandang nilai-nilai kekartinian dari sudut moralitas dan etika sebagaimana yang diharapkanoleh bangsa dan negara?

Di era emansipasi ini, banyak sekali perempuan yang memegang jabatan penting dalam pemerintahan, sebagai bupati, wali kota, penegak hukum, anggota parlemen, bahkan menteri sekalipun. Banyak di antara mereka yang dijebloskan ke dalam penjara karena menjadi koruptor. Artinya, emansipasi dalam lapangan pekerjaan antara perempuan dan laki-laki, bukan hanya akan berdampak positif pada harkat dan martabat perempuan Indonesia. Kalau tidak diisi dengan nilai-nilai kekartinian yang mulia, maka peranan perempuan Indonesia dalam tindak pidana korupsi, dapat secara langsung maupun tidak langsung menyuburkan penyakit korupsi di Indonesia.

Pulau Bawean yang popular dengan sebutan Pulau Putri, sangat potensial mematerialkan gagasan kesetaraan gender/ emansipasi wanita dalam aktivitas sosialnya. Makin banyaknya generasi muda Bawean yang terpelajar dan melek perguruan tinggi merupakan bukti kongkrit bahwa para orang tua pada khususnya, dan masyarakat Bawean pada umumnya mulai terbangun kesadarannya untuk mendukung dan sepakat dengan gagasan Kartini tentang emansipasi wanita. Tidak lagi terikat oleh budaya patriarki yang memasung kebebasan kaum perempuan untuk berekspresi dan mengaktualisasikan potensi dirinya. Yang menjadi pertanyaan, apakah Kartini-Kartini Bawean dari kalangan intelektual yang terpelajar punya komitmen untuk membangun Pulau Bawean? Karena tidak sedikit Kartini-Kartini Bawean yang sukses dalam karir professional, justru memilih untuk tinggal dan memilih membangun daerah lain. Kasus akses kesehatan (fasilitas infrastruktur&tenaga medis) yang minim di Bawean merupakan contoh kongkrit. Dimana mayoritas kaum terpelajar Bawean memilih menjadi Bidan, Perawat, dan Dokter sebagai pilihan profesi bergengsi, tapi faktanya sampai saat ini belum ada forum bersama atau komunitas dari provesi tersebut yang benar-benar serius mencari solusi atas permasalahan kesehatan di Bawean. 

Yang patut mendapat apresiasi adalah Kartini-Kartini Bawean yang tetap semangat menjadi pendidik (guru) dengan gaji yang sangat tidak layak. Padahal apa yang mereka ajarkan kepada pelajar merupakan cikal bakal dari berkembangnya generasi berikutnya yang akan menjadi penentu arah pembangunan bangsa dan Negara. Apresiasi ini bukan berarti melegitimasi sistem pendidikan yang diterapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, tapi justru harus menjadi stimulus bagi Kartini Bawean yang punya peran sebagai regulator untuk menuntuaskan persoalan tersebut.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean