Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Yang Paling Besar
adalah Yang Mahabesar

Yang Paling Besar
adalah Yang Mahabesar

Posted by Media Bawean on Kamis, 01 September 2011

Media Bawean, 1 September 2011 

Oleh : Drs. H. Abdul Khaliq 
(Guru SMANU Islamiyah Bawean)

Pada akhir Mei 2011 yang lalu kebetulan saya bersama istri saya, Hj. Kadijah dan kedua anak saya yang sudah dewasa, Elva Rahmah Hayani dan Beny Faza Alfafa, menyaksikan tayangan dialog tokoh di MetroTv. Acara yang cukup menarik itu dipandu oleh presenter Desi Anwar dengan menampilkan biksu Ajahn Brahm. Ringkasan isi dialognya kurang lebih sebagai berikut.


Pada suatu hari di salah satu sekolah dasar di Inggris, seorang guru bertanya-jawab dengan murid-murid kelas V.
Guru : Apakah yang paling besar di dunia ini?
(Secara bergantian murid-murid menjawabnya).

Murid 1: Ayahku.

Murid 2: Gajah.

Murid 3: Salah. Yang paling besar adalah gunung.

Murid-murid itu menjawabnya dengan polos. Mereka menjawab berdasarkan pengalaman dan berdasarkan apa yang pernah dilihatnya. Tiba-tiba ada murid lain,gadis kecil, mengacungkan jarinya.
Guru : Ya,silakan menjawab!
Murid 4: Mata.
Guru : Mata? Apa alasan kamu menjawab mata?
Murid 4 : Semua yang disebutkan tadi : ayah,gajah,dan gunung bisa kulihat dan bisa masuk ke dalam mataku. Jadi,yang paling besar di dunia ini adalah mataku.

Jawaban Murid 4 yang cerdas itu dinilai oleh sang Guru sebagai jawaban yang mengagumkan. Beberapa tahun kemudian ketika dewasa, gadis cerdas tadi diterima masuk perguruan tinggi Oxford University,jurusan Biokimia.

"Sebenarnya,ada yang lebih besar daripada mata,yaitu pikiran kita. Semua yang bisa dilihat oleh mata kita, bisa masuk ke dalam pikiran kita,bahkan sesuatu yang belum pernah kita lihat,sesuatu yang hanya kita bayangkan juga bisa masuk ke dalam pikiran kita. Dunia pun bisa masuk ke dalam pikiran kita. Oleh karena itu,pikiran kita lebih besar daripada dunia!" terang sang Guru.

Volume televisi itu saya kecilkan. Sekarang giliran saya yang bertanya ke pada anggota keluarga saya.
" Adakah yang lebih besar daripada pikiran kita?" tanya saya.
Mereka menjawab serentak, " Ada,tentu ada!"
" Siapa?" tanya saya lagi.
Seolah mereka tahu ke mana arah pertanyaan saya itu,mereka juga menjawab serentak, " Yang lebih besar daripada pikiran kita adalah yang menciptakan pikiran itu!"

"Kalian benar! Yang lebih besar daripada pikiran kita adalah sang Pencipata pikiran kita, yaitu Allah. Allah Yang Mahabesar. Allahu akbar, Allahu akbar,Allahu akbar walillaahilhamdu!"
Lalu, saya salami dan kucium kening mereka satu per satu dengan rasa haru dan bangga.
'' Ternyata keluarga saya juga cerdas." pikir saya.

Adegan dan situasi di atas kini terulang lagi. Bedanya, kali ini adegan itu tidak berlangsung di depan pesawat televisi tetapi berlangsung di depan pintu masuk rumah kami ketika mereka datang dari menunaikan shalat Idulfitri di Masjid Raudhatul Muttaqin Tambak. Acara salam dan sungkeman antar-anggota keluarga pun berlangsung dengan haru.

Rupanya mereka sudah menyiapkan sebuah pertanyaan untuk sang kepala keluarganya. Seperti suara koor,mereka sekarang balik bertanya. "Sekarang giliran kami yang akan bertanya kepada Aba," katat mereka.

"Siapakah pemaaf yang paling besar?"

Karena rasa haru yang sangat mendalam,saya tidak sempat langsung menjawab pertanyaan mereka, dan ketika itu pula saya sibuk mencari saputangan untuk mengusap airmata yang terus-menerus menetes di pipi. Saya sungguh terharu bercampur bahagia!

Dapatkah Anda membantu saya untuk menjawab pertanyaan mereka?

SHARE :

6 comments

Anonim 3 September 2011 pukul 09.09

itulah ada ada gunanya kita dilahirkan disebuah pulau yg dipenuhi dengan sejarah dan ilmu,

Anonim 3 September 2011 pukul 10.00

Tentu ALLAH S W T Pemaaf yang paling besar ,karena ALLAH S W T mempunyai sifat AL Ghofur artinya maha pemaaf kepada siapa saja,dimana saja dan kapan saja , asalkan Ia mau minta maaf dengan taubatan Nashuha. Begitulah kawan menurut pendapat saya (Musaddad)

Anonim 3 September 2011 pukul 13.56

Kren banget.Saya jadi berpikir .... Nulis lagi,Pak Guru!

Anonim 4 September 2011 pukul 20.37

Agus mustafa wannabe :),...

Anonim 5 September 2011 pukul 09.02

jika dilihat hablumminallah ALLAH lah yang paling menentukan ,namun jika dilihat dari Hablumminannas ,manusia yang bersangkutan kunci utamanya termasuk kedua orang tua kita.sebagaimana hadis Nabi :Ridhollahi fi ridal walidain ,wasuhktullahi fi suhktul waalidaien.atinya Keridhaan ALLAH tergantung keridhaan Ibu bapak Kita dan kemurkaan ALLAH tergantung kemurkaan Ibu Bapak kita.

Anonim 5 September 2011 pukul 12.06

Woow...tlsn y informatif sekaligus inspiratif!

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean