Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Nelayan Bawean Alih Profesi
Merantau Ke Negeri Jiran

Nelayan Bawean Alih Profesi
Merantau Ke Negeri Jiran

Posted by Media Bawean on Rabu, 07 September 2011

Media Bawean, 7 September 2011 


Berprofesi sebagai nelayan di Pulau Bawean kian tahun tambah menurun pendapatannya, hasil tangkapan ikan setiap hari pergi melaut tak sebanding modal yang dikeluarkan.

H. Julaeni (60 th.), juragan nelayan asal desa Sidogedungbatu, Sangkapura, Pulau Bawean, mengungkapkan seluruh pengalamannya sebagai nelayan mulai sejak tahun 1976 sampai sekarang. Menurutnya, pendapatan sebagai nelayan menurun drastis, sehingga banyak warga beralih profesi merantau ke Malaysia.

"Lihatlah, banyak sampan dan klotok sedang parkir di pantai, pemiliknya pergi ke Malaysia,"katanya sambil menunjuk ke arah banyak sampan dan klotok yang nongkrong di pinggir pantai.

H. Julaeni mengaku pernah merantau ke Singapura pada tahun 1974 sampai tahun 1976, kemudian memutuskan pulang ke Pulau Bawean, setelah bekerja selama 2 tahun tidak menghasilkan uang banyak disebabkan banyak pengeluaran.

Setelah di Pulau Bawean, H. Julaeni memutuskan tidak kembali merantau, beralih profesi sebagai nelayan mencari ikan ke laut. Tahun 1976 sampai tahun 1999 merupakan puncak kesuksesan nelayan di Pulau Bawean. "Hasil tangkapan ikan setiap harinya mampu membiayai sekolah anak, termasuk saudara-saudara, serta membiayai hidup orang tua,"katanya.

"Serta mampu membangun rumah megah, kebetulan nasib nelayan lagi beruntung. Ketika itu, gaji pegawai negeri bila dibanding hasil nelayan, lebih banyak pendapatan mencari ikan ke laut,"paparnya.

"Seiring perkembangan waktu, ternyata akhir-akhir ini pendapatan sebagai nelayan turun drastis dan tidak menjanjikan lagi seperti dahulu,"ujarnya.

"Bila dahulu pergi melaut bisa menangkap ikan sampai puluhan ton, pendapatan sehari bisa memperoleh ratusan ribu. Sekarang menghasilkan satu kwintal saja sangat kesulitan, rata-rata pendapatan setiap harinya antara Rp.10ribu sampai Rp.20ribu,"terangnya.

Penyebab menurunnya hasil tangkapan ikan, ungkap H. Julaeni, disebabkan kondisi laut Pulau Bawean sudah rusak berat, sehingga sulit untuk kembali seperti dahulu. "Kesalahanya, pada awal era reformasi aparat pemerintahan kurang tegas dalam mencegah adanya kapal-kapal yang melakukan pengeboman di perairan Bawean, termasuk penggunaan potasium, dan lain-lain. Dampaknya sudah dirasakan langsung oleh nelayan,"jelasnya.

Menurunnya pendapatan melaut, sehingga banyak nelayan memutuskan merantau ke negeri jiran Malaysia untuk memperoleh pendapatan lebih besar dan menjanjikan. (bst)

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean